10

734 28 4
                                    

Vannya dibuat bingung, kenapa rumahnya saat ini begitu ramai dan banyak mobil yang terparkir dijalan depan rumahnya.

"Buk, itu rumah saya kok ramai ada apa?" tanya Vannya pada orang yang berlalu lalang.

"Oh itu mbak Vannya, rumah mbak kedatangan tamu."

"Makasih buk, maaf mengganggu perjalanannya."

"Iya mbak sama-sama." ibu tetangganya meneruskan perjalanannya. Vannya berjalan ke rumahnya dengan penasaran.

Sesampainya didepan rumah. Vannya tercengang melihat orang-orang tersohor yang baru ia kenal akhir-akhir ini, berada pada terasa dan sebagian didalam. Mataku masih menatap lurus. Mereka yang didepan terasa melihat Vannya, dengan senyuman. Waw, begitu manis menurut Vannya.

"Kamu udah pulang dek," Rangga menyapa dan berjalan menghampiri Vannya dan merangkulnya.

'Keluarga Viska disini semua?' batinku.

Kulihat adik dari Rangga juga tersenyum padaku. Lain dengan saudara tetua mereka (tanpa expresi). Ricky menatapku namun detik berikutnya kembali pada ponselnya.

"Eh kamu Vannya, sudah pulang nak." mama Rere menarikku masuk rumah dengan seutas senyum dibibirnya. Aku semakin dibuat bingung sama mereka. Terlebih terkejut lagi saat aku melihat kakek dokter duduk didepan Ayahku.

"Cucu kakake sudah pulang." sambut Kakek dokter.

"Cucu?" beoku,

Ayah menatapku dengan wajah permohonan maaf. Sedangkan ibuku sudah menunduk. Kedua adikku? Mereka ada disana sama seperti ibuku. Aku menatap mereka bergantian.

"Sebenarnya ini ada apa?" tanyaku.

"Vannya, kamu cucu kakek. Kita saling kenal sejak dulu. Tapi, kakek tidak mengetahui jati dirumu." ucap kakek dokter.

"Maksud kakek. Ayah ibu, bisa jelaskan padaku ini ada apa."

"Nama belakangmu adalah nama kakek. Kamu adalah cucu kandungku. Ayahmu adalah putra bungsuku." kata kakek dokter itu dengan menatapku dalam. Aku semakin dibuat bingung pada keluargaku dan orang-orang baru didepanku walau sudah bertemu satu kali pada mereka tapi aku masih ragu. Siapa yang harus ku percaya.

"Evan jelaskan pada cucu perempuanku." ucap tegas kakek dokter pada Ayahku. Ayahku menghembuskan nafas lalu menghampiriku.

"Yang dikatakannya benar. Kakek dokter yang kamu maksud adalah kakek kamu. Dia adalah orang tua, ayah nak. Nama belakangmu ada namanya. Nama beliau Riskya Viska, namamu Vannya Riskya Viska dan nama ayah Evan Riskya serta mereka yang berada disini berlatar Viska. Kita satu keluarga, nak. Kamu paham, nak." jelas Ayahku.

Semua terasa semu bagiku. Sudah sejak lama aku menantikan keluarga besar. Namun, saat ini sudah didepan mata aku semakin tak mempercayai adanya hubungan itu. Ayah menggenggam tanganku dan membawaku dihadapan kakek dokter. Kakek memelukku erat, menyalurkan rasa rindunya seperti saat aku dirumahnya kemarin insiden penculikan. Mama rere dan bunda Audi menatap haru. Ibuku pun menatapku dengan senyuman manisnya. Ayahku duduk disamping ibuku, merangkul bahunya.

"Kamu ikut kakek, nak. Kakek semakin tua. Saatnya kakek membahagiakan cucu perempuan tunggal dikeluarga ini. Kamu, adik-adikmu dan Ayah serta ibumu juga ikut kami. Ayahmu akan meneruskan kembali perusahaan yang ditinggalkannya bertahun-tahun lalu." ucap Kakek, menatap kami mohon.

"Aku tahu kamu Evan. Kamu masih marah padaku. Tapi tolong kamu terima tawaranku." lanjutnya menatap Ayahku. Ayahku memandang kakek terkejut perkataannya. Dikira Evan, papanya akan marah saat bertemu kembali. Tenyata dibalik ini semua ada kerinduan yang mendalam pada keluarganya.

Wanita Tangguh✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang