Jemputan berjubah Hitam

5 4 0
                                    

Ulangan Tengah semester untuk kelas XI dan Ulangan Akhir untuk kelas XII pun telah selesai.

Separuh ada yang merasa lega, ada pula yang merasa masih terbebani. Tentunya Anak-anak kelas XII.
Minggu depan mereka UN.

"Yeee, selesai juga." Ujar Naumi sambil merenggangkan otot kedua tangannya menjulur ke depan.

"Alhamdulillah... Tapi perjalanan kita masih panjang."

"Ah, iya. Nggak terasa udah naik kelas XII. Rasanya baru kemarin daftar. Waktu itu cepat ya, Rin."

"Iya. Kita akan mulai sibuk mempersiapkan segala macam ujian, sbmptn, mencari tahu Kampus yang akan kita tuju."

"Btw mau lanjut kemana?"

"Hmm.. insya Allah Bandung. Kalau Naumi?" Tanya Verrin membalas.

"Ntahlah, aku masih bimbang. Mau kerja atau kuliah."

"Loh kenapa?"

Mereka berdua berjalan santai menuju gerbang sekolah, kebetulan Verrin dan Naumi satu ruangan. Jadi mereka tak perlu saling pisah. Hanya menunggu Alyssa di gerbang yang katanya ada urusan sebentar dengan guru mapel. Akibat dia nggak masuk saat ulangan mapel tersebut.

"Ortu, bilang dari pada gue nggak konsisten kuliah, mending ngurusin perusahaan Kak Claudya."

"Kak Claudya itu~~"

"Beliau adeknya Ayah gue, Rin. Hehe, gue belum pernah cerita ya, Maine.." lanjutnya cengingiran.

"Hmm.. jadi?"

"Dulu gue kan pernah les piano."

"Nah, Ayah mau gue lanjutin bidang musik itu dan menjadi guru musik."

"Wahh.. keren."

"Doain ya, Rin. Semoga yang terbaik buat Naumi."

"Aamiin.. tapi gue yakin Lo, pasti bisa. Selama nge-band Lo aja yang tidak pernah dapat komplain dari pelatih, atau guru seni di sini."

"Hhee, Alhamdulillah.."

"Kapan-kapan kita karaoke bertiga ya."

"Gausah kapan-kapan besok kan udah free Day, ayolah. Masa iya harus tentuin hari dulu. Kapan lagi coba. Ya nggak?"

"Iya." Jawab Verrin singkat, niatnya agar Naumi tidak lagi meresponnya panjang kali lebar. Untung nggak nambah tinggi.
*Apaan seh author:v

"Btw Alyssa, kok lama banget ya? Dia kan jago matik. Harusnya nggak sampe 20 menit pun udah selesai."

"Walaupun jago matik, nggak harus tiap ngerjain soal ulangan dia bisa, Naumi..." Pungkas Verrin memelas.

"Heheh, iya. Kita nunggu disitu, yuk. Dari pada berdiri gini. Nunggu yang tidak pasti kapan datangnya."

"Pagi-pagi ngebucin."

Naumi dan Verrin berjalan ke arah meja taman sekolah yang tidak jauh dari gerbang.

"Rin.. hmm. Gue boleh minta satu permintaan nggak?" Tanya Naumi dengan wajah ragu-ragu.

"Permintaan? Apa Nau? Biasa aja, kali jangan gugup gitu." Jawabnya memegang pergelangan tangan Naumi.

"Sebenarnya gue udah tau kok orang yang nabrak gue, dan yang menyuruhnya."

Sontak Verrin kaget. Dari mana Naumi tahu? Padahal ia telah janji pada dirinya sendiri untuk mengumpulkan bukti kuat dan memberi hukuman yang setimpal.

"Siapa?" Tanya Verrin berpura-pura.

"Velly."

"K-kok Lo tahu Naumi?"

My World is Not ThereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang