Happy reading!
Semua tampak indah bagi Nisa. Liburan singkat ini menjadi salah satu moment terbahagianya. Menghabiskan waktu bersama orang-orang tercinta dengan penuh kehangatan. Meski ia harus sedikit merelakan tubuhnya yang dibabat habis oleh suaminya.
Tepat pukul 12 siang tadi Nisa terbangun dari tidurnya. Mendapati tubuhnya yang masih lengket dengan cairan cinta mereka serta serakan pakaian yang tersebar acak di lantai.
Nisa meringis saat ia tak sengaja menggerakkan tubuhnya. Bagian bawahnya luar biasa sakit. Revan benar-benar tak memberi jeda pada permainan mereka.
Saat itu suaminya masih tergeletak di sampingnya dengan mata yang masih terpejam. Suara dengkuran halusnya terdengar samar di setiap helaan napas pria itu.
"Sakit sekali.." Ringis Nisa dalam hati. Rasanya seperti saat pertama mereka melakukannya waktu itu. Atau bahkan lebih sakit. Mungkin miliknya sudah lecet di bawah sana. Nisa rasanya ingin menangis saja.
Ia bergerak perlahan untuk menuruni ranjang. Kakinya bergetar saat harus menopang tubuhnya. Tubuh telanjangnya terekspos begitu saja. Ia meraih salah piyama atasannya yang tersangkut di kaki ranjang. Entah bagaimana bajunya itu bisa tersangkut disana. Nisa juga tidak mengerti.
"By.."
Panggilan itu sontak mengagetkan Nisa yang sedang mengancingkan piyamanya. Ia menoleh dan mendapati Revan yang telah duduk sambil mengucek matanya dengan punggung tangan. Tingkahnya ini persis sekali seperti bocah. Sangat menggemaskan jika saja Nisa tak ingat bagaimana buasnya Revan semalam.
"Sakit kah, By?"
Benar-benar sebuah pertanyaan konyol. Nisa mengumpati Revan dalam hati. Jelas saja sakit. Nenek-nenek juga tahu jika sehabis melakukan itu sampai pagi rasanya pasti sakit.
Nisa mendengus pelan. Tak ingin menyahut dan memilih untuk mengambil celana piyamanya yang terlempar jauh ke single sofa di dekat nakas.
Nisa ingin marah saja rasanya.
Kakinya bergerak pelan dalam melangkah. Perih sekali jika harus membuka lebar-lebar kakinya. Ia bahkan harus berpegangan pada meja nakas karena tak kuat menahan tubuhnya sendiri. Bagian bawahnya benar-benar tak tertolong.
Tapi saat itu pula ia dikejutkan dengan Revan yang mengangkat tubuhnya layaknya pengantin baru. Membawanya ke dalam bilik kamar mandi dan mendudukkannya di atas closet.
Nisa melotot saat menyadari Revan masih dalam keadaan naked. Ia langsung memalingkan wajahnya yang memanas ke arah lain karena di hadapannya ini tepat terpampang jelas sesuatu yang membuatnya merintih semalaman. Apalagi keadaan dirinya yg hanya mengenakan piyama tanpa bawahan yang hanya dapat menutupi sedikit bagian dari pahanya.
Revan berjongkok. Memandang wajah Nisa dan mengusap lembut pipinya.
"Maaf. Kakak hilang kendali, By." Revan berucap pelan. "Hari ini Kakak akan melayanimu sebagai ganti pelayananmu semalam." tambahnya.
Nisa merengut. Tapi tak ayal mengangguk juga.
"Tapi jujur, By. Semalam memang luar biasa. Kakak jadi ingin melakukannya juga di rumah."
Plak
Revan sukses mendapat gamparan keras di lengannya. Nisa sudah melotot. Sumpah serapah telah berada di ujung lidahnya dan siap keluar jika saja Nisa tak ingat akan kualat.
Yang semakin membuat Nisa sebal adalah reaksi Revan yang malah tertawa. Pria itu senang sekali menggoda Nisa. Wajah cemberut istrinya adalah wajah paling menggemaskan sedunia. *Bucin detected.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband
RomanceHidup sang adik berada di tangannya. Tawaran itu menjadi satu-satunya jalan untuk menyelamatkan Nisa dari belenggu rasa ketakutannya. Tapi apakah ia bisa menerima jika tawaran itu mempertaruhkan takdir Sang Pencipta? Karena nyatanya, sebuah pernikah...