27

345 20 2
                                    

Ano menatap garang pria didepannya. Berkali-kali ia mendengus kesal. Andai ia tak mengenal pria didepannya pastilah tangannya akan dengan senang hati memberi bogeman mentah.

"Serius, loe kesini cuma mau bilang itu, No?" Sahut orang dibelakang pria berjas kantor.

Ano menatap pria yang baru datang. Sial, kenapa mereka bisa kesini. Dan tak hanya pria itu saja bahkan kedua adiknya ada di rumahnya.

"Well, kita tamu loh. Kenapa nggak diberi minum ya. Padahal disini panas." Sindir pria kaos biru.

"Diem loe, Ngga. AC rumah gue nyalah kalo loe nggak tahu dan satu lagi emang kalian tamu gue?" Tantang Ano menatap Rangga.

"Bang Ky, emang dia nggak tau caranya berterima kasih ya. Padahal kita kan yang bawa pulang adiknya." Sindir Rangga lagi dan Ricky berbalik menatap Rangga dengan mengedipkan bahunya.

"Ayo kita pulang. Buat apa kita disini. Buang waktu berharga kita."

Jlep

Ano bungkam seketika. Rangga tersenyum penuh kemenangan. Sedangkan wanita di samping Rangga berusaha tak peduli dengan situasi tak mengenakan diantara mereka. Sempat wanita itu melihat Ano, dan wanita itu berpura-pura melihat interior ruang tamu pemilik rumah saat Ano berbalik melihatnya, wanita itu adalah Vannya, adik dari Ricky dan Rangga.

"Kalian mau kemana?" Tanya Ano langsung berdiri dihadapan Ricky.

"Kepo!" Sahut Rangga.

Ano mendengus, "Ky, terima kasih telah membawanya pulang." Ucap Ano tulus.

Ricky akan menjawab namun didahului Vannya.

"Bang, kak kita nggak pulang. Vannya ada urusan nih."

Ano mengeram dalam hatinya. Mendengar suara si pengacau. Ricky mengangguk dan melewati Ano begitu saja. Ketiganya berlalu dan keluar dari rumah besar nan megah.

"Wanita itu...."

********

Vannya prove

Well, gue ketemu pria arogan itu lagi. Haha ingin gue tertawa saat bang Ricky mencuekinya. Padahal pria arogan sahabatnya abang ya. Kasihan kau, Ano.

"Bang, kak jadi berangkat?" Tanya gue pada keduanya.

Angga dan Ricky saling tatap keduanya melupakan fakta jika hari ini keberangkatan mereka telah diatur. Gue tahu bahwa keduanya tak ingin pergi. Tapi apa boleh buat, kakek Viska sudah memberi titahnya.

"Bang.." panggil Rangga menegang.

Ricky diam, ia tahu jika adiknya itu pasti takut ancaman sang kakek. Tepat dipertigaan mobil mereka dihadang mobil lain. Untung yang membawa mobil Ricky hingga pria itu fokus bisa mengerem mobilnya tanpa decitan dari roda mobil.

"Hell, kita dihadang! Mau nggak mau harus turun."

Gue sebagai adik dari keduanya menurut saja. Toh yang menghadang mereka suruhan kakek Viska dan kenapa kita tahu, karena ya disana ada papa Rifky.

"Kalian langsung berangkat saja. Kakek kalian udah murka biar Vannya sama papah."

Rangga hendak memprotes sudah didahului Rifky,

"Jangan banyak protes mulu kalian. Masalah barang kalian, tinggal beli dari sana dan minta sama mama kalian yang ngemas ntar biar dibawah bodyguard kesana"

Om Rifky membuka pintu mobil untukku. Kami menaiki mobil milik bang Rangga. Kedua abang tadi sudah pergi dengan mobil kiriman dari kakek dan mobil pengawal. Orang kaya mah bebas. Gue melihat om Rifky dari samping yang kebetulan gue duduk didepan.

"Om, kita mau kemana?" Gue akhirnya memberanikan diri untuk bertanya pasalnya jalan yang dilewati tidak menuju rumah gue.

"Kok manggilnya om sih, dek. Kan udah dibilang kalo sama saya manggilnya papa tapi kalo sama Gino manggilnya Daddy karna kamu manggil ayah kandungmu dengan sebutan Ayah kan biar nggak buat bingung." Jelas papa Rifky

Gue pun paham dengan arah tujuannya. Kenapa gue lupa mulu sih. Kekeh gue dalam hati.

"Pa, ini kan bukan jalan rumah Vannya."

Rifky tersenyum tapi tetap fokus pada jalanan. Vannya penasaran dengan hal itu.

"Kita mau ke rumah baru Evan, ayahmu telah membeli rumah baru beberapa bulan lalu dan hari ini sudah bisa ditempati dan kamu tak perlu tinggal terpisah lagi. Rumah itu juga sesuai keinginanmu dulu kok."

What ayah beli rumah lagi. Hidupnya bener-bener berubah drastis forguso.

Gue pun memilih diam. Hingga matanya berbinar saat mobil memasukki gerbang tinggi. Didalamnya terdapat rumah minimalis lantai dua dengan halaman luas dihiasi bunga-bunga taman buatan.

"Rindu kalian..." Gumaman gue paling papa Rifky mendengarnya.

Wanita Tangguh✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang