🌻10

28.6K 3.6K 1K
                                    

Sudah lima hari berturut-turut Jungkook mengalami insomnia dan berakhir dikamar mandi. Bayang-bayang Lisa yang tengah menurunkan tali gaun itu terus saja terputar didalam kepalanya. Belum lagi, kehaluan kotornya yang kerap membayangkan gaun itu terlepas sepenuhnya dari tubuh Lisa.

Bukannya Jungkook lemah. Tapi pesona Lisa memang sulit untuk ditolak. Meski terlihat ramping, namun siapa sangka kalau Lisa memiliki dada yang cukup berisi? (Yang selama ini tidak begitu kentara sebab gadis itu selalu memakai pakaian yang agak lebih besar dari ukuran tubuhnya) Ditambah lagi fakta bahwa kulitnya benar-benar mulus, sewarna putih susu. Pemuda itu bahkan mengakuinya secara diam-diam.

Duh, kalau seperti ini salah, tidak, sih? Lisa 'kan sudah punya pacar. Tapi Jungkook malah menjadikan bayang-bayang gadis itu sebagai fantasi kotornya.

Argh! Sial.

Jungkook mengacak rambutnya. Pemuda itu segera meluncur ke kamar mandi. Kali ini bukan untuk bersolo-ria, tapi memang untuk mandi. Ia sudah hampir telat, omong-omong.

Setelah menghabiskan waktu lima belas menit untuk bersiap-siap, Jungkook segera melangkah menuruni anak tangga. Wajahnya tampak lesu akibat kurang tidur, kurang istirahat, kurang belaian, dan kurang kasih sayang. Ah, malang sekali.

"Ada apa dengan wajahmu?" Jimin bertanya pada Jungkook yang kini sedang berjalan menuju meja makan.

Pemuda bersurai cokelat itu sengaja datang pagi-pagi untuk ikut sarapan dirumah keluarga Jeon. Sebenarnya orangtua Jimin ada dirumah, namun Jimin adalah anak tunggal. Suasana meja makan hanya diisi dengan obrolan seputar perusahaan oleh tuan dan nyonya Park. Agak membosankan. Tidak ada yang bisa membuat tertawa lepas. Jadi terkadang ia menginginkan suasana yang berbeda, yang ramai seperti dikediaman keluarga Jeon ini.

"Hanya lelah saja." jawab Jungkook dengan wajah lesunya. Pemuda itu lantas mendudukkan diri disisi Jimin.

"Lelah kenapa, sayang?" Ahra menimpal kalem. Ia menyendokkan nasi ke atas piring Jungkook. "Memangnya kau habis melakukan apa? Ibu dengar saham perusahaan masih stabil. Kau tidak lembur, 'kan? Eiy, atau habis lembur bersama Lisa, ya?" cecarnya, namun dengan smirk jahil yang mirip seperti emotikon bulan hitam diakhir kalimatnya.

Jungkook mendengus. "Jangan asal bicara, ibu. Kau bisa membuat orang lain salah paham."

"Memangnya Lisa itu siapa?" kali ini Jeon Joon Hyuk--ayah Jungkook, melemparkan pertanyaan. Ia baru saja pulang dari perjalanan bisnisnya, jadi sudah tertinggal banyak informasi yang ada didalam rumah ini.

"Calon menantu." jawab Ahra dengan santai.

"Ibu~" Jungkook berujar, setengah merajuk. Merasa agak kesal karena pembicaraan semacam ini dijadikan topik hangat dipagi hari. "Lisa itu sudah punya pacar. Lagipula sudah kubilang kalau kami tidak saling mencintai."

Ahra mengedikkan bahunya, tak peduli. "Tikung saja. Terus kalian menikah, deh. Nanti perasaan itu akan muncul, kok."

Reaksi yang ditunjukkan oleh orang-orang dimeja makan itu berbeda-beda.

Soobin terlihat hanya fokus pada makanannya. Pemuda itu sedang berada dalam masa patah hati dan harus makan, sebab berpura-pura baik-baik saja disaat dia sudah dengan yang lain membutuhkan tenaga ekstra. Harus kuat menarik senyum meski ingin menangis, dan harus tetap terlihat bahagia walaupun hati menjerit pedih.

Joon Hyuk terlihat terkejut, sekaligus bahagia.

Jimin hanya terkikik geli.

Sementara wajah Jungkook benar-benar terlihat frustasi. Ia menahan diri sekuat tenaga agar tidak menelan sumpit ditangannya akibat terlalu kesal. "Kenapa ibu ingin sekali aku menikah dengan Lisa? Aku tidak mengerti. Ibu bahkan mengatakan hal itu pada pertemuan pertama kalian. Ini sangat aneh bagiku."

fluke | lizkook✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang