💠 Hyunjin terbangun duluan. Rasanya sudah lama sejak ia bisa tidur senyenyak itu. Pegal yang sempat dirasa tadi kini menghilang banyak. Hyunjin tidak tahu seberapa lama mereka tertidur, tapi jendela kamar Felix gelap sekali, pertanda malam. Lalu hempasan nafas lembut di lehernya menarik atensi Hyunjin untuk melirik ke bawah. Ada Felix yang terpejam dan mendengkur halus. Satu lagi, ia tersadar mereka berdua masih telanjang terbungkus selimut.
Hyunjin sedikit merunduk. Ia jangkau ubun-ubun pirang itu lalu mengecupnya. "Fel, bangun." Hyunjin mengusap pipi tirus lelaki yang tengah berbantalkan dadanya ini. Ia periksa pula dahi, dan lega saat tahu demam Felix sepenuhnya turun.
Felix merengut terusik. Tangan Hyunjin ia halau dengan malas. "Bentar lagi. Tulang gue masih rontok semua."
"Kita bersih-bersih dulu. Nanti kalau lo masih ngantuk baru tidur lagi." Hyunjin tidak menyerah, dong. Jadi saat ini ia tusuk-tusuk pipi yang lebih muda hingga Felix mengerang keras lalu berguling ke sisi sebelah.
Begitu Felix memisahkan diri, Hyunjin pun tidak langsung bangkit beranjak. Keduanya kompak terlentang menatap langit-langit kamar. Otak mereka terbawa arus cetak ukiran. Memikirkan apapun yang patut dipikirkan, bersama tampang mengantuk di wajah.
"Hyunjin."
"Hm?"
Imbauan suara serak Felix muncul pelan, namun cukup jelas terdengar. "Lo yang pertama."
"Lo juga yang pertama." Hyunjin balas dengan spontan.
Hal itu cukup mengejutkan Felix, bagaimana Hyunjin bisa dengan cepat mengatakan sebuah bualan apalagi segampang itu? Dengusan tawa Felix sangat bermakna ledekan. "Kita sampai ngulanginnya dua kali. Lo pikir gue percaya dengan omong kosong lo itu?"
"Omong kosong gue yang lo bilang itu adalah kenyataannya. Nggak percayaan amat lo njir."
"Katanya mantan lo banyak?" tuntut si pirang tidak mengalah.
Dengan begitu, senyum kecil Hyunjin terbit. Ia menolehi Felix yang masih menjelajah langit-langit. Poni pemuda itu lengket berantakan, wajahnya mengkilat habis bangun tidur, bibirnya lembab memerah dan caranya menatap ke atas dengan mata mengantuk seperti itu terserap rakus dalam retina Hyunjin.
Felix di matanya, selalu hadir dalam persepsi yang indah.
"Tapi cuma lo yang berhasil bikin gue jatuh cinta, terus bernafsu." katanya. "Gimana dong?"
"Halah anjing! Congor lo!" Felix balas menoleh diselingi melotot garang, sekuat hati meredam gelagat tidak biasa yang akan hadir, meski harus anjing-anjingan. Tidak apa-apa. Felix hidup untuk mengumpat.
Hyunjin ganti memiringkan badan. Misuh-misuh Felix barusan mengagetinya. "Kok kasar sih bangsat? Tadi aja lo mohon-mohon di bawah gue supaya geraknya lebih cepet. Engh... Ssh... Hyunjin... Terus... Enak... Uuh... Gitu. "
KAMU SEDANG MEMBACA
✔LAKUNA; hyunjin ft. felix || hyunlix
Fanfiction💠 [n.] Ruang kosong, Bagian yang hilang. /Latin •°•°• Akibat dosa besar yang terjadi di kehidupan lampau, dua manusia terikat oleh takdir dendam pembalasan. . "Lo persis kayak gue waktu ditinggal mama." "Gue cuma punya bunda." Satu hal yang Hyunjin...