2

1.3K 47 0
                                    

Tiga minggu sudah berjalan dengan baik. Vannya menjalankan pekerjaanya dengan baik.

"Kamu OG baru ya," tanya wanita berkemeja tosca dengan tampang menyelidik.

"Iya bu, saya pekerja baru disini." Vannya menunduk bak pembantu bertemu majikannya.

"Yaelah kamu tuh jangan nunduk, saya hanya mau nanya namamu aja kenapa takut. Perkenalkan saya Bella dari devisi interior, kamu?."

"Vannya," akhirnya Vannya mendapat kenalan. Kerjanya berasa individu tak ada teman yang bisa diajak berbincang ringan. Orang-orang OG/OB belum sedekat ini bahkan ada yang tidak mau perkenalan dengannya. Tapi ini divisi interior kenapa mau kenalan sama OG. Vannya bingung mau jawab apa lawan bicaranya ini mengajaknya untuk berteman layaknya sahabat. Bella menampakan wajah memohon disertai puppy eyes.

"Gimana kamu mau nggak?" Tanya Bella sekali lagi.

"Iya aku mau. Aku tinggal dulu ya, masih ada pekerjaan." Pamit Vannya meneruskan pekerjaannya.

"Oke, nanti pulang aku tunggu di post satpam ya." Bella tersenyum bahagia. Bella berjalan kearah kubikelnya. Belum sempia mendudukan bokongnya pada kursi tempatnya asisten atasannya menemui Bella memintanya menghadap ke atasnya.

"Ish selalu mengganggu," gerutu Bella. Saat Bella akan masuk ke ruangan atasannya, sekertaris bosnya itu menunduk hormat.

Bella malas diperlakukan seperti ini terus. Menyebalkan sekali pemilik ruangan ini. Saat Bella masuk orang yang memanggilnya tidak ada diruangan. Ruangan tampak kosong hanya tumpukan berkas yang menggunung dimeja. Bella keluar lagi mencari sekertaris bosnya itu.

"Si bussy kemana?" Tanya ketus Bella,

Sekertaris itu menganga tak percaya. Baru kali ini ada yang berani mengatai atasannya.

"Anda disuruh nunggu didalam dulu kata Mr. Adiano, kata beliau sebelum masuk ke ruang pribadinya. Mungkin saat ini beliau sedang mengganti pakaian untuk meeting diluar bersama anda semacam makan siang." Bella masuk kembali ke dalam. Duduk disofa menunggu lama sudah menjadi kebiasaannya. Bella membaca majalah yang berada dimeja depamnnya sembari menunggu seseorang yang menunggunya itu keluar dari ruang pribadi.

"Udah lama nunggunya," tanyanya saat baru keluar dari ruang tersembunyinya yang berada disamping Bella.

"Hmm" dehem Bella tanpa mau melihat orang yang mengajaknya berbicara. Adiano duduk disamping Bella dengan membuka ponselnya. Bella menghela nafas panjang dan itu didengar Adiano tentunya. Adiano mengernyit menatap Bella. Bella memposisikan dirinya duduk berhadapan dengan Adiano di satu sofa panjang itu. Kaki ditekuk dinaikan ke sofa serta tangan bersendakep di dada. Bella sangat kesal dengan Adiano.

"Mau loe apasih nyuruh-nyuruh gue seenaknya kesini." Teriak Bella tak suka dengan orang didepannya.

"Pulang!" Ucap Adiano ambigu, Bella menggeleng tidak mau menuruti. Adiano geram dengan penolakan Bella.

"Mau pulang jalan sendiri atau Gue gendong sampai mobil." Bella melotot tajam saat ucapan orang didepannya melontar begitu saja. Saat bella ingin menjawab tubuhnya sudah melayang keudara. Dengan reflek tangan Bella melingkar pada leher Adiano. Bella menyembunyikan wajahnya didada Adiano menghindari tatapan penasaran orang kantor. Bisik-bisik karyawan kantor sangat jelas terdengar ditelinganya. Ada yang menanyakan tentang status hubungan mereka itu apa dan sebagaianya sempat terdengar sebelum dirinya dan Adiano memasuki lift khusus. Setibanya dilantai dasar Adiano mengabaikan bisik-bisik karyawan. Bella tentu malu diperlakukan seperti itu.

"Mau makan dulu atau langsung pulang?" Tanya Adiano saat mendudukan Bella pada kursi penumpang depan. Dasbour mobil Adiano dilempar Bella sepatu berhak saking kesalnya. Bella tak peduli tatapan tajam Adiano. Bella juga menatap tatapan menantang. Adiano menghela nafas berat lalu dirinya memutari mobil untuk segera menjalankan mobilnya. Meladeni kekesalan Bella sama saja perang dingin ke-3, Adiano memfokuskan kemudinya menuju rumah orang tuanya. Diperjalanan terasa hening karena Bella mogok bicara.

Sesampainya di Rumah minimilasi Adiano segera turun dan membuka pintu untuk Bella. Namun, Bella tetap enggan untuk turun. Adiano mengacak rambutnya frustasi.

"Loe turun atau gue angkat lagi,"

Bella turun dengan malas. Berurusan dengan orang didepannya ini hanya membuang waktu. Bella masih malu dengan gosip yang beredar dikantor karena ulah si bussy merangkap jadi atasannya.

"Ya allah sayang, akhirnya kamu pulang." Ucap wanita paruh baya dengan tatapan rindu. Wanita itu memeluk tubuh Bella erat.

Bella membalas pelukan itu. Wanita itu adalah Anisa Wiryatama. Rasa rindunya terobati karena anak laki-lakinya membawakan gadis yang ia cari. Bella ditarik Anisa masuk kedalam rumah. Bella hanya menuruti saja ibu tua ini tapi masih cantik. Adiano mengikuti langkah mereka dari belakang.

"Sayang, kenapa daritadi kamu diam saja. Kamu tak kangen mama." Tanya Anisa,

"Bella kangen mama kok." Jawaban Bella membuat Anisa tersenyum. Senyuman itu yang Adiano rindukan sama halnya seperti Bella.

"Kamu kenapa sih sayang, kok menatap Adiano kesal gitu."

"Itu salahnya ma, coba aja dia tadi nggak bertindak seenaknya. Pasti besok nggak ada gosip orang kantor. Kesel pokoknya aku, mah. Apa coba dia bikin hidup aku nggak tenang" adu Bella dengan kesal. Anisa terkekeh geli.

"Kalian itu ya adik kakak kok nggak pernah akur." Anisa menggleng tak percaya. Dari kecil mereka seperti singa dan kucing saja.

"Salah Bella sih mah. Andai dia nurut dari awal nggak mungkin aku gendong dikantor tadi." Elak Adiano atas tuduhan Bella terhadap dirinya.

"Ish nyebelin," cemberut Bella, Anisa sekali lagi memeluk Bella. Adiano tersenyum bagi dirinya tiada kebahagiaan selain senyum mama dan Bella adiknya. Sifat kejam Adiano sebenarnya karena benci yang mendalam terhadap seseorang. Kejamnya hanya untuk orang lain. Dirinya hanya sayang terhadap dua perempuan didepannya. Adiano pamit untuk istirahat. Sebelum dirinya naik keatas menuju kamar. Adiano berhenti berbalik dan berpesan kepada Bella.

"Nanti malam temui kakak di taman belakang rumah. Ada hal yang kakak mau omongin terhadapmu. Dan mana jangan terlalu capek. Kurang-kurangin perkumpulan arisan sama ibu-ibu ganjen itu." Titah Adiano tak dapat dibantah. Anisa memahami itu, bagi dirinya tak masalah. Perhatian anak sulungnya itu berlebihan tapi mengandung unsur kasih sayang. Bella tak masalah dengan itu namun kakaknya itu selalu merecoki dirinya.

"Yes, sir. Silakan pergi sana." Usir Bella halus menirukan gaya bicara karyawan pada umumnya. Adiano terkekeh geli mendegar itu.

"Ish anak bungsu mama ini," Anisa menyalakan tv. Bella mengambil posiai tidur kepalanya ditaruh pangkuan sang ibu. Sudah menjadi kebiasaannya sejak dulu.

Wanita Tangguh✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang