23

523 16 0
                                    

.
.
.
.

Bela prove....

Kamu terlalu rapat menutup diri...
Kamu susah untuk digapai...
Kamu membuatku pada posisi sulit..

Aku menginginkan menjadi ombak...
Dengan adanya kamu sebagai laut......
Aku dan kamu menjadi satu untuk meramaikan bibir pantai...

Kamu sebagai air laut dan aku ombak..
Memiliki tujuan yang sama...
Terkadang juga, aku ingin menjadi karang..
Hati ini akan kuat menghadapimu..
Karena air laut selalu menghampiri karang...
Disaat kesunyian tiba..

-Bella Wiryatama

...........

Lorong rumah sakit tampak sepi. Meski jam besuk sudah habis. Gadis itu tetap santai. Saat perawat menghentikan jalannya. Ia hanya menjawab keberadaannya disini karena putri dari salah satu pasiennya.

"Ck. Untung sayang. Andai bukan mak sendiri. Boro-boro mau nginjekin kaki di rumah sakit." batinnya.

Membuka pintu dengan perlahan. Menatap sendu sang mama. Terbaring dibrangkar dan selang infus menancap pada salah satu tangannya. Bella duduk disamping brangkar. Menggengam erat tangan ibunya.

"Bella, ini kamu." ucap lirih Anisa menatap putri tercinta. Anisa merindukan gadis bandel seperti Bella.

"Iya mah. Mama istirahat lagi ya. Maaf Bella ganggu tidur mama. Bella akan jagain mama kok." ucap Bella. Anisa tersenyum kecil. Perasaan khawatir tergantikan rasa lega. Anisa memejamkan mata. Saat nafas ibunya teratur. Bella menatap langit kamar rumah sakit. Hati Bella sakit jika kembali pada rumah sakit. Kenangan pahit yang terjadi pada keluarganya lebih banyak ditempat terkutuk bernama rumah sakit.

"Ck, inget ibumu juga kamu." ucap ketus orang yang baru masuk ruangan.

"Kak Ric-ky..." ucap Bella terkejut.

Ricky menatap Bella sinis. Gadis dengan rambut tergerai itu menunduk. Menghindari tatapan permusuhan dari mantan kekasihnya.

"Kalau ada masalah. Jangan kabur-kaburan. Kasihan banyak yang kena dampaknya. Kalau hanya kamu yang kena dampak atas perbuatanmu sendiri sih syukur. Nah ini kamu lihat. Ibu kamu masuk tempat ini KARENAMU!" ucap ketus Ricky dengan kesinisan.

"Maaf.." lirih Bella.

"Minta maaflah pada mamamu dan tuhan. Jangan padaku. Bikin repot aja."

DEG

Bella mengangkat wajahnya. Berdiri menghadap Ricky. Menarik tangan kekar mantannya kekasihnya keluar ruangan sang ibu. Sesampainya diluar. Bella masih menggenggam tangan Ricky. Saat Bella akan mengucapkan sesuatu. Ricky lebih dulu menghempas tautan keduanya.

"Five minutes." ucap Ricky datar.

"Jangan jauh dari aku. Kak Ricky, hubungan kita boleh berakhir. Oke, mungkin aku yang terlalu berharap sama kakak. Aku juga yang minta kakak jadi kekasih aku, dulu. Aku sendiri yang berjuang. Aku sadar jika hubungan kita tak semulus yang aku harapkan. Tapi jangan pernah benci aku, kak. Hubungan kita boleh berakhir tapi jangan memutuskan silahturahmi dengan kita musuhan."

Ricky menatap datar dengan rahang mengeras dan dingin. Bella menunduk takut menatap Ricky.

"Udah ngomongnya." Bella mengangguk menjawab ucapan Ricky. Saat Bella hendak berbicara lagi. Ricky sudah berlalu dari hadapan Bella. Punggung Ricky menjauh tak terlihat. Bella menatap nanar.

Salah ya jika aku minta untuk tak musuhan. Aku ingin kita sama-sama dewasa menyikapi apa yang telah terjadi diantara kita.

Sungguh seorang Bella gadis dewasa. Cara berpikir dia sangatlah membuat pandangan berbeda. Wanita kuat dan tegar.

Wanita Tangguh✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang