∞ Kecewa ∞

2.2K 246 21
                                    

****

Jimin melangkahkan kakinya masuk kedalam rumahnya dengan sedikit takut, Jimin masih mencoba menyiapkan hatinya dan tubuhnya untuk segala kemungkinan.

“Darimana saja kau?” suara besar nan tegas itu membuat langkah Jimin yang akan menaiki tangga pun berhenti, dengan takut Jimin membalikkan badannya sembari menundukkan kepalanya.

“Maaf appa, Jimin tadi bersama Taehyung.” Ucap Jimin.

“Apa setelahnya kau berkelahi dengan Taehyung?” pertanyaan Tn. Park membuat Jimin terdiam.

“Jawab Park Jimin.” Ucap Tn. Park dengan ketegasan.

“Mianhae appa.” ucap Jimin.

“Sudah berapa kali aku mengatakan jangan mempermalukan keluarga.” Ucap Tn. Park marah.

Ny. Park langsung berlari dari arah belakang menghampiri Jimin dengan khawatir.

“Ommo, apa yang sudah terjadi padamu Nak?” Ny. Park menatap Jimin khawatir.

“Jimin baik baik saja eomma.” Ucap Jimin.

“Yeobo, Jimin terluka biarkan dia istirahat sebentar.” Ucap Ny. Kim.

“Tidak, dia harus di hukum.” Ucap Tn. Park.

"Aku tidak akan membiarkan kau menghukum anak ku. Kau tidak lihat dia sedang tidak baik baik saja? Apa kau setega itu pada….” Ucapan Ny. Park terhenti ketika tangan besar itu dengan ringan menyentuh pada pipinya dengan keras.

PLAK

Suara keras itu membuat Jimin terkejut, Jimin langsung menatap sang ayah marah namun dengan cepat memalingkan wajahnya.

“Jangan pernah membela anak tidak berguna itu.” Jimin membeku di tempatnya, itu bukan pertama kalinya bagi Jimin tapi tetap saja hatinya terluka.

“Eomma, gwenchana?” tanya Jimin, Ny. Park tersenyum untuk menyakinkan putranya itu jika dirinya baik baik saja.

“Tidak, putra ku sangat berharga, dia berguna untuk kehidupanku.” Ucap Ny. Park sembari menatap suaminya marah.

“Dia hanya anak lemah yang sialnya harus hadir di keluarga ku bahkan menjadi putra ku.” Tn. Park memegang rahang Ny. Park penuh dengan amarah.

Dan tangan besar itu yang sudah memegang rahang Ny. Park dengan kasar membuat sang empu tanpa sengaja meneteskan air matanya.

“Appa…” Jimin sudah tidak bisa menahannya lagi, ia menatap Tn. Park marah bahkan sedikit berteriak untuk memanggil ayahnya itu.

“Kenapa? Kau mau membuat ku lebih tersiksa lagi karena ulah mu?” tanya Tn. Park sembari melepaskan tangannya itu lalu berpindah pada rambut sang istri, ia langsung menariknya dan membawa tubuh sang istri sedikit menjauh dari putra nya.

BRAK

Tubuh itu tersungkur di lantai yang dingin ketika di dorong dengan keras membuat sang empu meringis kesakitan lalu tangan itu kembali menarik tubuh itu agar berdiri disampingnya.

“Appa… jangan sakiti eomma lagi.” Ucap Jimin sembari berjalan menuju kearah sang ibu.

“Tidak Jim, jangan mendekat. Jim eomma mohon tetap disana.” Ucap Ny. Park memohon namun seakan telinga Jimin tuli, ia tetap berjalan mendekati sang ibu dan ayahnya dengan tatapan marah.

Jimin berdiri tepat di hadapan sang ayah dan masih menatapnya marah.
“Berhenti menyakiti eomma.” Ucap Jimin penuh penekanan, Tn. Park langsung tersenyum miring.

“Lihatlah, lihat anak yang selalu kau banggakan itu.” Ucap Tn. Park sembari menunjuk Jimin.

“Apa yang kau banggakan dari anak pembangkang sepertinya?” ucap Tn. Park.

“DIA HANYA ANAK TIDAK BERGUNA….” Tn. Park berteriak marah sembari akan melayangkan pukulannya tapi dengan cepat di cegah oleh Ny. Park sehingga ia yang mendapatkan pukulan keras itu pada wajahnya.

“APPA….”

Semua langsung menatap kearah suara, wajah merah Yoongi membuat Jimin langsung tersadar jika kakaknya itu sedang marah. Jimin tidak mau Yoongi juga terluka karena dirinya.

“Kenapa appa melukai eomma lagi?” tanya Yoongi.

“Yoongi-ah dengarkan appa, appa tidak ingin melukai eomma mu tapi dia terus saja membela anak itu bahkan dia melindungi anak tak berguna itu.” Ucap Tn. Park, rahang Yoongi semakin mengeras.

Sedangkan Jimin menatap sang ayah dengan tatapan tak percaya, sepertinya hati Tn. Park benar benar telah mati.

“Begitu bencikah appa padaku?” tanya Jimin.

“Iya, aku sangat membenci anak yang hanya membuat beban dan aib keluarga. Kau anak penyakitan yang tidak bisa membanggakan ku.” Ucap Tn. Park
Dan ucapan sang ayah seakan akan boomerang untuk dirinya, bahkan dadanya Jimin kembali merasakan nyeri yang sempat hilang. Dadanya Jimin seakan terhimpit beban berat hingga membuatnya sedikit sulit bernafas.

Jimin langsung jatuh terduduk hingga membuat Yoongi langsung mendekati sang adik.

“Jim tenanglah jangan dengarkan ucapan appa.” ucap Yoongi berusaha menenangkan adiknya itu.

“Hyung…. Appa benar… aku…” Jimin mulai sulit untuk bernafas, Tn. Park sendiri hanya menatap Jimin terkejut kemudian melangkah pergi meninggalkan ruang tengah.

Ny. Park langsung menangis disamping Jimin kemudian menggenggam erat tangan Jimin.

“Siapkan mobil Yoongi-ah.” Yoongi langsung berlari untuk menyiapkan mobil lalu kembali dan membawa tubuh adiknya itu kedalam mobil dan Yoongi langsung melajukan mobilnya diatas rata rata menuju ke rumah sakit.

“Jim, kau kuat jadi bertahanlah.” Ucap Ny. Park.

“Kau kuat Jim, jadi jangan tutup matamu dulu, kita akan segera sampai di rumah sakit. Hyung mohon…” ucap Yoongi sembari sesekali menatap sosok Jimin dibalik spion mobilnya.

“Hyung… pung…gung... ku…” lirih Jimin.

“Iya, eomma juga tahu. Dengarkan hyung mu baik baik ne, jangan tutup matamu sayang.” Ucap Ny. Park.

****

Taehyung menatap hamparan sungai yang tenang dengan pandangan kosong, ia ingin menemui Jimin tapi dirinya terlalu takut untuk memberikan beban pada sahabatnya itu.

“Eomma tidak menyukai kamu yang terus melukai Jungkook.”

“Bagaimana pun dia tetap adik mu dan eomma tidak menyukai jika kau terus melukai Jungkook hanya karena anak anak tidak jelas seperti mereka.”

“melukai Jungkook.”

“Eomma tidak menyukai.”

“Jika kau terus melukai Jungkook.”

ucapan eomma Taehyung terus terngiang di telinganya, udara yang semakin dingin membuat tubuhnya seakan akan beku.

“Bahkan eomma tidak pernah tahu apa yang sudah aku lewati karena anak kesayangan mu itu.” Gumam Taehyung.

Arghhh

Seketika tangannya memegang perut kirinya dengan tangan kanannya saat rasa nyeri mengambil alih atensinya.

Taehyung serasa ingin mati, saat tubuhnya seketika membeku, saat hatinya kembali terluka, saat dirinya kembali mengalah dan saat penyakitnya itu datang lagi untuk membunuhnya dengan cepat.

Taehyung seakan akan ingin segera menutup matanya, setetes air mata mengalir di dari matanya. Dan malam ini Taehyung ingin menangis untuk sekali saja hanya untuk menghilangkan sesak di dadanya sementara.

“Appa, Taehyung rindu appa.” lirih Taehyung sebelum akhirnya ia menutup matanya.

****

.

.

TBC.

My FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang