💠 Pintu ditutup. Tas ukuran sedang jatuh menghantam lantai. Tepat menengahi kaki Hyunjin dan Felix. Sesekon kemudian hela nafas puas sekaligus lelah terbang ke langit-langit ruangan secara bersamaan.
"Gue kangen rumah. Gue kangen nontonin Gumball. Gue juga kangen kasur lo, hehehe."
Yang paling jangkung bersuara terlebih dahulu, ia sedikit meregangkan badan, kemudian menjerit kecil akibat merasa ngilu di tubuh yang luka.
Felix menyambar sembari menepikan tas-tas berisi baju ganti mereka ke dinding. "Di rumah sakit juga ada televisi sama kasur. Jangan jadi kayak orang susah."
"Iya sih. Tapi gue nggak suka rumah sakit. Apalagi makanannya."
"Kenapa? Enak kok. Gue dulu juga pernah dirawat gara-gara luka parah habis berantem, terus berhari-hari makan masakan rumah sakit."
"Dasar berandalan!" Hyunjin menarik poni Felix hingga yang bersangkutan mengaduh keras. "Ya... Gue nggak bisa bilang nggak enak juga sih, cuma kan kita selama ini kesugesti sama anggapan orang-orang kalo makanannya hambar dan kebawa suasana suram di mana rumah sakit isinya cuma pasien sakit, aura kesedihan ditambah bau obat-obatan."
Felix mengusap kepalanya berikut tatapan maut terlempar menusuk Hyunjin. "Gue sama sekali enggak setuju. Realitanya, rumah sakit adalah tempat dengan banyak harapan. Mereka yang kerja di rumah sakit adalah malaikat, Hyunjin. Mereka menjaminkan banyak hal dari diri mereka kayak waktu, tenaga, kesabaran serta keluarga masing-masing biar seorang yang sakit bisa cepet sembuh. Orang-orang dateng ke rumah sakit ketemu dokter buat minta keajaiban kayak kesembuhan agar bisa memperpanjang umur dan mendapatkan hidup yang lebih baik."
"Iya, iya. Terserah lo aja. Segala sesuatunya tuh emang punya dua sisi, kan."
Felix melirik Hyunjin di sebelah. Lelaki itu sudah kembali menjadi Hyunjin yang cerah dan banyak bicara. Tawanya tadi banyak berhamburan sepanjang perjalanan pulang, memenuhi mobil Seungmin. Hal itu akibat cerita-cerita acak bersama lawakan Jisung, bahkan mereka sampai membicarakan perihal tiga atau empat bayi yang lahir ke dunia setiap satu detik, meramal akan jadi seramai apa dunia di masa depan, apalagi semua anak yang baru lahir akan tumbuh besar dengan kuriositas yang beragam. Separuh merasakan hidup enak dengan cita-cita menjadi intelek, separuhnya lagi harus bertahan hidup dengan meminta-minta atau terpaksa mencuri. Seseorang tidak tahu bagaimana hidup dan lingkungan akan membuatnya tumbuh menjadi orang yang bagaimana. Bertambahnya manusia bisa jadi menciptakan lebih banyak penjahat. Oke, abaikan yang terakhir itu.
Meski sesekali ia berhasil menepis pikiran-pikiran acak yang biasa timbul begitu saja seperti barusan, namun kini agaknya susah untuk mengabaikan hal itu sementara Hwang Hyunjin ada di hadapannya. Level mereka sudah cukup-sangat dekat apalagi sejumput tunas perasaan sayang berhasil tumbuh subur, namun Felix baru menyadari jika diri Hyunjin sendiri tidak sedekat itu.
Hyunjin... Agak susah dijangkau.
Di mata Felix, Hyunjin adalah manusia dengan macam-macam pikiran cemerlang juga toleransi mengenai Tuhan dan kepercayaan, juga kehidupan (yang mana Felix memilih untuk tuli), namun Felix rasa justru Hyunjin yang tidak cukup menoleransi dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔LAKUNA; hyunjin ft. felix || hyunlix
Fanfiction💠 [n.] Ruang kosong, Bagian yang hilang. /Latin •°•°• Akibat dosa besar yang terjadi di kehidupan lampau, dua manusia terikat oleh takdir dendam pembalasan. . "Lo persis kayak gue waktu ditinggal mama." "Gue cuma punya bunda." Satu hal yang Hyunjin...