💠 Semua orang bersorak begitu mobil pertama mencapai garis selesai. Membawa sentuhan akhir yang ikonik sekali saat sang pengendara memblokir segala celah dengan membelintangkan mobilnya sepenuh jalan. Felix merasa gila hanya karena akhirnya ia bisa bernafas dengan lega dan secara normal tidak lagi merasa pahit ketika menelan ludahnya yang memekat. Ia melirik Jisung sedikit, lelaki itu menatapi arena dengan lengan yang terlipat di depan dada, wajahnya serius tapi tidak tegang, namun ketika ia menghela nafas Felix tahu jika Jisung pun tadi merasa khawatir.
Felix tidak lagi seceroboh tadi, ketika kini Hyunjin keluar dari mobilnya dihampiri Ryujin dengan senyuman lalu seorang pemuda lagi yang menjadi lawannya kemudian mereka berjabat tangan, Felix bisa menahan keinginan untuk melompat ke arena dan tidak menendang lelaki itu karena sudah memaksa jantungnya bekerja lebih keras malam-malam begini.
Hyunjin menyembunyikan tawanya dengan senyum kecil yang entah kenapa begitu dirindukan Felix. Mata kecilnya mengedar, sejenak Felix memiliki ketakutan sendiri perihal bagaimana jika kehadirannya tertangkap Hyunjin lalu dia akan kembali melarikan diri? Namun pemuda tinggi itu tidak memperagakan perubahan ekspresi yang berarti dan lanjut melenggang ke satu arah.
Felix tidak melepaskan matanya dari punggung Hyunjin, jemarinya meraih pundak Jisung.
"Lo pulang duluan, Sung."
"Apa? Enggak, enggak. Gue anterin lo ketemu dia, terus kita pulang bareng bertiga." Jisung menolak, jelas.
Felix menerbitkan kurva tipis namun bukan sejenis senyum yang nyaman dipandang. "Gue nggak bisa bawa lo. Dia lagi sensitif. Kesannya nanti kayak menghakimi tau."
Lelaki pirang itu menolehi Jisung, tinggi mereka hampir terpaut sama. "Lagian ini masalah gue sama saudara gue, Sung. Apapun yang udah lo lakuin, gue makasih banget. Tapi buat bawa dia pulang, biar gue aja."
Jisung mencoba mempercayai Felix dengan jaminan air muka pemuda itu yang kelewat serius. Jisung melirik pundaknya begitu Felix merematnya lebih erat, menguatkan. Apa yang mau cowok ini lakukan memangnya?
"Gue tau lo suka berantem, tapi ini bukan wilayah lo." Pikiran lelaki itu membentang terlalu jauh mengenai apa saja yang mungkin bakal terjadi, Jisung mendadak pusing terkenang Felix yang bahkan bisa memukuli kakak tingkat panitia ospek kampus dulu hanya karena mengomeli perihal rambut pirangnya dan menjadikan Felix sebagai bahan tontonan waktu itu. Lalu jika masalahnya serumit ini, Felix bisa saja menciptakan bencana.
Jisung melanjutkan, "lo yakin apa aja yang bakal lo lakuin nantinya nggak bakal nyiptain masalah?"
Felix mencibir tidak sabaran. Ia khawatir setengah mati kalau sampai kehilangan jejak Hyunjin lagi. "Siapa yang mau berantem sih anjir? Gue mau nyeret saudara gue yang kabur buat balik ke rumah, itu doang."
Si manusia eksentrik, Jisung, memecahkan tawa yang sama sekali tidak membantu, "lo dikasih tampang lugu gitu gunain aja buat narik simpati biar Hyunjin jadi nggak tegaan gitu. Jangan main kasar."
KAMU SEDANG MEMBACA
✔LAKUNA; hyunjin ft. felix || hyunlix
Fanfiction💠 [n.] Ruang kosong, Bagian yang hilang. /Latin •°•°• Akibat dosa besar yang terjadi di kehidupan lampau, dua manusia terikat oleh takdir dendam pembalasan. . "Lo persis kayak gue waktu ditinggal mama." "Gue cuma punya bunda." Satu hal yang Hyunjin...