💠 "Mau es serut."
"Lo batuk."
"Pengen es blender."
"Ntar suara lo nggak bisa keluar lagi."
"Mau jus, yang dingin-dingin, manis."
"Sakit kerongkongan lo bisa tambah parah nanti."
Felix merengut kesal. "Opsi gue dibantah semua, kayak lagi rapat panitia aja."
"Kok opsi sih? Maunya lo doang. Itu suara udah serem gue dengernya dan lo masih mau minumin air es?"
"Bacot ya njir. Gue bukannya demam," Felix menunjuk lehernya sendiri di beberapa tempat secara acak namun seperti dia sudah hafal di mana letaknya berada. Jika diperdekat, maka akan terlihat lapisan concealer di permukaan kulit yang tersebar merata. "Gue jadi gini kan gara-gara kerjaan lo?"
Hyunjin keburu menutup mulut selagi tertawa. Teringat rutinitas paling baru yang sudah beberapa hari ini dilakukan. Felix menajamkan tatapannya.
"Lo nya aja yang teriak kekencengan."
Felix berbisik penuh tekanan, "ya lo gigitnya kasar sat."
"Baru juga gitu. Kalo sampe naik level ntar gimana jadinya lo?" kalau Hyunjin, tekanan berada pada suara yang dibuat lebih rendah.
Mata Felix membola syok, Hyunjin juga tampak terperangah dengan ucapan yang baru saja dia keluarkan sendiri. Naik level, apa-apaan.
Felix berdehem dalam upaya mencairkan keheningan aneh ini. Hyunjin memutar arah pandangannya, bersiul-siul iseng.
"Kalo sampe kebablasan, gue ledekin lo!" Felix mengepalkan tangan kanan ke wajah Hyunjin, mengancam tanpa gurauan. "Sekalian tonjok."
Hyunjin mengibas-ngibas tangan berteman senyum asimetris di wajah. "Ya anak papa yang selama ini nggak gue tau keberadaannya di mana, siapa sangka cantiknya kelewatan gini?"
Dan kata-kata serampangan Hyunjin barusan kembali meluruskan fakta yang sempat mengabur beberapa saat bahwa mereka berbagi DNA yang sama.
Felix meremas ujung bajunya gelisah. Fokus lelaki itu bergerak ke mana saja asal menjauhi Hyunjin.
"Ka-kalo ngomong ngotak dikit dong,"
Ujaran Felix barusan hanya berbalas desisan kosong dari Hyunjin. Laki-laki dengan alis tebal itu mengadahi langit. Mereka duduk terproteksi ujung atap yang lebih panjang, sehingga tidak diserang sinar matahari pukul sebelas. Jam segitu halte di sini tampak lengang, jauh dari jangkauan orang-orang sibuk yang telah lebih dulu berdesakan tadi pagi. Roda pekerjaan selalu dimulai pada titik langit masih biru menggelap, bukan di saat-saat menuju tengah hari.
Dan mereka berdua adalah pemuda pengangguran sementara yang baru saja keluar dari tempat inap dengan tujuan belanja bahan masakan. Jika saja kulkas mereka masih dipenuhi persediaan, mana sudi harus meninggalkan kasur empuk di ruangan ber-AC dan malah menyeret langkah ke supermarket yang memakan cukup waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔LAKUNA; hyunjin ft. felix || hyunlix
Fanfiction💠 [n.] Ruang kosong, Bagian yang hilang. /Latin •°•°• Akibat dosa besar yang terjadi di kehidupan lampau, dua manusia terikat oleh takdir dendam pembalasan. . "Lo persis kayak gue waktu ditinggal mama." "Gue cuma punya bunda." Satu hal yang Hyunjin...