19- 4SEMECIN

603 36 5
                                    

Berbeda dengan Alam dan Raja, karena hari ini libur kuliah dan Marsya libur kerja, Vino dan Nial mengajak Marsya dan Chintya bermain di Dufan. Vino sudah menjemput Marsya untuk kekosannya, karena Nial akan menjempunya dikosan Vino. Saat ini Vino dan Marsya sedang menunggu datangnya Nial dan Chintya. 

Mereka janjian akan berangkat jam 8 pagi, tetapi sekarang sudah jam 10, Nial tak kunjung datang. Vino lupa jika Nial adalah manusia terngaret.

"Sabar ya, Nial ngaret banget." Ucap Vino pada Marsya.

"Iya nggak apa-apa, Mas. Mungkin macet." Sahut Marsya tenang.

Tak lama mobil Jazz datang berhenti didepan pagar kosan. Vino menarik tangan Marsya untuk berdiri dan menghampiri mobil.

"Kurang lama lo." Kesal Vino sambil membuka pintu mobil, Marsya masuk terlebih dahulu disusul Vino.

Chintya menoleh kebelakang lalu mengulurkan tangannya pada Marsya dengan senyum ramahnya.

"Gue Chintya cewek paling cantik diantara empat cowok ganteng." Ucap Chintya dengan ramah, Marsya menerima uluran tangan Chintya dengan membalas senyum manis miliknya.

"Saya Marsya." Sahut Marsya lalu melepaskan tangannya.

"Nggak bisa pakai gue lo aja?" Tanya Chintya, Marsya menoleh pada Vino.

"Dia anaknya sopan nggak kayak lo grasak-grusuk." Sahut Vino, Marsya tersenyum kikuk.

"Bawel lo." Sahut Chintya lalu kembali menghadap depan. Mobil lalu berjalan dengan santai.

"Janjian jam 8 kenapa jam 10 lewat baru dateng lo berdua?" Vino kesal, Nial melirik Vino melalui kaca. "Terus kenapa ini pake mobilnya Alam, mobil lo kemana?" Tanya Vino setelah sadar yang mereka gunakan adalah mobil Alam bukan mobil Nial yang sudah direncanakan.

"Gue lupa mobil gue lagi dibawa abang ipar gue ke Surabaya. Ini lama gara-gara nyari kunci mobil sama ngambil stnk mobilnya ke kantor Bang Elzan." Papar Nial.

"Bilang dong, biar gue nggak nunggu lama."

"Makan dulu ya, gue belum makan nih." ujar Chintya sambil menengok kebelakang, Vino dan Marsya mengangguk.

"Makan padang aja gimana?" Usul Vino.

"Wah boleh tuh, gue alagi pengen banget rendang." Sahut Chintya semangat.

"Nasi padang biasa, Al." Nial mengangguk.

Setelah sampai dirumah makan padang mereka langsung duduk menunggu makanan mereka, Marsya hanya ikut sedangkan Chintya terus mengoceh mengajak Marsya mengobrol.

"Sya, kok lo belum nerima Vino sih? Vino galau tau digantungin sama lo." Oceh Chintya. Nial tertawa melihat wajah panik Vino sedangkan Marsya tersenyum kikuk.

"Chintya bangke banget lo!" Decak sebal Vino.

"Nggak apa-apa Vin, biar lo berdua langsung jadian." Vino melirik Marsya yang tersenyum.

"Nggak usah didengerin nenek lampirnya." Ucap Vino pada Marsya. Marsya menoleh lalu mengangguk.

"Sialan lo." Decak kesal Chintya.

"Alam sama Raja kapan balik Vin?" Tanya Nial pada Vino.

"Bukannya besok juga udah balik?" Jawab Vino. "Itu anak dua, gue chat nggak bales." Kesal Vino.

"Nggak dibaleslah, mereka nggak bawa HP." Jawab Nial.

"Tau darimana lo?"

"Tadi gue liat HP mereka dikamar Alam." Vino mengangguk, lalu makanan mereka datang. Marsya terpelonjak kaget melihat menu yang datang terlalu banyak.

Empat SekawanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang