"Kau mau masuk dulu?" Lisa bertanya ketika ia dan Jungkook menginjakkan kaki didepan pintu apartemennya. Mereka baru saja sampai setelah pulang dari acara family gathering.
Namun Jungkook menggeleng disana. "Tidak usah. Kau pasti lelah. Harus langsung beristirahat, ya."
Lisa tersenyum. Jika diperhatikan, kalimat yang diucapkan Jungkook sekarang tidak jauh berbeda dengan kalimat yang pernah diucapkan oleh Yugyeom dahulu. Tapi dimata Lisa, Jungkook terlihat lebih tulus dan benar-benar mengkhawatirkan dirinya saat mengatakan hal itu.
Sebenarnya Lisa sama sekali tidak ingin membanding-bandingkan Jungkook dengan Yugyeom. Mereka berdua tentunya memiliki karakter yang berbeda. Semua pikiran itu terlintas begitu saja, mengingat presensi si brengsek Kim itu masih sesekali ikut hadir didalam mimpi Lisa.
Biar bagaimanapun, Yugyeom pernah membuat Lisa bahagia meski sampai detik ini gadis itu tak tahu apakah sikap baik Yugyeom tersebut benar-benar dilakukannya dari dalam lubuk hati yang terdalam, ataukah hanya sebuah kepalsuan belaka.
Namun kendati begitu, sejauh ini Jungkook masih cukup mengungguli Kim Yugyeom. Setidaknya si Jeon itu berada sepuluh persen diatas Yugyeom.
Lisa masih harus menyelami sifat dan kehidupan Jungkook lebih dalam lagi. Ia tidak ingin kesalahan yang sama kembali terulang, seperti saat ia yang bahkan tidak tahu banyak hal tentang Yugyeom semasa mereka berpacaran dahulu.
Disana Lisa mengangguk, mengiyakan ucapan Jungkook. "Kau berhati-hatilah dijalan. Kalau sudah sampai rumah, tolong segera beri kabar padaku."
Jungkook tersenyum jahil, "Ternyata kau sudah mulai mengkhawatirkan aku, ya?"
Lisa mengedikkan bahunya. Gadis itu lantas menjawab, "Tidak juga, sih. Kalau sampai sesuatu yang buruk terjadi padamu, maka orang-orang akan menuduhku dalam kasus itu karena kau terlihat terakhir kali berinteraksi bersamaku. Aku tidak mau hal sial itu menimpaku."
Jungkook tampak mengerucutkan bibirnya disana, dan sumpah demi apapun Lisa ingin sekali berjinjit dan segera meraup bibir kemerahan tersebut saat itu juga.
Gemas sekali rasanya. Padahal Lisa memang mengkhawatirkan Jungkook. Tapi ia hanya terlalu malu dan gengsi untuk mengungkapkannya.
"Ya sudah, tidak apa-apa. Nanti kalau sampai ada tante cantik yang menculik diriku, kau tidak boleh menangis, ya." kata Jungkook.
Lisa mendecih, "Wanita mana yang mau menculik pria kekar seperti dirimu, huh? Baru melihat batang hidungmu saja mereka akan segera berlari tunggang-langgang karena takut, sebab wajahmu terlihat menyeramkan seperti pria dengan kelainan paedofilia."
"Lalu kenapa kau mau berkencan dengan pria menyeramkan seperti diriku?"
Lisa terlihat kebingungan. Ia nyaris kehabisan kata untuk menjawab pertanyaan Jungkook. Ya, pemuda itu memang tampan tak terbantahkan, sih. Lisa hanya sebal mendengar ocehan Jungkook yang terlampau percaya diri seperti tadi.
"Y-ya, a-aku.. Aku hanya--"
CHU!
Jungkook mengecup bibir Lisa, mengentikan kalimat gadis itu. "Berisik. Apa susahnya, sih?! Cukup bilang, 'Ya, sayang. Aku mengkhawatirkan kekasihku yang tampan ini.' Begitu! Tidak sulit, bukan?"
Iya, tapi tetap saja Lisa masih memikirkan tentang harga dirinya disini. Terlalu malu untuk mengungkapkan hal itu secara gamblang. Ia masih membutuhkan sedikit waktu untuk menyesuaikan sikapnya dalam hubungan ini.
"Sudah, sudah, sana pulang! Pokoknya nanti kalau sudah sampai rumah, kau harus segera menghubungi aku. Mengerti?" titah Lisa.
Hh~ dasar Tsundere.
KAMU SEDANG MEMBACA
fluke | lizkook✔
Fiksi Penggemar[M] Sebagai seorang kakak yang baik, Lalisa Choi diharuskan untuk melindungi Somi dari berbagai ancaman, termasuk ketika adik kandungnya tersebut tiba-tiba datang dan menangis meraung-raung sembari berkata, "Eonni! Soobin mengkhianati aku! Huwaa~" L...