Eleven

1.4K 149 2
                                    

.

.

.

Happy Reading

.

.

"Obat yang kemarin udah lo minum belom?"

Arel yang tadi meletakkan kepalanya diatas meja perpus, segera duduk dengan benar. Lalu gadis itu mengangguk.

"Kemarin kamu nganterin aku sampe ke kamar??"

Jaemin mengangguk, "mama lo yang nyuruh. Gue juga bingung kenapa gue suruh bawa lo ke kamar padahal ada abang lo. Mana lo itu berat."

"Yakk aku udah diet taukk.. Masa masih berat! Kalo aku berat kenapa tadi pakek angkat angkat aku segala coba"

"Kepaksa, nggak ada kursi soalnya"

Iya, model perpustakaan di sekolah mereka itu duduk di lantai, lesehan, terus mejanya panjang. Biasanya ada tangga kecil gitu. Tapi disimpen pak Suho di dalem gudang perpus.

Arel sebal dengan Jaemin. Biasanya dia tidak akan terpengaruh jika ada orang yang menyebutnya berat. Toh kenyataannya emang gitu. Tapi ini yang bilang Jaemin. Beda. Ngomongnya itu ada merica mericanya. Jadi pedess.

Arel kembali meletakkan kepalanya di atas meja lagi.

"Masih ngantuk lo? Emang kemarin tidur jam berapa?"

Arel yang masih sebal dengan Jaemin jadi dia hanya menjawab dengan ogah ogahan, "jam 4 subuh"

"Hah? Ngapain tidur jam segitu coba"

Arel hanya diam. Dia tidak mau Jaemin tau kalo dia ngga bisa tidur gara gara ngebayangin Jaemin ngegendong  diri nya dari rumah sakit sampe rumah bahkan sampe ke kamar dia. Oh no-- dia akan salah tingkah lagi.

Jaemin hanya mendengus karena pertanyaannya tidak di gubris dengan gadis didepannya itu. Jaemin memilih kembali fokus pada novelnya daripada mengurusi gadis kelakuan bocah kaya Arel. Tiba-tiba ponsel Jaemin bergetar. Alarm nya berbunyi yang artinya dia harus kembali ke kelas sebelum bel masuk berbunyi.

"Rel lo mau ke kelas atau tidur disini?"

Arel menatap Jaemin datar "ke kelas lah" , kemudian dia berdiri berjalan menuju rak sepatu dan diikuti Jaemin untuk mengenakan sepatu lalu kembali ke kelas.

Arel dan Jaemin berjalan beriringan menuju kelas mereka. Tidak sedikit siswa siswi yang memperhatikan dan menggunjing mereka berdua.

Meskipun Jaemin terlihat biasa karena lelaki itu sudah biasa dengan hal semacam ini, berbeda dengan Arel. Gadis itu terlihat menunduk. Dia takut. Dia takut jika ada orang yang membicarakan hal buruk tentang dia apalagi menatapnya dengan tatapan sinis seperti sekarang ini.

Jaemin yang menyadari itu langsung menggandeng tangan Arel. Arel terkejut menatap tangannya yang berpaut dengan tangan kekar milik Jaemin lalu mendongak menatap Jaemin.

Entah kenapa Arel seperti mendapatkan kekuatan dari tangan ini. Dia tersenyum pada Jaemin kemudian ia berjinjit membisikkan sesuatu pada telinga Jaemin.

"Terimakasih"

Sontak Jaemin berhenti dan menatap Arel dengan penuh tanya. Tapi gadis itu hanya tersenyum. Lalu menarik Jaemin untuk ikut berlari dengan nya. Jaemin yang berlari di belakang Arel tersenyum tipis setelah melihat tangannya yang masih terpaut dengan gadis itu. Kemudian Jaemin berlari mendahului gadis itu, menariknya agar berlari lebih cepat.

"Na- Na stop udah. Kelas kita kelewatan tau" ucap Arel ngos ngosan ia sudah cukup lelah berlari melewati koridor sekolahnya yang panjang.

"Gitu aja capek lo. Gue juga ga ada niatan buat masuk kelas sih. Jadi bodo amat lah"

Arel masih mengatur nafasnya. Ia heran pada lelaki di depannya ini yang tak merasa lelah sedikit pun. Ya meskipun ia berkeringat cukup banyak dan itu membuat gadis itu-- astaga. Nggak jadi.

"Yak sekarang kan harusnya kita ngerjain tugas dari Pak D.O kemarin. Kesian Jeno entar ngerjain sendiri."

"Gue ngga yakin sih, si Jeno mana ada ngerjain tugas sendiri. Yaudahlah besok tinggal kerjain di rumah sehari juga selesai." Jawab Jaemin santai.

"Lo yang ngerjain ya. Gue ma ogah"

"Enak aja lo curut. Gue aduin ke tante Rena baru tau rasa lo"

Arel merasa aneh dengan kata kata Jaemin. Seperti ada yang janggal. Iya Jaemin menyebut nama mamanya.

"Na-- lo tau mama gue??!" ucap Arel sumringah

"Emm tau, dari mama gue."

"Ohh jadi tante na yang nyeritain ya. Kukira kamu inget sendiri"

"Belum" ucap Jaemin, lelaki itu memberikan senyumannya seakan ia menjelaskan bahwa itu sama saja 'belum yang berarti akan' dan ucapan nya itu sukses membuat Arel blushing dan jantungnya mulai berdentum abnormal.

"Rel pipi lo." Jaemin menggoda Arel tapi dengan tampang datar. Tapi meskipun dengan tampang datar, itu malah membuat Arel semakin salting. Jadi gadis itu menaikkan syalnya hingga menutupi pipinya.

"Awas tu mata entar ketutup juga" ucap Jaemin dan membuat Arel menjadi salah tingkah. Jujur Jaemin sangat gemas dengan gadis didepannya ini tapi ia gengsi untuk berbuat apa apa.

"Duduk sini aja. Gue pergi bentar"

Arel mengangguk menuruti ucapan Jaemin. Ia duduk di pinggir lapangan basket. Kemudian Arel menatap punggung Jaemin yang perlahan menghilang dari pandangannya.

Gadis itu menghentakkan kakinya secara bergantian berulang ulang dan juga menarik narik rambutnya. Ia tak kuat dengan perlakuan Jaemin sedari tadi. Ah tidak, sedari kemarin. Dia benci tapi dia suka. Dia benci dengan dirinya yang selalu saja salah tingkah dengan perlakuan manis Jaemin yang meskipun hanya biasa saja jika dilihat orang lain. Tapi dia suka di perlakukan seperti itu. Tapi dia benci. Ah gimana ya. Ya gitu deh. Pokoknya gitu!😣

Ah andai aja ada toples penyimpan jantung sementara, pasti gue udah ga bakal lemah lagi kalo pas deket Nana~ Batin Arel.

.
.
TBC
Gimana guys?? Masih aku kasih yang manis manis ya, pahitannya baru proses pembuatan wkwk. Tunggu ya sayang 😂😂

Klik bintangnya ya kalau kalian suka ^^ biar makin semangat next up nyaa😌

Gomawo😘

Happy Reading alL😉😉
===
Lily

IMPOSSIBLE || Jaemin x Mina ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang