Warning this part do not precious correct!
Push the bottom of 🌟 and 💬
Happy reading all!
****
"Ngapain ke sini?" Kaina mengernyit dahi bingung saat melihat cowok beralis tebal itu tersenyum seperti orang gila di depan pintu rumahnya.
Aidan seolah kekasih yang selalu menjenguk sang pujaan hati setiap pulang sekolah. Bahkan, pernah membolos saat Kaina berada di rumah sakit.
"Gue gak disuruh masuk dulu nih?" Aidan mengangkat alisnya menatap Kaina jahil.
Oh ayolah Kaina sangat sebal dengan tatapan itu.
Kaina mengangguk, lalu mempersilahkan Aidan masuk ke dalam rumah. Nugraha bekerja sementara Kenzo, entah apa yang cowok cuek itu lakukan di dalam kamarnya.
"Jadi tadi lo gak berangkat ke sekolah?"
Aidan membuka topik pembicaraan saat Kaina membawakan handuk kecil, beberapa cemilan dan orange juice.
Kaina mengangguk. "Kayak yang lo lihat sekarang aja ... bahkan untuk sekedar ke halaman aja dilarang terus!"
Wajah Kaina sangat lucu, bibirnya yang mengerucut serta matanya yang membulat ketika dua kata terakhir diucapkan.
"Lagian lo baru sembuh Che—Kai, mana mungkin Bokap sama Abang lo kasih izin gitu aja. Baru pulang udah gegabah!" Aidan menatap sebal Kaina dengan menyisir rambutnya ke belakang.
"Kok lo jadi ikut-ikutan marahin gue?" Kaina bersunggut.
"Bukannya marahin tapi ngebilangin lo bandel sih,"
"Enak aja lo ya bilang gue bandel." Kaina menunjuk wajah Aidan.
Aidan menepis tangan Kaina menatap gadis itu, namun tidak mengeluarkan suara.
Malah diem dianya dasar gak jelas! Kaina menggerutu dalam hati.
"Gak usah misuh-misuh," Tiba-tiba Aidan berujar.
Kaina terkejut namun pura-pura berdeham agar tidak kentara.
Tau aja tuh orang gue omongin! Dukun kali ya. Kaina terkikik memikirkan jika Aidan benar-benar seperti seorang cenayang.
"Gak usah geer ya Kai, gue bukan cenanyang. Emang keliatan dari dahi lo tuh yang mengerut kayak nenek-nenek tau gak!"
"Ih lo bener-bener pedes ya Dan, kalau ngomong."
"Emang, baru tau lo?"
"Dasar mulut cabe!" Kaina menjulurkan lidahnya membuat Aidan tak terima langsung mengelitiki tubuh gadis itu.
"HAHAHAHAH DAN GELI IH AIDAN!!!"
"Bodo amat gak denger gue."
"DAN IH HAHAHAHA."
"Ekhem." Mereka menoleh ke depan, terdapat Kenzo menatap keduanya dengan alis mengangkat ke atas dan tangan menyilang. (🤨)
"Eh!" Aidan langsung menjauhkan tangannya dari pinggang Kaina.
Kaina juga memundurkan wajahnya dan membenarkan posisi duduknya seperti semula.
"Kalian, pacaran ya?" tukas Kenzo.
"GAK!" Kaina dan Aidan menjawab secara bersamaan membuat keduanya saling menatap dengan tatapan maut.
"Tuh kan barengan lagi fix ini mah ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaidan [HIATUS]
Teen FictionJUDUL SEBELUMNYA "KAINA" Kamu ibarat penenang namun menyakitkan, sama saja seperti air dan minyak tidak bisa bersatu. Yang aku tahu, riak air yang dibawa oleh ombak ke pesisir pantai hanya singgah sementara lalu kembali ke lautan. "Kai, seandainya...