42

254 18 0
                                    

Vannya merasa bosan dirumah besar milik Ricky. Mereka sengaja tidak mengikut sertakan Vannya pada misi penyelamatan Alin, Ricky sendiri tak mau jika Vannya terluka. Biarkan para pria yang berjuang melawan wanita ular, itu kata Vando--sok gentle banget dia.

"Bibi kerja disini udah berapa lama?" Tanya Vannya pada satu pembantu yang menjaga rumah ini selama kosong.

"Kurang lebih teh 6 tahunan tapi rumah ini kosong baru 3 tahun setelah pertunangan aden batal."

"Oh bang Ricky kesini sering?"

"Jarang,non. Aden teh kalo kesini cuma libur kerja aja."

"Sering ajak cewek nggak bi, kalo kesini?"

"Yang pertama cuma non Vannya doang cewek yang kesini. Aden nggak suka ajak cewek ke area privasinya. Rumah ini teh rencanannya kado pernikahan buat si nona mantan tunangannya itu, karna batal nikah jadilah den Ricky lebih milih singgah di apartemen sama tinggal di rumah kakeknya."

"Pantes masih jomblo__" tawa Vannya pecah.

"Non siapanya, aden?" Tanya pembantu itu.

"Saya sepupunya, bi. Bibi kira saya pacarnya gitu?"

Bibi itu ternyata mengangguk, untung Vannya menjelaskan jika tidak pasti pembantu itu salah paham. Hadeh, pembantu aja sampe tahu permasalahan Ricky.

"Bi, sebenarnya bang Ricky itu udah ada gantinya tapi nggak tahu tiba-tiba bang Ricky minta putus. Bibi sering bersihi kamar atas yang bercat putih pintunya?"

"Anu non, bibi dilarang masuk kamar itu kalo bersihin ya aden sendiri kalo pulang kesini."

Sudah Vannya duga. Pasti kamar itu area privasi abangnya banget hingga orang lain dilarang masuk. Untung saja kemarin Ricky tak tahu jika Vannya masuk ke kamar itu. Bisa mati jika abangnya sampe tahu.

"Disana ada jawaban orang yang disukai abang." Gumam Vannya kecil.

Vannya pamit ke taman belakang. Menikmati udara sore, sembari menunggu mereka kembali.

*******

Adiano prove
.
.
.
.
.
.

Ricky sedari tadi sibuk dengan laptopnya. Sedangkan aku, Rangga, Vando serta Viko menunggu perintah dari Ricky. Disini yang memegang kendali adalah Ricky. Pria itu sangat hebat membebaskan sandera. Aku dan Ricky pernah ikut geng dunia gelap. Pasti dia masih ingat taktik yang diajarkan dulu.

"Aku, Rangga dan Vando nanti nyerang depan, kamu dan Viko nanti nyari celah masuk ke ruangan ini." Ucap Ricky, menunjukku dan dihadapkan dengan tayangan dilaptop yang Ricky pelajari sedari tadi. Ternyata Ricky melihat tayangan cctv, well tak dapat diragukan dia. Pasti orang suruhannya sedang menyusup kesana.

"Vando yakin ikut?" Ucapku melirik Vando, remaja itu mendengus kesal.

Ingat bukan aku dan Vando tidak akrab. Hihihi, Vando yang sok pahlawan membela Vannya waktu itu. Remaja itu bahkan sampai sekarang enggan sekedar bicara padaku.

"Jangan meragukan orang yang anda anggap anak kecil tuan Ano!" Balasnya sinis.

Rangga tertawa, adiknya sungguh berani dengan Ano. Dia salut, kapan lagi bisa membunuh Ano dengan kata-kata Vando. Rangga dan Ricky sebagai saudara tentu tahu tabiat Vando, tawuran adalah hobinya, bahkan dia juga ikut kelas khusus bela diri dari SMP.

"Bang, apa ini nggak bahaya kita kesana tanpa pengawal? Secara tidak langsung kita melawan dengan tangan kosong tanpa dibantu, dilihat disini yang jaga banyak sekali."

Ricky terkekeh, ternyata pria yang meminta bantuan padanya belum kenal keluarga Ricky. Aku menepup bahu Viko.

"Yakin minta bantuan pada kami? Belum baca artikel sepak terjang Ricky Arel Viska dan patner kerjanya" ucapku sombong.

Rangga berdesis, tak lama melempar toples plastik padaku tepat didadaku.

"Itu loe onta patner kerja bang Ricky! Sombong kali kau ini macam budak upin-ipin" kata Rangga.

Kami semua tertawa dengan lelucon dari Rangga. Memang bisa tuh adik Ricky.

"Yang gue masih ragu rencana ini tuh keamanan Vannya, Ky loe yakin kan kalo mantan loe itu nggak tahu keberadaan rumah loe?"

Ricky mengangguk semua lega. Ricky juga tak mungkin gegabah membiarkan Vannya sendiri tanpa pengawasan.

"No, adik loe kemana?"

Gila Rangga kenapa tanya disaat aku nggak mau bahas tentang Bella didepan Ricky. Ricky jadinya menatapku menunggu jawaban atas pertanyaan Rangga tadi.

"Em-anu itu Bella ada kok dirumah" ucapku gugup.

Rangga mengangkat kedua alisnya. Setelah itu menyerigai, sial_ Ricky menatapku penuh selidik pula. Ricky menyodorkan ponselnya tentu aku bingung. Mataku membeliak terkejut, rasanya mati rasa dikuliti Ricky dengan tatapan santai nan dingin.

"Ano--Ano masih mau bohong?"

Kekeh Ricky, kenapa bisa lupa sih jika Ricky pasti memasang gps cips di kalung, gelang dan barang lainnya. Apalagi Bella masih memakai barang pemberian Ricky meski hubungan mereka tak baik.

"Abang gue dilawan" sahut Vando sombong, dasar remaja itu.

Aku mengembalikan ponsel Ricky. Dia menerimanya dan memasukan kedalam jas miliknya serta menutup laptop dan menyimpan dalam tas. Ricky mengeluarkan kunci mobil.

"Aku, Rangga, Vando berangkat makai satu mobil__ Ano dan Viko makai mobil Vando." Ucap Ricky lalu melempar kunci mobil entah milik siapa, pasti milik Vando seperti yang dimaksud Ricky.

"Bang kok mobil Vando harus dibawah dia sih" ucap Vando tak terima dengan menunjukku.

Ricky menatap tajam Vando. Vando diam berlalu pergi begitu saja. Tampak dari jendela kaca, Vando masuk ke mobil Ricky duluan. Buset, kapan pria kecil itu ambil kunci Ricky. Sesukanya masuk mobil Ricky dengan membanting pintu mobil dengan keras.

"Ayo, kita jalankan misi A jika gagal langsung ke misi B!" Titah Ricky.

Semua berdiri menuju mobil yang disediakan. Oh jadi Ricky menyuruhku membawa mobil Vando karena terdapat banyak bangku penumpang dibelakangnya. Ya iyalah mobilku dan mobil Viko hanya muat menampung dua orang saja. Sial_ ternyata keluarga Viska selain otak pintar, menyediakan mobil dengan berbagai manfaat.

"Jangan sampai misi A gagal. Karena misi B sangat bahaya untuk Ricky." Bisikku pada Viko.

Viko mengangguk setuju. Dia juga tahu maksud perkataan dari rencana Ricky tadi. Viko pasti sudah melihat raut takut kehilangan sahabatku.

Tuhan lindungi kami....

Wanita Tangguh✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang