30. 4-SEMECIN

365 31 12
                                    

Setelah malam kejadian saat Papah Chintya melarang hubungan Nial dan Chintya. Berakhir Chintya dikurung didalam kamarnya. Nial setiap harinya selalu ke rumah Chintya untuk melihat keadaan kekasihnya. Mereka mengobrol dengan terhalang dinding kamar Chintya. Chintya selalu menangis saat berbicara dengan Nial dan Nial tidak bisa berbuat apa-apa. Seperti saat ini mereka sedang mengobrol.


"Chin... Kamu bai-baik aja kan di dalam?" Tanya Nial dengan sedikit berteriak agar Chintya dapat mendengar teriakannya.


"Iya Al, aku denger kok." Sahut Chintya dengan suara serak seperti tiga hari yang lalu sejak ia menangis.


"Aku harus apa, biar kamu bisa keluar?"


"Aku nggak tau, Al. Aku takut." Lirih Chintya.


"Aku harus ngomong sama Papah kamu!" Ragu Nial


"Jangan, Al, Papah bisa marah banget sama kamu." Cegah Chintya cepat sebelum Nial benar-benar melakukan hal itu.



"Nggak apa-apa. Yang penting kamu bisa keluar kamar."



"Jangan, Al, jangan! Nanti hubungan kita yang jadi pertaruhannya. Aku nggak mau!


"Terus aku harus apa, sayang? Aku bingung harus berbuat apa!" Ucap Nial frustasi.


"Alam!" Teriak Chintya.



Nial bingung, kenapa Chintya menyebut nama Alam dalam masalah mereka.



"Alam?" Ulang Nial takut-takut ia salah dengar.



"Iya, Al! Cuma Alam yang bisa nolong kita!"



"Maksudnya apa ? Aku nggak paham?" Nial benar-benar belum mengerti.



"Papah cuma ijinin aku keluar rumah kalo sama Alam!" Ucapan Chintya mampu membuat bibirnya tersenyum.



"Oke! Aku kerumah Alam sekarang juga!"



"Iya Al. Kamu hati-hati!"



"Iya pacar. Aku pergi dulu ya. Aku sayang kamu!"



"Aku juga sayang kamu, Al!"




---4SEMECIN---



Empat SekawanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang