Jauh sebelum detik ini dijajaki, Lisa sudah pernah mengira bahwa sesuatu akan terjadi. Kini gadis itu sedang terduduk diatas kloset. Raut wajahnya pucat pasi, peluh didahinya bercucuran, sementara tangan berkeringatnya tengah menggenggam sebuah benda pipih.
Dua garis biru.
Lisa positif mengandung.
Ada banyak hal yang menggelayuti kepalanya. Bingung. Lisa tidak tahu harus bagaimana sekarang. Ia bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Jungkook jika lelaki itu sampai tahu bahwa benih cinta mereka tengah bertumbuh didalam tubuhnya. Apakah bahagia? Atau malah berteriak frustasi?
Ditambah lagi fakta bahwa Lisa sama sekali belum siap untuk menyandang status sebagai seorang ibu. Rasa takut itu masih kerap muncul. Gadis itu benar-benar cemas dan begitu khawatir jika ia tak bisa menjadi seorang ibu yang baik bagi anak-anaknya kelak.
Berkaca dari pengalaman sang ibu sungguh membuat Lisa didera oleh frustasi hebat. Bahkan sampai detik ini, Lisa masih mengingat dengan jelas bagaimana hancurnya sang ibu saat ditinggal oleh ayah. Perempuan paruh baya itu diam-diam menangis, mengunci diri dikamar dan hampir menelantarkan anak-anaknya sendiri.
Lisa juga masih ingat saat ia dan Somi diterpa kelaparan karena tidak diberi makan selama dua hari. Akibatnya, Lisa yang saat itu masih duduk dibangku SMP harus membantu mencuci mangkuk dan gelas kotor di kedai ramen bibi Kim untuk mendapatkan uang.
Untungnya hal itu tak berlangsung lama, sebab tiba-tiba kakek dan neneknya datang dan mengurus mereka, sementara sang ibu harus mendapatkan penanganan dokter akibat depresi yang dideritanya.
Meski hal itu sudah terlewati dan bergabung bersama lembaran kelam hidupnya, namun tetap saja kecemasan itu masih muncul dari dalam diri Lisa.
Apakah ia mampu menjadi seorang ibu yang baik? Apakah ia bisa menjadi panutan untuk anak-anaknya kelak?
Pertanyaan-pertanyaan semacam itu terus saja bergaung didalam kepala Lisa dan menolak untuk berhenti.
Lalu sekarang Lisa harus bagaimana? Kemudian sekelumit pertimbangan lain kembali terlintas, 'Apa digugurkan saja, ya?'
Tapi...
Argh! Entahlah! Lisa benar-benar tidak tahu harus bagaimana sekarang.
Gadis itu lantas bangkit dari posisinya. Ia berjalan keluar toilet setelah mencuci tangan dan menyembunyikan testpack-nya didalam saku hotpants yang dipakainya.
Jungkook menoleh ketika Lisa memasuki area ruang tamu apartemennya. Ia mengunyah snack didalam mulutnya dan berujar, "Lama sekali. Apa kau baik-baik saja, sayang?"
Lisa tersenyum tipis dan mengangguk pelan kendati garis-garis wajahnya terlihat lesu. Ia kemudian merangsek naik ke atas pangkuan Jungkook. Kakinya melingkari pinggang Jungkook, sementara tangannya memeluk tengkuk pemuda tersebut.
"Aku hanya lelah." kata Lisa. Kepalanya bersandar pada pundak Jungkook.
Tangan si pemuda Jeon bergerak untuk memeluk pinggang Lisa dan memberinya usapan halus. "Apa pekerjaan hari ini begitu merepotkan, hm?"
Lisa menggeleng pelan. Ia menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher sang kekasih.
"Ya, sudah. Sekarang kau istirahat saja, ya. Aku akan bilang pada Jimin hyung kalau kau sakit dan tidak bisa masuk kerja esok hari."
Tapi Lisa malah menggeleng kembali. "Aku hanya ingin beristirahat seperti ini. Dipeluk, diusap-usap lembut. Pokoknya sedang ingin bersamamu." rengeknya dengan nada manja.
Jungkook terkekeh disana. Lisa terbilang jarang sekali bersikap manja seperti ini. "Iya-iya. Ini sedang dipeluk, kok. Eh, tapi kurasa sekarang kau bertambah berat, ya? Atau hanya perasaanku saja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
fluke | lizkook✔
Fanfiction[M] Sebagai seorang kakak yang baik, Lalisa Choi diharuskan untuk melindungi Somi dari berbagai ancaman, termasuk ketika adik kandungnya tersebut tiba-tiba datang dan menangis meraung-raung sembari berkata, "Eonni! Soobin mengkhianati aku! Huwaa~" L...