Part 15

4K 180 24
                                    


Happy reading!

Seperti yang telah dikatakan oleh Revan, sabtu pagi mereka benar-benar berangkat menuju pantai. Pantai privat yang letaknya ada di Labuan Bajo. Tepatnya di resort yang dulu menjadi tempat Nisa terbangun setelah dinikahi oleh Revan.

Mereka berangkat menggunakan pesawat pribadi milik keluarga Mahendra. Pesawat baru yang dibeli Revan setelah memutuskan untuk menikahi Nisa.

Revan sengaja membawa kembali keluarganya kesana karena tempat tersebut adalah satu-satunya resort pribadi milik Revan. Resort yang ia bangun dari tabungan miliknya. Tak ada campur tangan dari harta warisan sang Ayah sehingga keberadaan asetnya ini tidak diketahui oleh sang paman.

Revan sudah yakin seratus persen jika seluruh aset keluarga Mahendra ada dalam pengawasan pamannya. Revan tak ingin mengambil risiko lebih. Keamanan keluarganya lah yang terpenting. Revan tahu jika sang paman tak akan pernah berani mencelakainya. Tapi, tak akan ada yang menjamin jika tua bangka itu tak akan kembali bermain kotor dengan mengancam keselamatan keluarganya.

Sudah cukup Revan kehilangan Ayah dan Kakeknya. Juga dengan satu orang kepercayaan sang Ayah yang harus pergi karena kekejaman pria tua itu.

"Varo lelah?" Revan bertanya pada sang anak yang sedang berada dalam gendongan koalanya. Mereka sedang berjalan masuk ke dalam resort.

Resort Revan dibangun diatas sebuah bukit tinggi yang menghadap langsung pada laut lepas. Di sekitaran resort masih dipenuhi dengan pohon besar dengan dedaunan rimbun yang menutupi bangunan mewah ini dari luar. Revan sengaja tak menyingkirkannya karena ingin menjaga area privatnya.

Anak laki-laki itu menggeleng. Wajahnya yang semula terbenam dalam ceruk leher ayahnya terangkat.

"Varo senang Papa bawa Varo ke pantai." Bocah itu tersenyum lebar hingga deretan gigi putihnya terlihat jelas.

"Varo selama ini selalu ke pantai bersama Kakek dan Nenek. Tapi sekarang Varo bisa ke pantai bersama Mama dan Papa sama Onty juga."

Binar bahagia itu terpancar indah dari manik Varo. Belum lagi dengan nada riang khas anak laki-laki yang membuat semua orang yang mendengar mau tak mau juga ikut tersenyum.

"Mama seneng kalo Varo juga seneng." Nisa yang sejak tadi berjalan di samping Revan langsung mencubit gemas pipi Varo yang tak hentinya tertarik karena tersenyum.

"Sini Mama Varo cium."

Varo memajukan wajahnya untuk mencium pipi Nisa. Nisa menurut. Mendekatkan pipi kirinya ke arah Varo dan terjadilah kecupan singkat tersebut. Ia pun tak lupa untuk melakukan hal yang sama kepada Revan.

"Bilang Nenek, Varo boleh nunjukin sayang Varo lewat ciuman." Ujar Varo.

"Varo sayang Mama sama Papa. Sayang pake banget pokoknya." Varo menujukkan kembali cengiran penuh sirat bahagia dari wajahnya.

Revan tersenyum. "Seberapa besar sayangnya?"

"Sebesar gini." Varo membuka tangannya lebar-lebar sampai hampir terjatuh dari gendongan Revan jika saja pria itu tidak sigap untuk menahan punggung anaknya.

Revan dan Nisa serta Alea yang sedari tadi hanya diam itu sukses dibuat gemas oleh tingkah Varo. Anak usia enam tahun yang diketahui dulunya memiliki kehidupan sulit itu kini selalu tersenyum senang. Seolah ia telah menikmati hidupnya yang sekarang. Dilimpahi oleh kasih sayang orang tua angkat dan juga seorang bibi.

Varo mungkin terlahir sulit. Tapi takdir telah membawanya untuk bertemu dengan Revan dan Nisa. Dua orang baik yang mungkin telah dipersiapkan Tuhan sebagai orang tuanya.

My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang