MWINT 20

7 4 0
                                    

Mengapa aku suka malam? Karena datangnya malam bisa membuatku sendiri.
Mengapa aku tidak suka siang? Karena aku harus bertemu banyak orang?
Lalu mengapa aku senang bersama mereka? Lantas, mereka itu dalam artian adalah banyak? Karena~~

"Hei... Rin, kamu tau gak kenapa tiap mau UAS Pak guru, selalu menyuruh kita lari?"
"Gak tau."

Hosh...hoshh..
"Karena dia itu, bukan guru olahraga, pantesnya dia jadi penjaga di ruang piket"
Hoshh..
"Udah.. gak boleh gitu. Kita ikut saja."
"Lo...itu terlalu baik. Tapi bener juga, daripada nilai olahraga gue jelek."

Verrin dan Naumi lari bergandengan, Naumi tidak habis-habisnya ngeluh di tengah jalan mengibah gurunya sendiri. Tanpa mereka sadari guru yang di bicarakan itu sekarang ada di belakang mereka.

"Hei kalian berdua, gak boleh gosip sambil lari, sana pisah."
"Siap pak!" Jawab Naumi, terus lari meninggalkan Verrin.

"Verrin, kamu lari yang cepet, tuh teman-teman kamu sudah di depan."
Verrin membalikkan badannya lalu mengatakan
"Tuh yang lain masih banyak berserakan dibelakang Bapak."
"Oh...kamu gak mau ikut perintah saya?"
"Maaf, Pak. Saya lari dulu. Gak boleh bicara sambil lari, Pak."

Lalu Verrin menambah kecepatan larinya agar tidak di tiup peluit ke telinganya oleh guru olahraga.
Tidak lama kemudian, ada beberapa siswa kelas lain juga olahraga lari, satu di antara mereka menyapa guru itu.
"Pagi.. Bapakkoeh..., Tumben lari, Pak."
"Hei... Kamu gak sopan ya!"
"Bye... Pak."
"Dasar anak-anak kurang di ajar."

🌸🌸🌸

Di pinggir jalan ada sekerumunan anak berbaju olahraga sama dengan Verrin, membuatnya penasaran.
"Hei.. ada apa?"
Tidak ada yang menjawab pertanyaan Verrin, semua pada melihat ke anak itu, yang tergeletak berlumuran darah dikepalanya.
"Naumi!" pekik Verrin, lalu meminta bantuan kepada yang lain untuk cepat memberitahukan guru olahraganya.
"Verrin, aku udah kasih tau Pak guru, dia udah telfon ambulans."
"Suruh cepat!"
"Naumi.... Kenapa bisa seperti ini." Dalam batin Verrin.
"Naumi.. Lo tahan sebentar ya.." Verrin menutup luka yang terdapat di kepala temannya itu dengan telapak tangannya.
Beberapa teman kelasnya hanya menonton jijik tidak berani meyentuh.
Alyssa, dia tidak masuk sekolah hari ini. Karena kakaknya menikah.

Tak lama kemudian, ambulan pun datang.
Verrin, dan guru tersebut ikut masuk ke dalamnya. Sebelumnya Verrin dilarang ikut, karena dia harus mengikuti pelajaran selanjutnya, tetapi Verrin ngotot ingin ikut. Syukur gurunya memperbolehkan dia ikut mengantarkan Naumi.

"Siapa... Siapa yang menabrak Naumi?"
"Siapa orang yang tidak bertanggung jawab itu?"
"Katanya setelah menabrak Naumi, teman-temannya sempat mengejar orang itu, motif kecelakaan tabrak lari."

Wajah Verrin sangat mecemaskan keselamatan Naumi, tangannya terus mengenggam tangan Naumi.

Sesampainya di Rumah sakit, Verrin dan Pak guru menunggu kabar dari dokter yang sedang memeriksa keadaan Naumi.
"Keluarga Naumi?"
"Bukan. Tapi saya guru sekolahnya."
"Oh, keadaan Naumi. Dia baik-baik saja. Alhamdulillah bemturan di kepalanya tidak terlalu keras, dia hanya pendaran saja. Untuk saat ini, pasien jangan di ganggu dulu."
"Terimaksih dokter" ucap Verrin
"Terimakasih dokter."

Syukurlah, Naumi selamat...
"Verrin kamu balik ke sekolah sekarang. Biar Bapak yang menunggu orangtua Naumi datang."
"Baik Pak. Tolong jaga Naumi."
"Iya, Nak."

Verrin pun beranjak pergi, kini ia sedang berada di atas taxi memandang jalanan yang tidak terlalu ramai seperti tadi pagi.
Tidak sengaja ia melihat Velly dengan orang yang sepertinya bukan teman, ataupun dikenalnya.
Lalu Verrin meminta pak Supir memberhentikan taxinya dulu sebentar.
Ia curiga sekarang sudah istirahat pertama, tapi, kenapa Velly masih mengenakan pakaian olahraga dan berada di luar sekolah.

My World is Not ThereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang