Happy reading!Nisa tahu apa yang dia lakukan kemarin memang keterlaluan. Ia egois karena tidak ingin semua orang mengetahui statusnya yang telah berubah. Ia egois karena tidak memikirkan perasaan Revan terlebih dahulu. Ia dengan mudahnya meminta permintaan yang menurutnya mudah tapi belum tentu mudah bagi suaminya.
Nisa sadar jika sebenarnya ini adalah salahnya. Nisa terbawa emosi saat itu hingga membuatnya berkata tanpa berpikir dahulu. Entah akan bagaimana Nisa menghadapi Revan.
"Nisa?!"
Nisa tersentak kaget manakala Ella berteriak kencang di samping telinganya. Perempuan yang notabene adalah sahabatnya itu kini menatapnya penuh tanya.
"Lo itu kenapa? Gue perhatiin dari tadi pagi bengong mulu. Masih mikirin duit yang waktu itu?"
Nisa meletakkan sendok di tangannya. Entah kenapa nafsu makannya hilang. Kemudian Nisa menghela napas panjang dan menatap menerawang ke depan.
"Gue juga nggak tahu, La. Gue juga bingung."
Mendengar jawaban Nisa, Ella makin dibuat bingung. Lantas, Ella menarik kursi plastik yang didudukinya untuk mendekati Nisa.
"Lo kalo ada masalah cerita sama gue. Siapa tahu aja gue bisa bantu."
Helaan napas kembali terdengar. Nisa menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi. Tangannya ikut bersidekap kemudian perhatiannya beralih kepada Ella.
"Salah nggak sih kalo orang berhubungan tapi salah satunya minta backstreet?"
"Em.. Backstreet?" Ella mengulangi pertanyaan Nisa sambil berpikir. Namun sedetik setelahnya ia seperti tersadarkan oleh sesuatu dan langsung berseru kencang sambil membulatkan matanya.
"Lo punya pacar?!"
Nisa spontan menutup mulut Ella sebab teriakan wanita itu telah sepenuhnya menarik perhatian seluruh pengunjung yang tengah menikmati makan siang di warung makan depan perusahaan tempat mereka bekerja.
Nisa memelototi Ella ganas. Setelahnya ia menatapi para pengunjung lain sambil menggumamkan permintaan maaf. Kemudian menggeplak lengan Ella kencang hingga membuat sahabatnya itu mengaduh kesakitan.
"Toa banget sih, lo." Seru Nisa kesal.
"Njir.. Itu mulut apa speaker." Bobi yang sedari tadi duduk di depan mereka akhirnya ikut bersuara.
"Sorry.. Suka kelepasan." Ella meringis dan melirik sekitar yang beruntungnya sudah tidak menjadikan mereka sebagai pusat perhatian.
"Jadi?" Ella menggantungkan nada suaranya dan menyorot Nisa dengan pandangan meminta jawaban.
"Aku tidak pernah punya pacar." Aku Nisa dengan nada pelan.
Ia benar kan? Revan itu suaminya, bukan pacarnya. Jadi dia tidak berbohong jika selama hidupnya, Nisa sama sekali tidak pernah berpacaran.
"Pfftt.. Hahaha.." Ella terbahak kencang. Wanita itu tertawa sampai-sampai meneteskan air mata. Beruntungnya semua pengunjung sudah masa bodoh dengan keributan yang dibuat mereka.
Nisa melipat bibirnya kesal. Ia melemparkan tatapan tajam untuk sahabatnya yang sama sekali tak berpengaruh terhadapnya.
"Apa gue harus beri penghargaan buat lo? Jomblo sejati sejak bayi?"
Nisa memicing semakin tajam. Tangannya sudah siap untuk kembali melayangkan pukulan jika Bobi tak ikut menyahut.
"Kek situ bukan jomblo sejati aja."
Nisa tersenyum lebar dan memberikan dua jempol untuk sahabat laki-lakinya itu.
"Kaulah sahabat sejati aku.." Ujar Nisa dengan menggunakan nada dari salah satu tokoh kartun Malaysia yang berbentuk kura-kura.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband
RomanceHidup sang adik berada di tangannya. Tawaran itu menjadi satu-satunya jalan untuk menyelamatkan Nisa dari belenggu rasa ketakutannya. Tapi apakah ia bisa menerima jika tawaran itu mempertaruhkan takdir Sang Pencipta? Karena nyatanya, sebuah pernikah...