🌻19

26.4K 3.1K 632
                                    

"Kau habis menangis?" Yeonjun terlihat khawatir tatkala mendapati presensi Somi kembali terduduk dihadapannya dengan mata basah dan kelopak yang sedikit membengkak.

Somi memaksakan sekelumit senyum disana. Gadis itu menggeleng pelan. "Tidak. Aku habis mencuci wajahku. Apa terlihat seperti seseorang yang habis menangis? Kkk~"

Tapi sayangnya Yeonjun telah mengetahui segalanya. Merasa aneh karena sejak tadi Somi tak kunjung kembali dari toilet, maka Yeonjun memutuskan untuk menyusul gadisnya. Namun rungunya harus mendengarkan suara bergetar Somi yang saling menyahut dengan suara Soobin yang tak lain tengah membicarakan soal perasaan dari dalam sana.

Lantas Yeonjun menggenggam tangan Somi yang berada diatas meja. Dengan sebuah senyum kecil dan tatapan yang begitu dalam, pemuda itu berucap, "Kalau kau masih mencintai Soobin, maka kembalilah."

Somi tertegun. Terkejut? Tentu saja. Sejak awal mereka meresmikan hubungan, Somi tahu kalau Yeonjun telah berusaha keras untuk mendapatkan hatinya. Tapi kini pemuda itu malah ingin melepasnya begitu saja.

Melihat Somi yang terdiam dengan garis-garis kebingungan pada wajahnya, Yeonjun kemudian melanjutkan, "Kurasa si brengsek itu masih menjadi satu-satunya pemuda yang bisa membuatmu bahagia. Jadi jangan pedulikan aku, hm? Aku tidak apa-apa." katanya. Ia tersenyum lebar, yang lebih terlihat seperti sebuah senyum ketegaran (lebih tepatnya seperti tengah menguatkan diri sendiri)

"Tapi..."

"Somi.." Yeonjun menyergah kalimat gadis itu sementara tangannya semakin menggenggam erat. "Ada banyak hal yang tidak bisa kita mengerti sekalipun itu tentang perasaan. Dan sekarang kau harus percaya bahwa caraku mencintaimu adalah dengan melepasmu untuk lebih bahagia bersama dia."

Kedua bola mata Somi berair. Yeonjun memang sebaik ini, jadi bukan hal yang mudah untuk memaafkan diri sendiri saat Somi menyadari bahwa ia benar-benar belum bisa mencintai Yeonjun meski mereka sudah lama saling mengenal.

"Kumohon, jangan jadikan diriku sebagai alasan untuk tidak menjemput kebahagiaanmu." kali ini Yeonjun memandang Somi dengan tatapan memohon. "Percayalah, aku benar-benar tidak apa-apa, Choi Somi.."








°°








Jungkook tersadar dari tidurnya dengan kepala pening dan kekesalan luar biasa tatkala telinganya menangkap suara-suara berisik disekitarnya. Oh, tolong, ya! Jungkook baru pulang kerja sekitar pukul dua belas malam, dan sesampainya diapartemen Lisa ternyata ada pemadaman listrik hingga membuatnya tak kunjung tertidur akibat merasa kegerahan dimusim panas ini.

Bahkan seingatnya, ia baru bisa memejamkan mata kurang-lebih sekitar dua jam. Dan sekarang, "YAK!! KALIAN--"

Jungkook terbangun, terduduk, lalu refleks mengatupkan mulut ketika mendapati tiga orang bocah cilik yang duduk disekitar tempat tidurnya, yang juga sukses terdiam karena mendengarkan suara kerasnya.

"Eoh, Jiminie, Taetae, Kookie.. Sereal madunya sudah siap~" kata Lisa yang menyembulkan diri dari balik pintu kamar, lengkap dengan nampan ditangan.

"Lisa.. Lisa! Siapa makhluk-makhluk ini?!" Jungkook berbicara panik dengan mata membulat penuh keterkejutan. Padahal tiga buntalan tersebut benar-benar manis dan lucu saat dipandang.

Si sulung yang dipanggil Jiminie itu mengenakan pakaian berwarna hijau dengan kupluk berbentuk buaya. Dia baru berusia tujuh tahun. Matanya akan menyipit seperti bulan sabit saat tertawa.

Yang kedua lebih akrab disapa Taetae. Bocah pemilik senyum kotak itu mengenakan pakaian berwarna biru laut dengan kupluk berbentuk karakter stitch. Meski ia lebih muda dari Jiminie, yaitu berusia enam tahunan, tapi entah mengapa tinggi tubuhnya melampaui si kakak.

fluke | lizkook✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang