Part 4

7.1K 325 20
                                    


Happy reading!

Nisa terburu-buru memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. Hari ini ia terlambat bangun. Entah mengapa alarm yang ia pasang di ponselnya tidak berbunyi sama sekali. Maka, dengan segala kecepatan yang ia punya, ia mulai membersihkan diri dan memakai pakaian yang ia ambil secara sembarangan dari dalam lemari. Pun dengan wajahnya yang hanya ia poles dengan bedak saja.

Ia bergegas keluar rumah dan mengunci pintu. Kemudian kakinya melangkah cepat menuju pangkalan ojek yang terdapat di ujung gang tempat tinggalnya. Namun baru saja ia berjalan beberapa meter dari rumahnya, tiba-tiba terdapat tiga orang pria berjas hitam menghadang jalannya.

"Siapa kalian?" Nisa bertanya cepat begitu salah satu dari mereka melangkah mendekat padanya.

Nisa reflek bergerak mundur dan bersiap untuk lari bila saja tak ada dua orang lagi yang menghadang bagian belakangnya. Jadi saat ini Nisa dalam posisi dikepung oleh beberapa pria berbadan besar dengan jas hitam yang dikenakan mereka.

"Kalian mau apa?" Nisa bertanya takut-takut seraya menatap awas. Tangannya ia gunakan untuk meremat tasnya dan bersiap untuk menyerang jika mereka berani berbuat macam-macam padanya.

"Maaf, Nona. Tapi kami ingin Nona untuk ikut kami." Dua orang dari mereka bergerak mendekat dan secara spontan Nisa menghindar dengan memukul kepala mereka dengan tas miliknya. Ia juga hendak melarikan diri jika saja dua pria yang lain tak menangkap tangannya dan menahan pergerakannya.

"Lepaskan saya. Saya tidak ada urusan dengan kalian." Nisa memberontak keras dan menarik lengannya yang ditahan. Ia meronta-ronta sambil sesekali berteriak minta tolong. Berharap siapapun akan membantunya disana. Namun ia baru menyadari jika suasana di sana sangat sepi. Tak ada seorang sama sekali kecuali mereka.

"Om tolong jangan culik saya, Om. Saya nggak punya apa-apa, Om. Percuma om nyulik saya, nggak akan ada yang mau nebus saya. Saya ini kismin om. Mending om nyulik anak di depan gang ini. Anak orang kaya. Saya jamin om bakal dapet duit banyak." Nisa memelas seraya memasang wajah sedih dengan puppy eyes yang sengaja ia gunakan agar orang-orang yang berniat menculiknya ini merasa kasihan dengannya.

"Maaf, Nona. Tapi yang kami butuhkan itu Nona." jawab salah satu dari mereka.

Nisa lantas memberontak dan berteriak kencang begitu dirinya diseret ke dalam mobil hitam yang berhenti di depannya. Ia hampir saja menggigit salah satu lengan dari si penculik namun gagal begitu dirinya di dorong paksa ke dalam mobil.

"Om.. Lepasin saya om.. Saya ini yatim piatu. Saya punya adik yang harus saya rawat. Adik saya sedang dalam proses penyembuhan dan bagaimana nasib adik saya jika om-om semua ini menculik saya.." Nisa menangis bak bocah cilik dimana saat ini posisinya berada di tengah-tengah dua pria berbadan besar yang sedari tadi diam dan tak mengacuhkannya.

"Om.." Nisa merengek pada salah satu pria di sampingnya. Namun nihil, pria itu hanya mengabaikannya saja. Jangankan menjawab, menoleh saja tidak.

Sakit hati adek, bang..

"Om semua jahat.." Nisa berteriak histeris dan mengabaikan umurnya yang bahkan telah menginjak usia dua puluh dua tahun untuk menangis kencang. Bahkan bahunya sampai berguncang hebat.

"Kalau kami tidak jahat, mana mungkin kami menculik Anda, Nona." Celetuk salah satu penculik Nisa yang sedang menyetir mobil.

Tiba-tiba tangis Nisa berhenti. Otaknya langsung mencerna perkataan dari si pria tadi. Benar juga sih. Tak mungkin jika penculik itu tidak jahat. Lantas, bagaimana nasib hidup Nisa selanjutnya. Nisa masih ingin melanjutkan hidupnya. Ia tidak mau mati sia-sia di tangan para penjahat ini. Sibuk dengan segala kekhawatiran di kepalanya, Nisa tak menyadari jika para pria di sampingnya ini menahan tawa.

My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang