17

564 21 0
                                    

Happy reading...
.
.
.
.
.

Vannya dan Vando baru memasuki rumah megah milik keluarganya. Tepat pukul 9 malam, mereka membuka pintu utama. Saat pintu utama terbuka. Nampaklah dari ruang tamu semua keluarga berkumpul termasuk abang dan kakaknya. Adik Vannya? Mereka mungkin sudah tidur karena sekolah. Maklum, masih sekolah menengah pertama.

"Kalian darimana?" tanya ayah Vannya.

Vando melewati mereka tanpa menjawab pertanyaan dari pamannya itu. Vannya berdiri didepan pintu menunduk.

"Givando Audi Viska, mana sopan santunmu pada orang tua?" teriak papa Gino lantang. Vando berhenti dari langkahnya. Berbalik lalu menatap datar semua keluarganya.

"Rasa sopan dan hormat saya hilang sejak keluarga ini tak lagi mempercayai saya." balas Vando datar.

Vannya mengangkat wajahnya menatap Vando. Apa tadi Vando? Kemana Vando yang selalu ceria, menghormati orang tua? Vando yang selalu bertingkah konyol dihadapan semua keluarga. Lalu sekarang bersama papa kandungnya. Kenapa dia sedatar itu. Atau memang ini sifat asli dari Vando.

"VANDO" pekik mama Audi.

Vando tersenyum lalu menatap sang mama dengan gumaman tanpa suara membentuk kata 'maaf'. Itulah yang Vannya amati.

"Vannya, kakek bertanya padamu. Kalian habis dari mana. Kenapa pulang malam." tanya kakek Viska.

"Em- kami dari Rumah Sakit kek. Habis jenguk ibu dari sahabat Vando." jawab Vannya jujur.

Mama Audi mengernyit, setahunya putra bungsunya itu tak dekat dengan siapa-siapa. Kecuali, satu sahabat yang dua tahun ini tak terlihat lagi. Apakah iya Vando masih sering menemui keluarganya.

"Vando, sahabat mana lagi, hah." tanya mama Audi menyelidik.

"Bukan urusan kalian." balas Vando datar.

Rangga mengepalkan tangannya lalu menghampiri adiknya itu yang tak sopan dengan ibunya. Sedangkan deddy Rifky mencegahnya. Agar tak terjadi pertikaian seperti dua tahun lalu.

"Jangan, ngga. Tak sepantasnya kamu memukul adik kamu sendiri. Ingat deddy pernah memberi hukuman padamu waktu itu karena apa? Karena kamu kurang kendaliin emosi kamu." ucap Rifky (ayah dari Ricky).

Rangga kembali duduk disamping Ricky yang sejak tadi menatap Vannya. Vannya masih belum bergerak dari posisi awal didepan pintu utama. Vannya merasakan bahwa suasana malam ini begitu panas. Aura intimidasi dari keluarga sangat kentara.

"Apa yang ayah akan jelaskan pada ibumu. Jika anak gadisnya pulang diatas pukul 8 malam begini." sahut Ayah Vannya.

Vannya menunduk merasa iya salah. Pergi dari pagi tanpa pamit. Apalagi perginya tadi juga dihalagi kedua kakak sepupunya. Disidang dalam apartemen pribadi milik Ricky. Dan pergi diajak Vando tanpa pamit.

"Maaf," lirih Vannya.

Mama Rere menghampiri Vannya lalu memeluknya. Vannya pun memeluk mama dari kakak tetuanya itu. Menangis dalam dekapan mama Rere. Rasa lelah dan rindu pada ibu kandungnyalah yang Vannya rasakan. Ibu Vannya saat ini berada di kampung halamannya. Mengurus neneknya yang lagi sakit.

"Udah jangan nangis sayang. Mama disini, mama akan selalu ada buat Vannya." rasa sayang Rere pada Vannya sangatlah besar. Apalagi Rere hanya memiliki satu anak. Ingin sekali memiliki putri namun tuhan berkehendak lain. Maka dari itu Rere sangat menyayangi keponakan, anak dari adik suaminya ini.

"Mama..." lirih Vannya.

Audi menatap kakak iparnya haru. Setegarnya Rere pasti ada rasa rapuh. Contohnya baru sekarang diperliharkan didepan keluarga. Vannya sungguh sangat menbawa perubahan pada keluarga besar ini. Mama Rere mulai menarik Vannya buat duduk disofa. Audi lalu duduk disamping Vannya mengapit.

"Mami minta padamu, Van. Kamu duduk dan jelaskan kejadian satu minggu lalu. Terus sama hari ini juga." pintah Audi.

"Ya." balas Vando lalu duduk di single sofa dihadapan keluarga. Seperti orang disidang. Vando menjelaskan dari awal hingga akhir. Lalu kejadian hari ini pula saat disidang kedua kakaknya dan memutuskan pergi menjenguk ibu dari sahabatnya itu.

"Siapa yang kamu jenguk, boy?" tanya kakek Viska. Tanpa Vando bisa menolak mau tak mau harus mengatakan. Vannya sendiri bingung kenapa Vando sepertinya tak mau memberitahu.

"Bunda Ita." balas Vando.

Damn! Tubuh Audi lemas seketika setelah Vando memberitahu siapa yang ia jenguk. Audi tak habis pikir dengan putranya ini.

"Vando, mami udah bilang. Kamu jangan menemui mereka lagi. Kamu tak ingat nama baik keluarga ini rusak gara-gara mereka. Dan kamu lupa? Kamu dituduh atas hilangnya putri mereka saat kejadian na'as itu." ucap mami Audi.

Apa maksudnya?

Vando mengepalkan tangannya. Lalu Vando berdiri.

"Aku tak salah, mi. Mereka juga sudah membuktikan jika itu memang bukan salah Vando. Dan itu unsur sengaja dari orang lain. Salah mi, jika aku masih menjalin silahturahmi pada keluarganya." kata Vando sendu pada mami Audi. Sedangkan papa Gino hanya menatap datar pada putranya itu.

"Bukan gitu, nak. Mami cuma tak mau kenapa-napa. Khasus itu juga belum diberhentikan." mami Audi ikut berdiri menghampiri Vando.

"Dia masih hidup mi. Aku yakin itu, dia masih ada didunia yang sama sepertiku. Wajar keluarganya masih terus mencarinya." balas Vando lalu naik ke tangga menuju kamarnya. Tangan Audi mengulur seakan menggapai anaknya yang hilang dianak tangga. Papa Gino memeluk tubuh istrinya dari samping.

"Aku gagal, mas. Aku gagal menjadi ibu untuknya. Harusnya aku memeluk erat tubuhnya. Bukan memarahinya." lirih Audi.

Semua keluarga juga menyesal telah menyalahkan Vando saat itu. Dan disinilah Vando, banyak luka yang ia tutupi. Namun rasa bencinya pada sang papa sangat kental. Hanya didepan keluarga dia mau akrab dengan papanya. Itupun digunakan Gino untuk bisa mendekatkan diri pada Vando putranya. Rangga dan Ricky sudah membatasi diri agar tak keras lagi pada adiknya. Ia takut jika Vando semakin brutal. Tanpa Vando sadari pun Gino dan yang lain selalu mengawasi Vando. Gino pun pernah melihat putranya itu membolos, tawuran dan gonta ganti pacar. Cuma ia hanya memantau dari jauh.

"Mam, ada apa sih ini. Kenapa mami Audi sedih gitu." tanya Vannya pelan.

"Ada sesuatu yang membuat Vando berubah dua tahun ini."

"Apa mam?" tanya Vannya lagi.

"Sahabatnya hilang saat setelah pulang dari liburan di villa keluarga kami. Kabarnya simpang siyur. Ada berita katanya meninggal. Tapi anehnya mayatnya tak ditemukan. Setelah itu keluarga mereka menyalahkan kami termasuk Vando yang utama."

Penjelasan dari Rere cukup untuk Vannya mengerti.

"Jadi bunda Ita?" rere mengangguk.

Setelah semua orang masuk ke kamar masing-masing. Vannya berdiri dipembatas balkon.

"Rumit ya hidup loe, Van." gumam Vannya.

Vannya berharap semoga masalah dikeluarga ini cepat berakhir. Apalagi masalahnya dengan Adiano yang semakin rumit. Banyak teror yang selalu Vannya dapat akhir-akhir ini. Namun Vannya menyembunyikan dari yang lainnya.

"Entah tuhan sedang mengujiku atau apa. Tapi aku selalu percaya pada tuhan."

Wanita Tangguh✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang