35. 4-SEMECIN.

353 35 20
                                    

Saat ini Alam dan Stefie dalam perjalanan menuju Bandung. Alam ingin menunjukkan sesuatu pada Stefie karena memang sudah saatnya Stefie mengetahui masalalunya. Alam tidak ingin ada lagi yang ditutupinya dari Stefie agar kejadian kemarin tidak terulang kembali. Hanya tersisa beberapa kilo meter lagi mereka sampai. Stefie melihat seklilingnya, mobil masuk kedalam perkarangan TPU. Stefie menoleh pada Alam dengan tatapan bingung. Alam tersenyum, dugaan Alam benar pasti Stefie bingung maksudnya tujuannya mengajak kepemakaman.


"Alam, kita ngapain kesini?"


"Ketemu selingkuhan aku."


Alam menghentikan mobilnya lalu keluar dari mobil. Stefie mengikuti Alam. Melihat Stefie menyusulnya, ia menarik tangan Stefie kedalam genggamannya. Mereka berhenti disalah satu tumpukan tanah dengan nama Acha Destrianis. Diatas masih ada taburan bunga yang masih basah dan ada bunga anggrek, bunga kesukaan Acha. Mereka berjongkok. Stefie terlihat sangat terkejut. Alam hanya dapat tersenyum karena Stefie meremas tangannya. Alam melepasnya dengan pelan lalu mengusap rambut Stefie.


"Assalamualaikum sayang." Salam Alam mengusap batu nisan dengan tulisan nama Acha. "Aku dateng lagi. Tapi sekarang aku nggak dateng sendiri. Aku dateng sesuai janji aku sama kamu. Aku dateng bawa Stefie,"


"Liat dia deh, dia cantik kan sama kayak kamu, tapi bedanya dia lebih garang dibanding kamu hehehe." Alam tertawa pelan, sesekali melirik Stefie masih terdiam. "Sayang, kemarin Stefie marah sama aku karena aku sebut nama kamu. Terus Stefie mutusin aku tapi sekarang udah balikan lagi kok. Stefie nggak bisa marah sama aku, kayak kamu nggak bisa marah sama aku."


"Aku mau bilang sama kamu, kita putus." Ungkapan Alam diakhiri dengan ia mencium batu nisan Acha. Tak tertinggal air matanya menetes di pipinya.  Stefie sudah mulai menangis melihat Alam mencium batu nisan Acha.


"Aku mutusin kamu bukan karena aku udah nggak cinta kamu, tapi aku nggak mau nyakitin Stefie terus. Aku sakit liat Stefie nangis karena aku. Kamu nggak marah kan sama aku karena aku bagi cinta kamu buat Stefie juga? Kamu juga nggak marah kan sama Stefie karena udah rebut aku dari kamu?" Ucapnya sambil menarik Stefie kedalam rangkulannya yang masih menangis.


"Aku mau bilang kalo aku cinta kamu sampe kapanpun, Sayang. Jaga diri kamu baik-baik disana. Kalo ada yang jahatin kamu, bilang sama aku." Akhiri Alam dengan ia mencium kembali nisan Acha.


"Sekarang Stefie yang ngomong sama kamu." Alam menatap Stefie sambil menghapus air mata Stefie di pipi cantik gadisnya. "Jangan nangis. Acha bakal marah kalo ada yang jenguk dia tapi nangis."


"Hai Acha. Aku Stefhanie Kinanda, panggil aku Stefie." Ucapnya mengusap nisan Acha lembut. "Kamu pasti cantik banget ya sampe buat Alam nggak bisa move on dari kamu? Kamu pasti lebih cantik dari aku ya? Aku pasti iri deh liat kamu kalo kamu masih ada disini. Jadi ini alasan Alam  jadi sok jual mahal, jadi cuek, jadi dingin ternyata karena kamu. Aku yakin kamu akan marah kalo liat Alam yang sekarang."


"Kamu ijinin aku jadi pacarnya Alam kan, Cha? Kalo nggak boleh, tolong pikirkan lagi ya hehehe. Aku janji akan selalu sayang dan cinta sama Alam, seperti kamu sayang dan cinta Alam. Kalo bisa kita sama-sama sayang dan cinta Alam Leonardo."


"Jujur aja, Cha, kemarin aku sempet benci sama kamu karena aku kira Alam selingkuh sama kamu. Aku sakit hati sama alee tapi sekarang aku udah nggak benci sama kamu. Malahan aku juga kayaknya sayang sama kamu walaupun kita nggak saling kenal. Nanti aku mau tanya Alam ah tentang kamu, boleh kan, Cha?"

Empat SekawanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang