Part 8

5.6K 271 34
                                    


Happy reading!

Nisa berjalan dengan tergesa. Kepalanya sedikit menunduk dan tangannya menggenggam erat sling bag yang tersampir di bahunya. Ia cepat-cepat bergerak menuju lift untuk menghindari tatapan semua karyawan di lobby kantor.

Dibelakangnya, Revan hanya berjalan santai sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Ia memperhatikan saja Nisa yang nampak terburu-buru meninggalkannya.

Hari ini mereka sengaja untuk berangkat bersama. Sebenarnya bukan sengaja sih. Tetapi Revan lah yang memaksa Nisa untuk ikut dengannya.

Tetapi begitu tiba di lobby, mereka tidak tahu jika masih banyak karyawan yang juga baru tiba. Nisa yang baru menyadarinya sudah kepalang tanggung untuk bersembunyi sebab ia sudah kepergok turun dari mobil orang nomor satu di perusahaan ini. Jadilah Nisa yang kabur dan meninggalkan Revan begitu saja.

Revan hanya bisa menggelengkan kepalanya gemas. Senyum simpul juga terbit di sudut bibirnya sampai-sampai para karyawan yang melihatnya menjerit tertahan.

"Nisa.."

Panggilan itu bergema di ruangan parkir. Semuanya terdiam. Sang empu yang namanya dipanggil pun ikut berhenti. Menoleh, dan seketika menyesal saat melihat senyum lebar di wajah Revan.

"Jam istirahat ke ruangan."

Nisa hanya mengangguk sebagai respon dan langsung cepat-cepat pergi saat semua karyawan menatap padanya.

"NISA.."

Teriakan heboh menyambutnya ketika ia baru saja tiba di ruangan kerjanya. Ella yang saat itu sedang duduk bahkan langsung berdiri dan menghampirinya dengan wajah antusiasnya.

"Apaan sih, La.. Pagi-pagi udah ribut aja."

Nisa menanggapi malas sahabatnya dan memilih pergi menuju meja kerjanya.

"Ih, Nisa.. Loh tuh yaa.. Pagi-pagi udah jadi bahan gosipan di kantor tau nggak." Ujar Ella sambil mengikuti langkah Nisa.

"Maksud lo?"

Ella menghembuskan napasnya malas. Kemudian menyodorkan ponselnya tepat ke depan wajah Nisa.

Nisa mengeryit. Mengambil alih ponsel Ella dan mulai melihat apa yang ingin diperlihatkan oleh sahabatnya itu. Saat ini Layar ponsel Ella tengah menampilkan sebuah chat di sebuah grup kantor dan banyak sekali chat masuk yang semuanya membahas tentang Revan dengan dirinya.

Nisa sontak melotot horror. Ia menscroll chat tersebut hingga menemukan sebuah foto yang berisi dirinya saat baru saja turun dari mobil Revan.

Nisa lagi-lagi harus menampilkan wajah syok. Ia memilih menyingkirkan ponsel Ella. Ia tidak kuat untuk melihatnya lagi.

"Lo sebenernya ada hubungan apa sama Pak Boss?" Ella bertanya penasaran. Wanita itu mengernyit begitu melihat Nisa yang mengacak rambutnya seperti orang frustasi.

"Nis, lo baik kan?"

"La, Lo kenapa masuk grup begituan sih?"

Bukannya menjawab, Nisa malah mengajukan pertanyaan.

"Begituan apaan sih, Nis? Ini tuh grup kantor tau."

"Tapi-" "Udah deh, jawab pertanyaan gue aja. Atau jangan-jangan yang kemarin lo sama Bobi omongin itu tentang ini?" Potong Ella cepat dengan pertanyaan yang tepat sasaran.

Nisa terdiam. Ia menyumpahi kepintaran Ella dalam menghubungkan semua kejadian.

"Diam berarti iya." Ella tersenyum puas. Wanita itu lantas berteriak girang sambil bertepuk tangan.

My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang