Prolog: Terbelah

7.3K 671 47
                                    

Note: tenang, ini bukan Medieval!AU kok :) cuma untuk prolog aja :)

•°•°•

Jauh di masa lalu, pada suatu kerajaan yang megah, terjadi peristiwa besar.

Penjatuhan hukuman mati.

Pemenggalan kepala.

Ditujukan pada pangeran kastil itu sendiri.

Pada waktu itu di tengah hari, sang surya tepat berpijar di ubun-ubun kepala. Awan sepenuhnya menyingkir dari kanopi semesta nan biru. Siang begitu cerah. Kelewat cerah untuk merayakan kematianku, pikir pangeran Felix.

Berjarak sekian meter dari tempatnya berdiri, satu guillotine menanti angkuh dengan mata pisaunya yang berkilat lapar. Tak lama lagi ruang kosong di bawah sana akan terisi oleh kepalanya sebagai persembahan untuk benda mengerikan itu.

Mengikuti arahan para pengawal, Felix melangkah dengan kaki yang terkunci oleh rantai, tanpa alas kaki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mengikuti arahan para pengawal, Felix melangkah dengan kaki yang terkunci oleh rantai, tanpa alas kaki. Kedua pergelangan tangannya pun disatukan ke belakang untuk diborgol. Hari ini busana terakhirnya hanyalah terusan murah yang kusut dan tak lagi memesona pandangan mata. Wajahnya dipenuhi lebam dan sekujur tubuhnya memendam bilur-bilur biru keunguan. Juga rambutnya yang biasa tertata rapi kini memiliki potongan tak beraturan.

Hanya butuh waktu sekejap untuk mengubah statusnya dari seorang calon raja menjadi tersangka kriminal.

Dan semua itu hanya disebabkan dirinya yang telah terbutakan oleh cinta.

Felix tersenyum dalam ironi, menertawakan dirinya sendiri. Dalam hati masih bertanya-tanya apa dia harus percaya pada kejadian ini? Rasanya masih seperti mimpi. Apakah siksaan yang tempo hari diterimanya itu nyata? Apakah dirinya yang dikurung dalam sel bawah tanah itu benar-benar terjadi? Dia dibesarkan untuk menjadi seorang raja, dan hari ini dunia akan mengolok-oloknya karena mati bahkan sebelum menduduki posisi itu.

Felix mendesis kala tangan salah satu pengawal mendorong punggungnya dengan keras. Mungkin luka-luka bekas cambukan kemarin masih belum kering dan harus bergesekan dengan kain berserat kasar. Oh ayolah, kakinya dirantai dan luka-luka, ingat? Sulit baginya untuk berjalan layaknya normal.

Dalam satu kedipan mata, dunianya berjungkir balik.

Tubuh lelaki itu telah sampai di depan guillotine. Nampak jelas noda-noda kecoklatan pada kayunya menandakan bekas darah korban terdahulu. Tengkuknya meremang, hawa haus akan darah menguar begitu saja dari alat ini karena begitu sering menikmati jiwa-jiwa terpenggal. Hari ini akan bertambah satu lagi, dirinya.

Melalui sudut mata, Felix melirik ke arah singgasana raja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melalui sudut mata, Felix melirik ke arah singgasana raja. Irisnya menenggelamkan sesosok rupawan yang tengah tersenyum miring ke arahnya. Itu raja Hyunjin, orang yang telah merampas kedudukannya. Dia pula yang menjadi alasan kenapa Felix harus mati hari ini. Dia adalah seseorang yang tumbuh bersamanya, kakaknya, meski dari ibu yang berbeda. Dan dia adalah cinta pertama lelaki itu yang telah membuatnya buta.

Felix menarik napas dalam-dalam. Gemuruh dalam dadanya menabuh hebat. Kepalanya dipenuhi ingatan-ingatan yang bakal ia sesali sampai alam baka. Tubuhnya mendadak merasakan kembali segala sentuhan dan rengkuhan yang pernah ada. Ia menggigit bibirnya geram, terkenang ciuman-ciuman yang pernah singgah, dan kini terasa begitu pahit dalam ingatan.

Ini dosa. Mereka telah berbuat dosa. Hubungan terlarang yang terjalin secara lambat namun pasti seolah membuatnya mati rasa. Mereka menjadi kekasih secara diam-diam, melakukan apa saja yang umum dilakukan orang masa kasmaran. Sekuat apapun karakternya, pemuda itu tunduk juga pada yang namanya cinta. Dirinya terbuai akan perhatian dan kata-kata sayang, termakan segala perlakuan jantan yang diberikan. Waktu itu bagi Felix, Hyunjin adalah segalanya.

Hingga pada saatnya, ketika raja dan ratu terdahulu mati terbunuh, Felix tanpa pikir panjang mengiyakan permintaan Hyunjin agar memindahkan tahtanya pada pemuda itu. Felix ingat dengan sepasang mata yang memandangnya penuh lumuran afeksi, berlutut di hadapannya, meminta agar menjadikannya raja berikut iming-iming bahwa Felix akan selalu menjadi cintanya, dan kini dia muak akan semua pengkhianatan itu.

Segera saja setelah Hyunjin menjadi raja, Felix dicampakkan. Jangankan memeluk, Hyunjin saja selalu membuang muka ketika berpapasan dengannya. Sesuka hati seolah menjadikannya jalang yang mengemis hati pemuda itu.

Siapa tahu jika pengkhianatan pertama yang Felix terima akan sekaligus menjadi pengkhianatan terakhir pula?
Ketika lelaki itu mengetahui bahwa Hyunjin melakukan segalanya hanya demi tahta, Felix murka. Segala afeksi dan cinta itu hanya kefanaan belaka. Belum lagi dengan fakta yang Hyunjin akui sendiri bahwa dia yang telah membunuh orang tua mereka, Felix meledak saat itu juga.

Malam itu dingin, tapi jiwanya lebih membeku. Rasanya begitu bernafsu untuk membunuh laki-laki itu. Di tengah intuisi yang bimbang menimang dilema, Felix menguatkan genggaman tangannya yang berisi belati berujung tajam —hanya itu satu-satunya senjata terdekat yang bisa ia dapatkan. Hyunjin sinis saja, seolah tak terancam oleh maut atau apapun.

Felix menusuk perutnya bahkan tanpa ia sendiri menyadarinya.  Hyunjin menerima tanpa perlawanan. Tapi teriakan Hyunjin agak kontras dengan sobekan luka yang tidak berdarah. Ketika para pengawal masuk, Felix baru sadar jika pemuda itu memakai perisai dibalik pakaiannya.

Felix ditangkap dengan tuduhan percobaan pembunuhan terhadap raja. Tak ada yang membelanya atas status pangerannya kala itu. Karena perintah raja adalah mutlak.

Lalu hari ini, tengah hari, Felix akan mati di hadapan raja biadab itu. Takdir mempermainkannya dengan keterlaluan. Pemuda itu marah, terkhianati. Ingin rasanya berteriak pada dunia akan kebenarannya tapi apa daya batang lehernya telah tertindih papan kayu berlubang.

Di langit, matahari bersinar amat terang menyilaukan matanya. Sombong sekali. Felix ingin membelahnya menjadi dua karena telah lancang menerangi hari eksekusinya. Euforia rakyat yang menyaksikan hukumannya bak nyanyian pengantar tidur abadi.

Felix memejamkan mata ketika belati memutus utas tali penyangga pisau besar itu. Siang yang cerah itu seolah menertawakannya. Hanya sepersekian detik dan atmosfer angker kian memekat. Mentari menjadi saksi bisu, lehernya terputus, kepalanya menggelinding ditengah genangan merah.

Pangeran yang penuh pesona kastil itu mati bersama dendam.

'Aku tidak ingin bertemu denganmu lagi. Mengenalmu adalah satu-satunya kesalahan yang harus kutebus dengan nyawa. Dan jika kita harus bertemu di kehidupan selanjutnya, maka hanya kau yang akan terluka, dan mati.'

Balas dendam memang dilakukan dengan cara yang lebih kejam, itu logis.

°•°•°

✔LAKUNA; hyunjin ft. felix || hyunlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang