💠 Kim Seungmin masih merasakan manis di ujung bibirnya meski ia sudah mengangguri sebatang rokok yang tersemat di jari selama beberapa waktu. Puntungnya memanjang termakan api, tidak lagi ia hisap selepas hembusan terakhir tadi. Sunyi saja, sedang ia menapaki jalanan berkawan Han Jisung di sebelah kiri.
Libur mereka memang hampir usai, tapi ia rasa itu bukan menjadi alasan kenapa cuaca berubah suhu lebih rendah sejak lampau hari. Ia melirik Jisung yang tengah bersenandung asal. Cuma irama-irama tidak familiar yang bisa jadi instrumen bikinan sendiri.
"Rokok, Sung?" Seungmin mengeluarkan satu kotak dari dalam saku beserta pematik. Ia menawarkan atas dasar mulut Jisung yang polos saja tanpa gulungan tembakau cukup untuk menghabiskan satu album lagu boygroup terkenal.
Jisung menoleh sedikit, "nggak usah. Gue baru aja ngelarin sebatang."
Seungmin mengangguk mengerti. Tanpa banyak cakap ia menenggelamkan kembali benda itu ke dalam saku. "Sebatang doang, tumben." Lelaki itu berkomentar ringan.
Jisung meringis, "gue lanjut ntar malem deh. Gue nggak terlalu kuat nyebat. Sesek. Lo udah berapa?"
"Tiga."
"Weh."
Seungmin menyeringai, Jisung geleng-geleng.
"Mumpung lagi nggak ada Felix ini."
Omongan Seungmin membuat Jisung terkenang satu memori. Ia menyikut Seungmin main-main namun tetap membuatnya mengaduh. "Inget nggak waktu dia ninggalin kita ke kamar mandi, terus pas balik tau-tau ngedapetin kita udah ngerokok di ruang tamunya, itu anak hebohnya udah kayak nemu uler di kolong dipan!"
Seungmin tergelak lepas, kemudian membuang puntung bekas yang tinggal sepanjang ibu jari lalu menginjaknya. "Awal-awal kuliah, bukan? Baru kenal banget. Kita nggak tau kalo dilarang nyebat di rumahnya. Langsung dimatiin paksa njir!"
"Dia ngomel-ngomel bilang nggak bisa nyium asap rokok."
"Kita cengo kan ya? Cowok kuliahan mana yang masih gitu emang? Nggak lazim tuh anak."
Jisung menyengir bodoh. "Habis itu kita tau kalo dia bahkan nggak pernah ngerokok. Apalagi minum-minum. Sok suci banget, padahal kelakuan barbar."
"Lah kebablasan jadi gibah nih." Seungmin tersenyum di akhir begitu bicara seperti itu. Tersadar jika sudah khilaf menggujingi konco sendiri.
"Astaga akhi." Jisung menempelkan telapak tangan di dada, menggeleng dramatis. Seungmin menabok lengannya keras akibat geli. Pekikan Jisung teredam bunyi klakson mobil yang berlalu-lalang.
Keduanya menyambung langkah. Lagi-lagi kehilangan bahan untuk bercakap. Mesin mobil yang menderu menjadi pengisi hening. Baik Jisung atau Seungmin mematut jalanan di depan bersama pikiran yang berbeda.
"Tapi..." itu suara Jisung. Vokalnya kembali aktif, "si Felix tuh, entah kalo sama dia ya bawaannya pengen melindungi aja."
Mereka berhenti untuk duduk di satu bangku depan etalase toko. Langit sore itu kontras sekali dengan atap biru cerah yang memayungi mereka. Seungmin melabuhkan pandangannya ke ujung-ujung sepatu.
Dalam hati Seungmin merenungi kata-kata Jisung. Melindungi, ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
✔LAKUNA; hyunjin ft. felix || hyunlix
Fanfic💠 [n.] Ruang kosong, Bagian yang hilang. /Latin •°•°• Akibat dosa besar yang terjadi di kehidupan lampau, dua manusia terikat oleh takdir dendam pembalasan. . "Lo persis kayak gue waktu ditinggal mama." "Gue cuma punya bunda." Satu hal yang Hyunjin...