Seperginya Park Jimin--Lisa segera menghembuskan napas lelah, memandangi presensi Jungkook yang masih meracau-ria tak berdaya diatas ranjang. Gadis itu meraih kedua bahu Jungkook, mengangkatnya sedikit demi sedikit untuk membenarkan posisi tidurnya yang tak beraturan."Ugh! Dasar menyusahkan!"
Lisa memang ikhlas lahir bathin kok. Ia bahkan tak mengharapkan imbalan apapun dari Jungkook. Tapi, oh, ayolah. Kenapa sejak pertemuan pertama mereka, Jungkook itu selalu menyebalkan dan merepotkan baginya? Tak pernah sekalipun pemuda ini membuat Lisa tersenyum bahagia.
"Hyena-ya.." Jungkook melirih, terdengar begitu pilu. Tubuhnya memiring dan melengkung. Ia meremas dadanya sendiri. "Kenapa kau berpaling dariku, hm? Kenapa?" Jungkook membuka sedikit celah pada matanya. Wajahnya terlihat kuyu dan lelah.
Untuk sesaat, Lisa yang melihatnya menjadi ingin menangis juga. Nyatanya Jungkook hanya terlihat kuat untuk menyembunyikan kelemahannya. Hatinya begitu rapuh. Ia akan memberikan seluruh hatinya untuk seseorang yang dicintainya. Maka ketika seseorang itu pergi, luka menganga yang diakibatkan olehnya benar-benar terasa perih dan menyiksa.
Lisa merasa hatinya telah tercubit tatkala mengetahui sisi lain dari pemuda itu--bagian yang mungkin tak banyak diketahui oleh orang-orang disekelilingnya. Apa mungkin Hyena merupakan patah hati terbesar bagi Jungkook? Jika benar begitu, bukankah seharusnya Hyena merasa bersyukur karena telah dicintai sehebat itu oleh Jungkook? Tidak semestinya Hyena bermain api dan menduakan Jungkook seperti itu.
Lisa mendudukkan dirinya ditepi ranjang. Tanpa sadar, tangannya bergerak untuk mengusap puncak kepala Jungkook dengan lembut, berusaha menenangkan pemuda itu dan berharap agar ia cepat tertidur serta meninggalkan ingatan buruk dikepalanya.
"Hyena-ya.. Hiks!" Jungkook mulai menangis. Ia memeluk tubuhnya sendiri, mengerut takut seperti seekor anjing kecil yang ditinggalkan oleh tuannya.
Lisa menatap sendu. Jungkook terlihat begitu tersiksa saat ini. Oh, haruskah Lisa mendatangi Hyena dan membantu memperbaiki hubungan mereka?
Namun tatkala isi kepalanya tengah penuh dengan segala kemungkinan yang akan terjadi, Lisa dibuat terkejut ketika Jungkook,
"Huweekk!"--mengeluarkan cairan dari mulutnya dan menyembur hingga membasahi pakaian Lisa.
Pemuda itu tertawa pelan seperti orang gila setelah menyeka mulutnya dengan punggung tangan. Ia hanya tidak tahu saja bahwa saat ini rasa iba didalam diri Lisa telah menguap dan tergantikan oleh emosi yang menggebu-gebu. Gadis itu sedang bersusah payah menahan nafsu agar tidak mencekik leher Jungkook saat itu juga.
Lisa menarik napas dalam dan menghembuskannya dengan perlahan. Tidak, Lisa. Jangan mencekik leher Jungkook. Kalau perlu langsung hempaskan saja tubuhnya keluar jendela. Sekiranya begitu iblis yang berbicara didalam kepala Lisa.
Tapi Lisa masih berusaha bersabar, kok. Benar, deh! Termasuk ketika Jungkook mengendus aroma tubuhnya dan berujar dengan kurang ajar,
"Ugh! Kau bau! Sana mandi! Hiks!"
Lisa bisa merasakan seolah ada uap panas yang menyembur dari kedua telinganya akibat kepalanya yang mendidih karena emosi. Gadis itu menangkup kedua pipi Jungkook dengan kuat hingga membuat bibir pemuda itu maju seperti bebek. "Dasar kampret! Brengsek! Sialan! Kau pikir aku bau karena siapa, huh? Karena kau yang memuntahkan isi perutmu padaku!" serunya dengan gemas tepat dihadapan wajah Jungkook. Iya, gemas. Gemas sekali ingin menelan Jungkook hidup-hidup.
Jungkook terkekeh-kekeh, "Hehehe~ Oh, iya. Karena aku, ya."
Sabar, Lisa.
Sabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
fluke | lizkook✔
Fanfiction[M] Sebagai seorang kakak yang baik, Lalisa Choi diharuskan untuk melindungi Somi dari berbagai ancaman, termasuk ketika adik kandungnya tersebut tiba-tiba datang dan menangis meraung-raung sembari berkata, "Eonni! Soobin mengkhianati aku! Huwaa~" L...