Bab 4

171 46 11
                                    

Revisi part check ☀️
****

"BAGI YANG BELUM AMBIL BROSUR CEPETAN AMBIL SEKARANG!" kata Galang seraya membawa alat pengeras suara.

Kaina dan Jeno membagikan brosur satu persatu kepada mereka yang lewat dengan senyum mengembang.

"Ini ya jangan lupa dateng!"

"Kak Jeno itu brosur apa?"

Jeno melirik Kaina, "Itu bisa di baca ya brosur acara pensi nanti,"

"Widih ... Antariksa ada pensi?" tanya salah seorang cowok memakai bando hitam.

Kaina mengangguk seraya menunjukkan kertas berwarna biru, lalu menjelaskan kepada mereka yang berkerumun.

"Ini ya jadi dua minggu lagi kita bakal adain pensi, dadakan emang tapi bagi yang minat bisa unjuk bakat kalian. Bisa solo atau grup kok tenang aja!"

"Dek kalau misalkan band boleh gak?" tanya salah satu cowok hoodie merah.

Kaina mengangguk, "Buat yang kelas dua belas juga boleh. Hitung-hitung buat kenangan kalian pas kelulusan,"

Mereka kompak mengangguk seperti penonton bayaran acara talk show, lalu ketiganya kembali berjalan menuju kelas-kelas.

"Yes! Tuh beneran ada!" jerit Helen seraya memegang tangan Kaina.

Kaina memutar bola mata malas, Helen sangat terlihat antusias setiap saat.

"Yoi Len, nih ya kalau si Kaina kagak kreatif gak bakal ada dah." Jeno seolah merangkul bahu Kaina yang langsung ditepis oleh gadis itu.

"Cepetan bagiin malah ngerumpi!" tegur Galang sebenarnya ia merasa panas melihat Jeno yang begitu dekat dengan Kaina.

"Dadah Engkai!!"

Kaina hanya menunjukkan jari tengahnya pada Helen yang mengerucutkan bibirnya.

Setelah membagikan di setiap kelas, mereka akhirnya boleh kembali ke kelas atau istirahat.

"Mendingan kita nongkrong di kantin skuy!" ajak Jeno seraya mengeluarkan dompetnya.

Jeno emang banyak uang, suka jajanin anak-anak OSIS karena anaknya juga royal sih. Maklum, ayahnya adalah seorang pemegang saham di salah satu industri musik.

"Ya udah skuy!" ajak Galang tapi Kaina mendadak menghentikan langkahnya.

"Nanti dulu deh," katanya seraya menatap kedua cowok di depan Kaina dengan heran.

"Kayaknya kita salah jalan!" sambung Kaina.

Kedua cowok itu serempak menoleh, saling menatap pandangan satu sama lain seperti memiliki ide cemerlang.

"Nongkrong di Budhe, skuy!"

"Ayo deh!"

Jeno menatap Kaina. "Lo mau ikut apa ke kantin sendiri, Kai?"

Kaina seolah menimang. "Ikut aja deh! Siapa tau ada Bang Kenzo di sana."

Kaidan [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang