🌻20

25.4K 3.1K 539
                                    

Padahal waktu itu aku bilang cerita ini gak akan panjang ya. Tapi ini udah tembus 20 chapter aja 🙄

Maafkan aku yang khilaf ini, gaes 😭



🌻🌻🌻🌻





Meski berpeluh dengan wajah yang hampir memucat, nyatanya Jungkook berhasil melewati serangkaian rintangan pagi ini. Melepaskan benda keramat yang disebut sebagai popok beserta isinya yang dipakai oleh Kookie, dan juga harus menggantinya dengan popok yang baru.

Terkutuklah Lee Hana yang tiba-tiba menghilang bak terserap ke dalam inti bumi tatkala Kookie mendeklarkan serangkaian pengumuman seperti, 'Kookie mau poop.' yang juga dalam beberapa detik setelahnya mampu membuat Jungkook tertawa kering seraya bergumam dalam hati, 'Oh, mati sajalah kau, Jeon Jungkook.'

Tapi kini penderitaan itu sudah selesai. Kookie sudah rapih dan harum kembali berkat Jungkook yang rela mengorbankan diri sendiri untuk berperang didalam kamar mandi. Untungnya pemuda itu berhasil menyelamatkan diri agar tidak pingsan seketika tatkala aroma unik tersebut merasuk ke dalam indra penciumannya.

Yap, jadi tolong berikan tepuk tangan yang meriah atas keberanian si Tuan Muda Jeon ini!

"Nah, sudah selesai!" Jungkook menepuk-nepuk pakaian Kookie setelah menyemprotkan parfume beraroma bayi pada bocah tersebut. Jangan heran, ya. Lisa sudah membekali Jungkook dengan berbagai macam perlengkapan milik trio gumpalan tersebut sebelum berangkat ke kantor.

Kookie tersenyum lebar disana. Begitu lucu dan menggemaskan. "Terima kasih, Hyungie!" katanya.

Jungkook tersenyum kecil. Mengapa hanya dengan diucapkan terima kasih saja mampu membuat hatinya menghangat, ya? Rasanya Jungkook mulai lemah dengan segala sesuatu yang menyangkut tentang hal-hal manis seperti ini.

Kookie lantas bergabung dengan kedua kakaknya yang terlihat sedang sibuk memainkan berbagai macam mainan disana. Baru datang beberapa menit yang lalu, sih. Jungkook sengaja menyuruh salah satu staff-nya untuk menyiapkan banyak mainan diruangan ini.

Pemuda itu seperti berubah pikiran, yang awalnya sama sekali tak ingin ruang kerjanya berantakan layaknya gudang bawah tanah, beralih menjadi, 'Tidak apa-apa berantakan. Yang terpenting anak-anak bisa bermain dengan tenang tanpa adanya tangisan.'

Yeah, itu memang terdengar lebih baik, bukan?

Namun belum sampai sepuluh menit Jungkook mendudukkan bokongnya diatas kursi kerja, sebuah seruan segera terdengar disana.

"Kookie 'kan mau ikutan juga!" seru si bungsu. Kedua alisnya bertaut marah dengan bibir yang dimanyunkan.

Sementara Taetae malah tidak terlalu menghiraukan. Ia hanya berucap santai seraya memberikan pengertian pada Kookie, "Perang-perangan ini hanya untuk orang dewasa. Bayi tidak boleh ikut bermain." katanya. Sok dewasa sekali anak ini. Dia sudah bersiap dengan pedang plastik ditangannya dan menjadikan Jiminie sebagai rival utama.

Alhasil Kookie merajuk. Ia duduk diujung sofa, memeluk kedua lututnya sementara bibir yang mempout itu mulai bergetar. Tatapannya mendung sekali. Jungkook dapat melihat jika hujan deras akan segera turun dari mata Kookie dalam beberapa saat ke depan.

Jelas saja Kookie merasa sedih. Kookie 'kan sudah besar, bahkan bobot tubuhnya hampir setara dengan Jiminie, tapi kenapa masih disebut bayi? Kookie juga ingin ikut bermain perang-perangan, ingin mengalahkan Jiminie sampai menyerah, ingin menumbangkan tubuh bongsor Taetae sampai minta ampun.

Melihat hal itu membuat Jungkook menghembuskan napas pelan. Ia lantas menghampiri Kookie dan berjongkok dihadapannya. "Kookie mau bermain perang-perangan?" tanyanya dengan hati-hati.

fluke | lizkook✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang