"Lice.. Apa kau akan mengantarkan bekal makan malam untukku? Hari ini aku lembur." tanya Jungkook. Ia duduk bersandar pada kursi kebesarannya sembari menggenggam ponsel ditangan kanan. Raut wajahnya tampak lelah. Meski baru satu bulan yang lalu ia keluar dari rumah sakit, nyatanya sampai saat ini pekerjaannya masih menumpuk dan ia harus menyelesaikan tanggung jawabnya tanpa membuat kesalahan sekecil apapun.
Padahal Ahrin sudah menasehatinya untuk tidak bekerja terlalu keras atau ia akan jatuh sakit lagi. Tapi Jungkook sudah berjanji untuk selalu berhati-hati dan menjaga pola makan serta waktu istirahatnya. Ingat? Jungkook tidak ingin merepotkan siapapun lagi, termasuk Ahrin maupun Lisa.
"Tidak, Jung. Aku tidak masak hari ini. Sebaiknya kau makan malam di kafetaria saja, ya." jawab Lisa dari seberang sana.
Kendati ada sedikit kekecewaan, tapi Jungkook tetap memasang senyum kecil dan berusaha mengerti keadaan Lisa. Ia tahu kalau Lisa juga sama sibuknya seperti dirinya. "Ya, sudah. Tidak apa-apa. Kau juga harus makan, ya. Kalau tidak sempat memasak, pesanlah sup ayam atau nasi goreng kimchi di restoran dekat apartemenmu. Jangan melewatkan makan malam, mengerti?"
Lisa terkekeh disana. "Iya.. Sudah, ya. Kalau kau sudah sampai rumah segera hubungi aku."
"Iya, sayang.."
Kemudian sambungan telepon terputus.
Jungkook menatap langit-langit ruangannya dengan pandangan lurus. Ia menarik napas sejenak sebelum senyumnya terpasang manis. Sebuah kotak berwarna merah ia keluarkan dari saku celananya, berisi sebuah benda berkilau dengan pendaran cahaya tipis.
Cincin.
Ya. Jungkook berencana ingin melamar Lisa. Cincin yang berhiaskan batu ruby berwarna merah delima itu ia persiapkan khusus untuk kekasihnya. Jungkook memang serius dengan perkataannya bahwa ia benar-benar mencintai Lisa dan ingin memiliki gadis itu seutuhnya.
Jungkook merasa bahwa Lisa adalah perempuan yang tepat untuk menemani perjalanan hidupnya. Ia ingin membangun sebuah keluarga yang bahagia hanya bersama Lisa dan anak-anaknya kelak.
Bukankah itu merupakan sebuah mimpi yang indah? Maka Jungkook akan segera mewujudkannya dalam bentuk nyata.
°°
Lisa menyadari sepenuhnya bahwa setelah kemunculan Mingyu, fokusnya menjadi terbagi dan sulit berkonsentrasi. Memori indah yang pernah ia ciptakan bersama pemuda jangkung itu kembali terputar didalam kepalanya dan menolak untuk berhenti.
Terutama ketika Mingyu kembali menghubunginya serta membuatnya tertawa seolah-olah membawanya kembali pada masa-masa yang telah berlalu jauh dibelakang sana.
Iya, komunikasinya dengan Kim Mingyu selama sebulan belakangan ini benar-benar intens. Tak jarang, mereka akan menghabiskan waktu dengan makan siang bersama atau hanya sekedar menonton film bioskop tanpa sepengetahuan Jungkook.
Dampaknya tentu akan terjadi pada Jungkook. Lisa menjadi kurang memerhatikan kekasihnya tersebut, jarang memasak karena memilih untuk makan diluar, dan kerap kali menolak panggilan telepon dari Jungkook.
Semua itu terjadi secara tak langsung dan tanpa disadari oleh Lisa. Perlahan tapi pasti, ia mulai melangkah mendekat pada Mingyu.
Pada saat-saat tertentu Lisa akan terjebak dalam pikiran antara benar dan salah. Ketika isi kepalanya berkata, 'Ini tidak benar, Lice. Kau tidak jujur pada kekasihmu.' tapi egonya yang lain akan menjawab, 'Tidak, Lice. Mingyu adalah temanmu, sama seperti Eunwoo. Untuk apa kau bilang pada Jungkook jika hanya untuk makan siang bersama temanmu?'
KAMU SEDANG MEMBACA
fluke | lizkook✔
Fanfiction[M] Sebagai seorang kakak yang baik, Lalisa Choi diharuskan untuk melindungi Somi dari berbagai ancaman, termasuk ketika adik kandungnya tersebut tiba-tiba datang dan menangis meraung-raung sembari berkata, "Eonni! Soobin mengkhianati aku! Huwaa~" L...