🌻12

30.6K 3.7K 827
                                    

"Hyung.. Hyung.."

"Hm?" Jimin hanya menanggapi Jungkook dengan sebuah deheman. Bola matanya sibuk menelusuri kertas-kertas dihadapannya.

"Minggu lalu aku habis menginap di apartemen Lisa, dong." Jungkook tersenyum bangga seraya menyandarkan tubuhnya. Kedua tangannya direntangkan, menumpu pada sandaran sofa dan memandang Jimin dengan tatapan penuh kemenangan.

Jimin menoleh, mengangkat satu alisnya, kemudian tersenyum miring. "Lalu kenapa?"

"Tidak apa-apa. Hanya ingin pamer saja." jawab Jungkook. Ia berani berbicara seperti itu karena Lisa memang sedang tidak berada diruang kerja Jimin. Perempuan tersebut tengah mengurus beberapa berkas dibagian keuangan.

"Ck, aku yakin kalian bahkan tidak tidur bersama."

Jungkook mendengus, "Tentu saja tidak. Meskipun aku ingin, tapi mana mungkin aku meniduri seseorang yang sedang patah hati. Bisa-bisa aku dicekik sampai mati oleh gadis itu."

"Eoh, Lisa putus dengan kekasihnya?"

Jungkook hanya mengangguk sebagai jawaban.

Jimin terkekeh. "Tapi kau tetap kalah, Jung. Aku dan Lisa akan pergi berlibur minggu depan."

Mendengar hal itu, Jungkook lantas menegakkan tubuhnya dengan mata yang membelalak, "Apa?"

Jimin mengangguk. Kini ia menyandarkan diri pada sandaran kursi kebesarannya, meninggalkan kertas laporan dihadapannya dan beralih pada si pemuda Jeon. "Minggu depan perusahaanku mengadakan acara family gathering. Kami akan berlibur ke pulau Jeju selama tiga hari dua malam."

Family Gathering untuk karyawan perusahaan Park kali ini memang diadakan dipulau Jeju. Semua karyawan berhak mengajak anggota keluarga mereka untuk berlibur bersama sebab perusahaan yang akan menanggung biaya akomodasi serta penginapan mereka.

"Kalau begitu, aku ikut!" tandas Jungkook.

"Hei, kau akan mengganggu acara liburanku dengan Lisa nantinya. Jadi sebaiknya tidak usah ikut saja."

Jungkook memutar bola matanya seraya mendengus keras. "Kau ingin kuadukan pada Rose, ya, hyung?"

"Tentu saja tidak."

"Kau mencintai Rose, bukan?"

Jimin mengedikkan bahunya. "Kau sudah tahu jawabannya. Aku sangat mencintai tunanganku. Cinta setengah mati, malah."

Jungkook menggaruk kepalanya, setengah kesal. "Lalu kenapa kau bersikap seperti iniiiiii? Ya, Tuhan! Aku gemas sekali ingin mengepang ususmu kalau aku bisa."

Jimin tertawa sampai matanya membentuk bulan sabit. Melihat kekesalan Jungkook menjadi hiburan tersendiri baginya. "Kau tahu kenapa aku melakukannya? Karena aku hanya ingin kau cemburu dan segera menyadari perasaanmu pada Lisa."

"Huh?" Jungkook mengerutkan dahi, tak mengerti.

Tawa Jimin mereda. Kini ia menatap Jungkook dengan ekspresi bersahaja. "Aku tahu sejak Hyena tak kunjung kembali, kau merasa kesepian setengah mati. Lambat laun hatimu terasa kosong dan hampa. Kemudian setelah Lisa datang, gadis itu seperti membawa banyak warna baru, mengisi ruang didalam hatimu secara perlahan tanpa kau sadari."

Jungkook tertawa kering. Mengapa ucapan Jimin terasa begitu benar? Pemuda Park itu seolah dapat membaca isi hati dan kepala Jungkook secara menyeluruh. Jungkook jadi curiga. Apakah mungkin Jimin merupakan jelmaan dari sesosok cenayang yang tinggal diperbukitan?

Ah, jangan asal bicara! Tentu saja Jimin dapat menebaknya. Keduanya sudah saling bertatap wajah sejak masih balita. Apalagi Jimin memiliki lebih banyak pengalaman dan menjadi yang paling ahli dibidang percintaan.

fluke | lizkook✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang