33

319 19 0
                                    

Kini seluruh keluarga Viska menatap satu gadis dihadapannya garang. Vannya ditatap seperti seorang tawanan yang siap disidang didepan hakim terhormat. Kakek Viska terkekeh geli melihat wajah anak dan menantunya. Niatnya merayu Vannya agar mau pulang malah jadi ajang persidangan.

"Nggak, Vannya nggak akan pulang sebelum Vannya dibolehin kerja ditempat orang."

Sifat keras kepala Vannya yang memang mendarah daging, Evan sebagai Ayah saja tak bisa mengendalikan putrinya. Ibu Vannya sendiri memelas saat ditatap kedua iparnya. Wanita itu saja yang paling dekat dengan Vannya susah menebak isi pikiran dalam diri Vannya.

"Ayolah sayang, kamu cukup bergabung dengan resto mama Rere saja. Kamu juga kerja kan itu." Rayu Rere pada keponakan cantiknya.

"Vannya nggak mau, mah. Kerja ditempat mama sama aja Vannya nggak bisa mandiri, uang hasil kerja Vannya juga dari kalian nantinya." Balas Vannya.

Rere memelas, menatap ayah mertuanya. Sebuah tantangan bisa meluluhkan hati Vannya dan jalan pikiran gadis itu.

"Kok kamu tega sih sama mama. Kamu nggak kasihan sama mama kalo ngurus resto itu sendiri." Ucap Rere lagi.

"Biasanya kan mama juga yang megang sendiri. Kenapa juga dulu kalian bangun resto kalo nggak ada yang megang. Bunda Audi juga punya cafe dan mama resto, hish suruh Vando sama abang dan kakak." Kesal Vannya dongkol.

"Vannya, kok abang sih. Kamu lupa abang pindah perusahaan sama Rangga." Sahut Ricky.

Rere mencebikkan bibirnya. Tak biasanya ia sesensitif ini jika berbicara dengan putra putrinya apa memang pembawaan nyawa lain didalam dirinya. Kakek Viska menaik turunkan alisnya melihat Rere, Rifky pun tak bisa berbuat banyak, Ayahnya sendiri yang memberi tantangan pada Rere.

"Kalian gitu sih sama mama. Kalian nggak kasihan mama lagi ngandung calon adik kalian harus ngurus resto sendirian"

Dum!!!

"APA ADIK?!" teriak Vannya dan Ricky shock.

Tak hanya itu, seluruh keluarga juga terkejut mendengar kehamilan Rere diusia yang terbilang pantas memiliki cucu ketimbang anak lagi. Ricky lemas dibuat ibunya, kabar itu seakan menghantam pikirannya. Disini tawa kakek Viska yang mengalihkan fokus keluarga.

"Jadi? Ayah tahu ini_" ucap Rifky.

Kakek Viska mengangguk mantap. Dirinya tahu saat menantunya itu pergi ke rumah sakit keluarga sendirian dan duduk diruang tunggu antrian dokter kandungan. Kakek Viska sendiripun antara bahagia dan shock. Kenapa putranya itu membuat hamil menantunya kembali disaat anak mereka sudah dewasa dan lebih pantas menimang cucu.

"Mah, Pah, kalian jahat banget sih sama Ricky. Ricky nggak mau ya anak kalian diakui sebagai anakku nantinya. Kalian pantasnya nimang cucu bukan buatin adik buat aku." Ucap Ricky memelas, sontak semua keluarga tertawa geli.

"Makannya kamu nikah, nggak nikah-nikah sih. Mama kan udah lama nggak dengar suara tangisan bayi dikeluarga ini." Balas Rere santai kelewatan santai malah.

Rifky menggelengkan kepalanya mendengar interaksi putra dan istrinya. Dia sendiripun saat ini shock. Gimana enggak, dia bakal memiliki anak kedua disaat anak pertamanya berumur 25 tahun.

"Gimana abang bisa kebobolan gini, hah." Tawa Evan menggelegar.

Rifky melempar tutup toples pada adik bungsunya. Tak lupa Gino adik kedua Rifky pun sama tak bisa lagi menahan tawanya.

"Sayang sepertinya kita juga harus deh. Masa kalah sama bang Rifky sama mbak Rere." Celetuk Audi pada Gino.

Semua keluarga terdiam menghentikan tawanya. Menatap Audi cengo. Vannya dan Ricky saling tatap dan bergidik ngeri.

"Bukan emak gue!!!" Teriak Vando didepan pintu keluarga_

"KELUARGA EDAN!"

Kata Vannya dan Ricky dengan suara sedikit meninggi meninggalkan para orang tua. Kepergian ketiganya ditatap horor para orang tua.

******

Ricky bergedik ngeri membayangkan jika calon adiknya lahir. Pasti sangat merepotkannya. Vando yang sejak tadi memilih ikut Ricky dan Vannya pergi pun sama. Menggerutu sebal jika teringat perkataan bundanya. Jika Vannya, gadis itu welcome karena terbiasa dan memiliki adik bahkan dua. Ia sendiri senang jika nanti ada dedek bayi lucu dari mama Rere. Vannya tak berani menampakan kesenangannya didepan Ricky, bisa mati ia jika Ricky ngamuk.

"Bang, berkunjung ke asrama Fiki sama Dana yuks. Kangen kedua adikku itu."

Ricky mengangguk menyambar kunci mobil di meja teras, Vando langsung duduk di kursi belakang merendahkan kursi. Tubuhnya saja baru pulih, pukulan kakaknya masih terasa nyeri ditubuh. Vannya terpaksa duduk bersama Ricky didepan. Ricky tak suka jika ia sedang menyetir didepan tidak ada yang menemani. Mobil melaju menuju asrama pendidikan non formal. Selama liburan kedua adik Vannya sengaja Evan masukkan di asrama putra, di asrama yang mengajarkan banyak wawasan pengetahuan agama. Alasan ayah dan bunda Vannya sih supaya kedua adiknya itu bisa paham soal agama dan pergaulan yang dibolehkan dan dilarang agama. Apalagi Fiki yang baru masuk sekolah menengah atas dan Dana yang akan masuk sekolah menengah atas, Evan sebagai ayah sudah mengantisipasi anak-anaknya dengan kajian agama agar anak-anaknya tumbuh kembang dengan berakhlak baik.

"Vando nggak papa perjalanan jauh?" Tanya Ricky melihat kaca spion menghadap arah Vando.

"Sans ae bang, Vando udah mendingan kok, Asrama mereka dekat dengan sini." Balas Vando.

"Siapa bilang hanya ke Asrama? Abang mau ajak kalian ke Manado setelah dari Asrama"

Perkataan Ricky membuat keduanya sukses melotot. Apa tadi?

"Jadi abang ngajakin kita kabur?" Tanya Vando menegakkan tubuhnya.

Ricky mengangguk dengan senyum misterius.

"Bang, maksudnya apa?" Ganti Vannya bertanya, Vannya hanya ingin memperjelas pendengarannya tadi.

Ricky hanya mengangguk mantap.

"Ngasih kejutan sama Rangga. Kalo dia juga mau dibuatin adik kaya aku."

Vannya dan Vando menganga mendengar perkataan Ricky. Jadi? Ricky sengaja mengajak mereka ke Manado hanya untuk itu. Hell, jangan bilang kalo keduanya mau dijadikan alat pembuktian bahwa Ricky tak bohong.

"Bang, jangan ngaminin ucapan bunda tadi. Cukup mama Rere aja yang hamil, bunda Audi jangan. Ogah banget punya adik pasti nyusahin." Perkataan Vando sukses membuat Ricky tertawa miris, itu juga yang Ricky bayangin dipikirannya jika calon adiknya lahir.

Vannya menggelengkan kepalanya. Saudara sepupunya memang tergolong orang-orang aneh. Kadang serius kadang juga gila seperti ini. Vannya sendiri merasakan ikut gila jika didekat mereka.

" Tenggelemin Vando di rawa aja bang kalo sampe bunda beneran dengan perkataanya tadi_"

"Ayok lah" balas Ricky,

"Kalian gila!" Celetuk Vannya tak tahan dengan lelucon keduanya.

"_my madness is desire" sahut Ricky dengan gumaman.

Vannya mendengar pun menganga, sejak kapan abangnya itu gila. Haruskah ia menelfon rumah sakit gila sekarang_?


Wanita Tangguh✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang