Happy reading!Nisa duduk gelisah di depan ruang operasi. Tangannya berkeringat gugup sekaligus cemas karena menunggu proses operasi transplantasi jantung yang tengah dijalani oleh sang Adik.
Akhirnya setelah Nisa menghubungi Revan, pria dewasa itu langsung memindahkan Alea menuju ke rumah sakit yang lebih bergengsi. Keesokan harinya pun, operasi transplantasi segera dilaksanakan mengingat jika ternyata organ jantung baru untuk Alea telah tersedia dan cocok untuk gadis remaja itu.
Nisa melirik jam tangan yang tertera di lengan kirinya. Waktu telah menunjukan siang hari itu berarti empat jam telah terlewati semenjak sang adik dimasukkan ke dalam ruang operasi.
Nisa masih saja duduk gelisah dengan untaian doa yang selalu terucap dari dalam bibirnya. Tangannya saling meremat dan pandangannya tak henti tertuju pada pintu operasi yang tertutup rapat.
Begitu lampu indikator di depan ruang operasi padam, Nisa lantas segera berdiri dari duduk gelisahnya dan mendekat pada pintu berwarna putih itu. Ia harap-harap cemas dengan keresahan yang semakin memupuk begitu sang dokter keluar dari ruang operasi.
"Bagaimana, Dokter?" Tanya Nisa cepat seraya menatap khawatir pada dokter pria dihadapannya itu.
"Tenang saja.. Operasi transplantasi jantungnya telah berhasil. Tetapi kami masih harus tetap mengawasi Adik Anda secara intensif. Jadi setelah ini, adik Anda akan kami masukkan ke dalam ruang ICU."
Nisa tak bisa untuk tidak menghembuskan napas lega mendengar kata berhasil telah terucap dari sang dokter. Tetapi meski operasi ini telah berjalan lancar, Nisa tahu bahwa permasalahan masih akan datang jika tubuh Alea menolak jantung yang dicangkokkan kepadanya.
"Baiklah. Kalau begitu saya undur diri dahulu." Sang dokter berpamitan untuk pergi dan ditanggapi cepat oleh Nisa.
"Iya, silahkan, Dok."
Nisa menatap sayu pintu ruang operasi di depannya. Rasa khawatir masih menghantui Nisa meski adiknya telah mendapatkan donor jantung baru. Tetapi Nisa ingatkan kembali jika operasi ini tidak sesimple itu. Ada beberapa risiko yang bisa terjadi pasca melakukan operasi transplantasi jantung. Yakni, tubuh Alea yang menolak adanya organ jantung baru di dalam tubuhnya. Kemudian juga bisa mengakibatkan jantung yang ditransplantasikan tidak bekerja sesuai dengan jantung pada umumnya. Entah denyutnya yang melemah atau bahkan tidak mau berdenyut sama sekali.
Ck, memikirkan hal itu benar-benar menguras emosi kekhawatiran milik Nisa. Wanita muda itu tak ingin berburuk sangka pada takdir Tuhan untuk adiknya. Tetapi juga tidak bisa untuk tidak memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terburuk yang bisa saja terjadi pada adiknya.
Terlalu asik dengan pikirannya, Nisa tidak sadar jika ia telah kembali duduk di kursi tunggu. Bahkan ia juga tidak sadar jika tengah diperhatikan oleh sepasang onyx hitam dari kejauhan.
"Carikan makan siang untuknya." Titah si pemilik onyx hitam pada seseorang lain yang berdiri tak jauh darinya.
"Baik, Tuan."
Setelahnya, si pria tersebut pergi tanpa kata meninggalkan Nisa seorang diri disana.
********
Beberapa minggu telah berlalu semenjak sang adik telah dikeluarkan dari ruang ICU. Dan selama itu pula Nisa belum pernah sekalipun bertatap muka dengan si penolong adiknya. Boss di tempatnya bekerja itu sedang dalam perjalanan bisnis ke luar negeri dan akan menelan waktu beberapa minggu. Itu yang ia dengar dari para karyawan yang suka menggosip di kantor tiap paginya.
Sebenarnya Nisa merasa tertolong dengan kepergian sang boss. Itu berarti Nisa masih memiliki waktu untuk mengurusi adiknya tanpa terusik dengan timbal balik perjanjian yang telah ia setujui waktu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband
RomanceHidup sang adik berada di tangannya. Tawaran itu menjadi satu-satunya jalan untuk menyelamatkan Nisa dari belenggu rasa ketakutannya. Tapi apakah ia bisa menerima jika tawaran itu mempertaruhkan takdir Sang Pencipta? Karena nyatanya, sebuah pernikah...