"Loh kok udah rapih, Ches?" Nugraha meletakkan roti yang ia oles di atas piring.
Kaina mengernyit dahinya, apa ada yang salah dengan seragamnya? Bukannya memang ia harus sekolah untuk kembali belajar bukan?
"Aku mau sekolah ya, Pi?" rengek Kaina dengan wajah memohon.
Nugraha memberi kode dengan menggelengkan kepala, serta telunjuk yang bergerak ke kanan dan ke kiri.
"You don't needed to go to school today honey," Nugraha mengelus rambut Kaina dengan sayang.
Kaina itu benar-benar ajaib, biasanya jika anak-anak yang lain sangat suka dengan libur namun tidak untuk Kaina.
"Tapi Pi, aku udah ketinggalan banyak pelajaran!" Kaina mengerucutkan bibirnya.
"Papi gak maksa Chesya buat di rumah, tapi lihat kemarin? Akibat terlalu memaksakan untuk mengikuti banyak kegiatan, badan Chesya itu sebenarnya gak kuat Nak ...."
Kaina meletakkan tasnya di kursi, lalu duduk dengan wajah murungnya.
"But if you wanna do that's up to you, Papi gak maksa toh badan Chesya yang ngerasain? Mikirnya pasti gitu, apa kamu gak kasihan sama diri sendiri? Udah tau tumbang gini tetap maksa, itu namanya keras kepala. Gak nurut apa kata Papi, Abang dan anjuran dokter ...."
"..., Chesya itu sebenarnya sudah besar jadi harus bisa kontrol diri sendiri. Gimana ya caranya agar gak tumbang kayak kemarin? Apa ya yang harus gue lakukan?"
Nugraha bersyukur karena Kaina tidak membantah, sementara Kaina membenarkan ucapan sang ayah yang ada benarnya. Kadang, Kaina benar-benar merasa lelah dengan semua kegiatan di sekolah.
"Tapi itu semua tanggung jawab aku Pi, aku gak bisa ninggalin gitu aja." Kaina menatap sendu Nugraha.
Matanya sudah berair, hingga bening kristal itu jatuh ke pipi mulusnya.
"Iya Papi ngerti, itu sama aja sudah menjadi kewajiban Chesya. Tapi, apa pernah Chesya istirahat sebentar? Papi rasa tidak, bisa dikatakan Chesya bagus punya ambisi yang tinggi."
"Tapi kalau sudah kayak kemarin siapa yang susah? Terus kalau acaranya jadi kacau, karena semua orang sibuk ngurusin Chesya apa yang kamu akan lakukan? Semua itu ada konsekuensinya sayang, intinya adalah kamu harus memikirkan apa yang terjadi ke depannya kalau Chesya sakit lagi kayak gini."
"Iya Pi maafin Chesya, hari ini istirahat total aja." Kaina mulai beranjak dari duduknya.
Namun, Nugraha menahan Kaina agar tetap duduk dengan mengusap-usap kepala Kaina dan tangan yang menahan bahu gadis itu.
"Gak apa sayang, Papi tau kenapa Chesya kayak gini. Kalau gitu sebelum kembali ke kamar kamu harus makan dulu ya. Biar badannya kuat lagi, terus Chesya bisa berangkat deh ke sekolah ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaidan [HIATUS]
Teen FictionJUDUL SEBELUMNYA "KAINA" Kamu ibarat penenang namun menyakitkan, sama saja seperti air dan minyak tidak bisa bersatu. Yang aku tahu, riak air yang dibawa oleh ombak ke pesisir pantai hanya singgah sementara lalu kembali ke lautan. "Kai, seandainya...