Happy reading!
Nisa memandangi sebuah kotak hitam berukuran sedang di tangannya. Kotak ini adalah kotak yang dulu ia temukan di dalam sebuah buku dengan gembokan angka di atasnya.
Nisa jadi penasaran. Apa isi kotak ini sampai-sampai Revan menguncinya seolah ingin menyembunyikannya. Terlebih dengan ukiran namanya yang ada di sudut salah satu kotak.
Nisa termenung. Mencoba untuk memikirkan angka penting di kepalanya untuk membuka kotak itu. Namun belum sempat menemukan salah satu angka di kepalanya, Revan sudah terlebih dahulu masuk ke dalam kamar.
"By.."
Nisa menoleh. Kemudian menatap Revan seakan menemukan jawabannya.
"Kak, kemari cepat."
Nisa melambai-lambaikan tangannya pada Revan yang nampak mengernyit bingung lalu menepuk kasur di samping tubuhnya.
"Ada apa, By?" Tanya Revan setelah duduk di sebelah Nisa.
"Ini." Nisa menunjukkan kotak hitam yang ada di tangannya di depan wajah Revan. "Kakak masih hutang penjelasan tentang ini."
Revan langsung terdiam. Tubuhnya kaku dan terlihat tak nyaman. Namun setelahnya ia menghela napas panjang. "Apa yang ingin kamu ketahui?"
"Apa isi kotak ini? Dan mengapa ada nama Nisa disini?" Nisa menunjuk salah satu sudut kotak hitam tersebut dimana terukir namanya secara lengkap.
"Kotak itu tidak terisi apa-apa. Dan untuk masalah adanya namamu disitu karena kakak tidak sengaja membuatnya saat ingin menikahimu."
Nisa menatap Revan sambil memicing curiga. "Apa Kakak pikir Nisa sebodoh itu?"
"Maksudmu, By?"
Nisa tak langsung menjawab. Ia malah membuka salah satu laci di nakas dan mengambil sebuah benda disana.
"Lantas, bagaimana dengan benda ini?" Nisa menyodorkan sebuah cincin emas putih yang memiliki ukiran unik di setiap bagiannya. Itu adalah cincin yang diberikan oleh Alea kepadanya saat liburan mereka kemarin.
Revan terlihat terkejut meski ia berusaha menutupinya dengan memasang wajah biasa. Namun hal itu tak bisa luput dari penglihatan Nisa.
"Darimana kamu mendapatkannya?"
Nisa tersenyum. "Tak penting Kakak tahu darimana Nisa mendapatkannya. Yang lebih penting adalah penjelasan Kakak tentang ini semua."
Revan terbungkam dengan telaknya. Ia mengumpat dalam hati pada siapapun yang memberikan cincin itu pada Nisa. Ia kira cincin itu sudah lenyap bersamaan dengan kecelakaan itu. Namun nyatanya cincin itu kembali kepemiliknya. Semua ini bisa berantakan jika Nisa tahu seluruh kebenarannya.
"Kak.." Nisa memandang Revan dengan tatapan memohonnya. "Ceritakan semuanya pada Nisa. Jangan buat Nisa seperti orang bodoh karena tak tahu apa-apa."
Revan masih terdiam. Sepertinya ia masih ragu atau bahkan sedang memikirkan sebuah alasan lain agar Nisa tak meninggalkannya.
"Kak.." Nisa kembali memanggil. "Nisa ini istri Kakak kan? Tapi kenapa Kakak masih menyembunyikan banyak rahasia di antara kita?"
"Atau selama ini Kakak tidak serius menjadikan Nisa sebagai istri?" lanjut Nisa lagi.
Tapi Revan tak berkutik. Pria itu bahkan hanya bisa menatap Nisa tanpa mengeluarkan sepatah kata pun dari bibirnya. Dan hal itu malah membuat Nisa berpikiran lain.
"Ah, Nisa lupa jika kita menikah memang hanya karena sebuah perjanjian semata." Nisa tertawa sarkas. "Harusnya Nisa sadar diri akan itu."
"Bukan begitu, By.."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband
RomanceHidup sang adik berada di tangannya. Tawaran itu menjadi satu-satunya jalan untuk menyelamatkan Nisa dari belenggu rasa ketakutannya. Tapi apakah ia bisa menerima jika tawaran itu mempertaruhkan takdir Sang Pencipta? Karena nyatanya, sebuah pernikah...