44

227 19 0
                                    

.
.
.
.

Vannya prove.

Hish, buat apa mikirin manusia dingin yang lagi sekarat sih. Harusnya kan seneng nggak ada pengganggu lagi dalam hidupku. Otak aku mungkin konslet ya. Dih, musnah dari pikiran aku. Sial Ano makai pelet ya ke aku.

Pikiranku saat ini diliputi dengan gimana keadaan Ano, apa keluarganya ada yang datang atau pria itu udah mati.

"Vannya sadar.. ini keberuntungan buatmu buat bebas." Gumamku berkali-kali.

Aku menatap jam dipergelangan tanganku. Seklebat ia melihat Rangga keluar rumah. Aku mengikuti langkah Rangga tepat saat mau masuk mobil aku memanggilnya.

"Bang, mau kemana?" Tanyaku

"Mama Rere nyuruh abang buat jenguk Ano, kenapa mau ikut?" Balasnya.

"Lama?" Tanyaku lagi.

"Bentaran doang, setelah ini abang ke kantor papa."

"Ikut deh, janji bentaran doang kan. Selebihnya ke kantor papa Gino kan? Aku mau nagih janji papa Gino tempo lalu."

"Apa?" Tanya Rangga kepo.

"Nanti juga tau" jawabku lalu masuk kedalam mobil bang Rangga.

Rangga menyetir mobil kearah rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit langsung saja kami menuju kamar rawat Ano. Sekilas info Ano saat ini sudah dipindahkan ke ruang vvip.

"Kayanya ada tamu, dek, banyak penjagaan ketat juga." Ucap Rangga menunju salah satu ruang rawat Ano.

Langkah kami terhenti didepan pintu. Yah, siapa lagi kalo bukan dihentikan sama salah satu penjaga. Anak holang kaya mah bebas kaya sultan kolong merat tapi merakyat. Rangga memberikan identitas kami, tak lupa songongnya Rangga memamerkan jika kami juga pemilik rumah sakit ini. Btw, itu berlebihan bang Rangga! Kita cuma cucu kakek.

"Kalian boleh masuk, jangan berisik tuan tidak suka." Ucap si botak, ywe dikira kami mau buat onar berlebihan sekale.

Rangga menarik tanganku untuk masuk. Betapa terkejutnya saat masuk, ternyata si pasien udah sadar dan tamunya wanita seumuran dengan dia. Busett, centil amat wanita itu. Selain wanita itu juga ada Wina, kalian masih ingat sekertaris Ano.

"Ehem" Rangga berdehem keras.

Wanita itu menyingkir dari Ano. Ano menoleh sekilas dan tersenyum. Senyuman itu menjijikan. Eh, kenapa aku jadi sensi gini sih.

"Rangga, Vannya kenalkan ini Zira teman kuliah saya dan yang dipojok Wina sepupu saya." Ucap Ano watados.

Aku menatap Wina sekilas dan wanita yang bernama Zira. Wanita itu kepedean ya, disini ada tunangan Ano pedenya dia berdekatan dengan Ano, eh__ apa tadi dia mengakui hubungan dengan Ano. Enggak-- ia harus sadar Ano bukan siapa-siapa baginya.

"Saya Rangga dan ini adik saya Vannya" Rangga mengulurkan tangan pada Zira, dengan segera wanita itu menerima uluran tangan Rangga dan nggak ketinggalan kecentilan wanita itu.

Rangga menatap Wina setelah melepas tangan Zira.

"Kalo Wina saya sudah kenal beberapa kali bertemu saat rapat." Lanjut Rangga.

Zira kembali mendekati Ano. Ingin rasanya aku membolongi kepala Zira, apa yang dia mau dari Ano coba. Nggak ngaca apa si Zira muka kaya badut kebun binatang. Hello, disini ada queen pemilik segalanya, dumelku dalam hati.

"Kamu siapanya Ano?" Tanya Zira padaku.

Hell, dijawab jujur atau bohong__ Wina menaik-turunkan alisnya menatapku jahil.

"Kamu nanya ke aku?" Tanyaku balik.

"Iya saya nanya ke kamu" balasnya lalu menyuapi Ano dengan buah apel yang sudah dikupas.

"Tanya orang yang berbaring lemah" ucapku menunjuk Ano

" seingetku yang terluka perut sama kepala deh, bukan tangan. Kenapa harus disuapi?! Nggak lumpuh kan tangannya" Lanjutku pedas kelewatan pedas malah.

******

Wina dan Rangga saling tatap tahu jika bentar lagi perang diruangan ini. Wina sadar jika Ano sengaja menjahili Vannya saat ini. Entah keduanya seakan tak sadar dengan perasaan masing-masing. Zira seakan tak tahu malu. Membuka kancing baju Ano paling teratas.

"Kalian butuh hotel bukan ruang rawat kalo mau ena-ena!"

Perkataan Vannya membuat Wina menahan tawa gelinya, Rangga menganga dari mana adiknya tau kata se vulgar itu.

"Ano dia siapa sih kok sinis sama kita?" Zira seakan tak memperdulikan tatapan Vannya, bertanya manja pada Ano.

"Dia adik sahabatku" balas Ano tanpa beban menatap sekilas Vannya.

Wina menatap Vannya, Wina ingin membunuh Ano saat ini jika sampai Vannya menangis detik itu juga. Ternyata dugaanya salah, Vannya berbeda dari bayanganya. Buktinya gadis itu berdecih berulang kali dan tertawa sumbang.

"Bang Rangga tahu nggak istilah wanita murahan kalo ketemu yang bening?" Tanya Vannya.

Rangga bingung situasi seperti ini. Haruskah ia jawab pertanyaan adiknya. Kalau dijawab pasti suasananya akan menjadi canggung niatnya membesuk Ano jadi nambah dosa.

"Bang Rangga nggak tahu? Oke deh Vannya jawab sendiri, ibarat wanita itu jauh dibawah Queen, babunya Queen lah. Murahan!"

Wina tertawa kecil, Queen yang dimaksud Vannya adalah Vannya sendiri dan istilah wanita murah itu buat Zira, oh lupa babunya Queen juga. Lebih rendah derajat dan kata murahan buat Zira pantas sih. Wanita mana yang rela mendekati pria yang sudah bertunangan dengan gaya centil sok peduli seolah Ano menyukainya.

"Jalang kecil!" Desis Zira.

Zira menatap Vannya sengit. Wanita itu menghampiri Vannya. Akan melayangkan tamparan, namun Rangga menahannya. Tak lupa dengan ucapan Zira yang mengatakan jika Vannya hanyalah jalang kecil.

"Jangan macam-macam dengannya, nona Zira Riye!"

Rangga menghempaskan tangan Zira. Wina menatap Ano untuk mengakhiri drama didepannya jika tidak pasti ada perang sungguhan. Ano tetaplah Ano tak peduli dan membiarkan tontonan gratis didepannya.

"See, Queen lebih menarik bukan, buktinya ada yang lindungi, nah kamu pantas jadi babu Queen, nona Zira! Oh tadi mau nampar ya, ini__"

Plakk.... Tamparan Vannya mendarat dipipi Zira. Tak ada yang menghentikan itu. Bahkan Wina saja tak melihat pergerakan tangan Vannya. Ano melototkan matanya niatnya melihat seberapa mana Vannya bertindak, malah mejadi seperti ini belum lagi perkataan pedasanya. Rangga tersenyum sinis menatap Zira.

"Queen dikatakan jalang? Serius, bahkan aku bisa membeli mulutmu itu untuk berkata yang baik-baik padaku!" Ucap Vannya lalu meninggalkan ruangan Ano.

Kesal itulah, ia hampir menangis jika Wina tidak memberikan note kecil tadi. Dengan bertuliskan lawan jika kamu mau, aku dukung!

Vannya bersyukur Wina ada dipihaknya. Ingatkan Vannya untuk berterima kasih pada wanita itu. Vannya sudah tahu jika Wina sepupu Ano.

Ingatkan Vannya juga untuk menguliti luka Ano. Apa katanya tadi hanya adik dari sahabatnya.

Sial__ jadi hubungan yang terpublikasi selama ini hanya permainan didepan keluarga dengan berlebel untuk melindungi keselamatannya.

Bentar ada yang salah?

Kenapa tadi ia cemburu dengan Zira yang berdekatan sama Ano__

Lalu kenapa jika ia marah dengan pernyataan Ano jika dirinya hanya adik Ricky sahabatnya.

Yakinkan ia ini bukan perasaan cemburu pada pasangannya__!

Wanita Tangguh✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang