Happy reading!Weekend kali ini Nisa habiskan dengan duduk bersantai di gazebo taman dengan ditemani segelas susu vanila yang masih mengepul panas. Cuaca pagi ini begitu cerah dengan langit biru yang tak tertutupi awan.
Nisa membolak-balikkan halaman buku yang sedang dibacanya. Sebuah buku filosofi berhalaman tebal yang Nisa ambil dari perpustakaan Revan yang ada di sebelah ruang kerja pria itu. Sampulnya yang berwarna hitam dengan ornamen keemasan menarik minat Nisa untuk membacanya.
"Sedang apa, By?"
Nisa terlonjak kaget saat tiba-tiba Revan datang dan memeluknya. Entah darimana pria itu muncul karena Nisa tidak mendengar suara langkah kaki yang mendekat.
"Kak Revan ngagetin tau nggak!" Seru Nisa kesal pada pria yang kini tengah memasang senyum tampannya.
"Maaf, By. Tapi kamunya aja yang terlalu serius sampai tidak melihat kedatangan Kakak."
Pria itu lantas meletakkan kepalanya di pundak Nisa. Akhir-akhir ini Revan senang sekali menempeli Nisa. Entah saat sedang di kantor atau bahkan di rumah. Nampaknya Revan sedang dalam kondisi manja hingga tak kenal tempat untuk sekadar menyentuh Nisa.
"Kak, ini kenapa bukunya begini?" Nisa menatap heran lembaran-lembaran buku pertengahan yang berlubang membentuk persegi. Mungkin setengah dari tebal buku itu hanya memiliki sisi ujungnya saja. Dan di dalam lubang itu tersimpan satu buah kotak hitam yang sayangnya tergembok.
Revan melirik sejenak buku dalam pegangan Nisa. Sedikit terkejut menyadari buku tebal itu dapat ditemukan oleh istrinya. "Oh, buku itu." Revan terdiam sejenak. "Itu buku rahasia milik Kakak." lanjut pria itu.
"Ini isinya apa, Kak?" Nisa mengambil kotak hitam dengan gembok angka kecil di sisi tengah kotak itu. Membolak-balikkannya untuk mengamati setiap sisi kotak. Kemudian matanya sedikit menyipit saat melihat ukiran nama berukuran kecil putih yang hampir hilang di sudut kanan bawah kotak.
"Bukan apa-apa, By." Balas Revan seadanya.
Mata Nisa seketika membola saat mendapati namanya yang terukir di sudut bawah kotak hitam itu. Nisa tak akan terlalu kaget jika hanya nama panggilannya saja yang tertulis. Siapa tahu saja bukan Nisa dirinya. Tapi ini beserta nama panjangnya. Itu berarti kotak ini miliknya. Tapi kenapa bisa ada bersama Revan?
"Kenapa ada namaku, Kak?" Nisa menoleh untuk menatap Revan yang nampak sedikit menegang.
Pria itu lantas melepas rengkuhan kedua tangannya dari tubuh Nisa. Menegakkan tubuhnya dan menatap sejenak kotak itu.
"By, itu hanya kotak biasa. Saat itu Kakak tidak sengaja menulis namamu disitu." Balas Revan dengan nada yang masih terdengar biasa. Santai dan pelan.
Tapi Nisa tak akan begitu saja percaya. Picingan curiga di matanya menandakan jika Nisa tak puas dengan penjelasan Revan.
"Jika kotak biasa tak mungkin Kakak akan menyimpannya di dalam buku seperti ini."
Revan terbungkam. Menyesal karena mengungkapkan alasan tak mutu seperti itu. Tapi ini salahnya juga yang tak menyimpan buku itu dengan benar sehingga Nisa dapat menemukannya.
"Pagi Kakak-Kakak Ale.." Alea yang datang dengan sedikit berlari dari dalam rumah langsung memecah atensi pasangan itu.
Revan menghela napas pelan. Dalam hati berterima kasih pada adik iparnya itu. Sementara Nisa segera melempar tatapan tajamnya seraya berkata pelan. "Kakak hutang penjelasan."
Revan tak menanggapi. Ia memilih menyandarkan kembali kepalanya di bahu Nisa dan memeluknya.
"Duh, masih pagi udah mesra aja." Alea mendudukan dirinya di kursi gantung yang letaknya berhadapan langsung dengan Nisa dan Revan. Ale sudah tak canggung lagi saat diharuskan untuk melihat skinship yang dilakukan oleh pasangan suami istri tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband
RomanceHidup sang adik berada di tangannya. Tawaran itu menjadi satu-satunya jalan untuk menyelamatkan Nisa dari belenggu rasa ketakutannya. Tapi apakah ia bisa menerima jika tawaran itu mempertaruhkan takdir Sang Pencipta? Karena nyatanya, sebuah pernikah...