24

3.4K 265 14
                                    

"Dosen sialan, kenapa sih harus ada kuis dadakan. yoongi hyung kan nggak jadi mengantarku sampai mansion. Bagaimana nasibku nanti"gerutu jungkook memasuki pintu masuk mansion. "Udah Penyakitan, hidup nggak tenang pantas saja matipun segan"gerutunya lagi menghentakkan kaki kesal

"Sudah jadi berandal jeon"ucap siwon menghampiri jungkook. "Ini masih sehari gimana jadinya kalau appa kasih kamu waktu bebas seperti sekarang"tegasnya lagi

"Appa aku dari rumah em, ming, bukan bambam"jawabku terbata, aku tak mungkin mengatakan dari rumahsakit lalu pingsan dijalan dan ditolong yoongi hyung bisa-bisa mereka nanti bahaya

"CUKUP!!, KAU BERBOHONG JUNGKOOK!!!"teriak yoona dari arah belakang yang sedari tadi mendengarkan percakapan suami dan anak bungsunya, memicu para pembantu dan pengawal berdatangan untuk mengintip. Sedangkan, jin dan kyungso sudah berangkat menyelesaikan pekerjaan yang mereka tinggalkan.

"Yoona!"desis siwon mendengar teriakan istrinya yang seumur umur baru sekarang ia dengar. Kau tak tau saja pak tua, istrimu bahkan sering kali membentak dan berteriak pada anak kesayanganmu, bahkan menghukumnya tanpa sepengetahuanmu.

"kita harus menghukumnya yeobo, jika terus begitu jungkook tak akan mendengar apa yang kita katakan"ucap yoona tajam. "Dan nilainya sempat turun waktu aku pulang sebelum kau"tunjuk yoona pada siwon murka. Pantas saja marah-marah tak jelas ternyata soal nilai akademik toh.

Sedangkan jungkook hanya menunduk sambil meneteskan airmata pelan bahkan mereka tak menyadarinya, sakit kepalanya kambuh sedangkan orangtuanya tak hentinya berdebat tentang dirinya apakah harus dihukum atau tidak. Jungkook menggigit bibir bawahnya hingga sedikit mengeluarkan darah dan mimisannya pun perlahan sedikit keluar,

"Apa yang harus aku lakukan?"monolognya dalam hati

"Aku malu, dipesta semalam teman-teman bisnis kita selalu membahas anaknya yang berprestasi, sedangkan aku, gara-gara anak kesayanganmu itu arghhh"frustasi yoona berjalan menjauh dari hadapan siwon dan memasuki kamar dengan membanting pintu kasar

"Jungkook, masuklah kekamar. Belajar!"putus siwon menepuk bahuku pelan. Aku hanya mengangguk supaya appa tak tau kalau aku mimisan. "Kau tak perlu ambil pusing ucapan eommamu, cukup ambil jurusan bisnis di amerika dengan appa disana. Kau bebas"sambung siwon lalu ia menjauh dari hadapan putra bungsunya. Kau sama saja app-batin jungkook miris

Aku hanya melihat sosok appa sekaligus panutanku menjauh memasuki ruang kerjanya, kutatap mansion ini dengan tatapan kerinduan dan sendu.

"Mian appa aku tak bisa, harapanku telah pupus. Aku lelah"lirihku berderai air mata

Ya, jungkook telah memutuskan bahwa ia memilih menyerah tentang impiannya, harapan dan hidupnya telah direnggut paksa oleh orang yang telah membesarkannya dan penyakit yang sialnya bersarang ditubuhnya. Tak menutup kemungkinan bahwa nanti jungkook akan meninggalkan dunia, meninggalkan kenangannya dengan kakak dan teman-temannya.

Jungkook hanya perlu siap dan menjalani hidupnya dengan semestinya. Siap akan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi kedepannya.



Apa yang dikatakannya tempo lalu memang benar adanya bahwa ia telah menyerah dan lelah akan semuanya. Semenjak itu, jungkook hanya menjalani hidupnya dengan tuntutan ibu dan ayahnya, ia tak membantah apalagi memberontak. Sekarang hanya ada jungkook si penurut seperti sedia kala.

Jungkook lebih banyak diam dikamar, menatap dunia luar dari balik jendelanya, handphone nya sering bergetar ia tak peduli. Menahan sakit ketika penyakitnya kambuh seorang diri, merintih karena kesakitan seorang diri. Kakak sulungnya yang seorang dokter pun tak tau jika adiknya sakit parah bahkan nyawanya setiap saat bisa saja berada digenggaman malaikat maut.

Jungkook sangat apik menyembunyikan penyakit dan kesakitannya dari semua orang. Bahkan ia tak lagi berkumpul dengan para kakaknya, seakan ia menutup dari dunia luar. Ia menyentuh lembut foto yang sudah ia anggap kakaknya, "aku akan datang hyung, tunggu hingga waktuku habis, aku sangat menyayangi jongin hyung"tangisnya dimalam hari, baru saja penyakitnya kambuh sangat sakit dan mungkin jika kalian yang merasakannya kalian tak akan sanggup menanggungnya, dan untungnya ini hanya ff :v



"Kalian merasa nggak kalau jungkook akhir-akhir ini banyak diam dan melamun"tanya yugyeom pada mingyu dan bambam yang sedari tadi hanya menyimak
"Bukan jungkookie sekali"tambahnya lagi

"Kami merasa juga seperti itu bahkan sunbaenim sempat menyapanya dan mengajaknya mampir kecafe tapi respon jungkook hanya tersenyum dan menggeleng, bukankah sesuatu pasti terjadi padanya?"bambam ikut menimpali unek-uneknya yang dipendam

"Kau tau sesuatu tem"ucap yugyeom santai tak memperdulikan tatapan tajam dari pemilik nama

"Kau!!"tunjuk mingyu melotot tajam. "Hanya jungkookie yang boleh memanggilku mingtem!"ungkapnya sembari menepuk dadanya, lagaknya seperti nama kebanggaan saja, pd sekali-pikir bambam

"Kau tau tidak!!"kesal bambam melihat 2 temannya adu mulut

"Kata bibi lee, kemarin jungkook sempat tidak pulang dan pas paginya ketika kuki pulang ia dimarahi dan ya kau tau sendiri bam, cekcok dengan ibunya lagi"mingyu menceritakan dengan lesu. "Aku takut kalau bunny nya kris hyung lelah dan memilih menyerah seperti tidak ada harapan hidup lagi"tebaknya.

"Bukan hanya kris hyung dan kawanannya tapi juga yoongi hyung dan antek-anteknya"ceplos yugyeom asal

"Ngaco kalian"jengah bambam menjauh dari 2 teman idiotnya

"Apa kita salah bicara"beo yugyeom bingung

"Tanyakan saja pada ilalang yang bergoyang"

¤
¤
¤

"Apa kita sudah keterlaluan padanya?"tanya siwon pada istrinya yang sedari tadi hanya fokus pada benda pipih ditangannya

"Jika ditelaah lebih dalam lagi, kita memang keterlaluan. Tapi, apa salah kalau kita menginginkan yang terbaik untuk masa depannya, supaya dikemudian hari keluarga kita tak diremehkan"yoona membuka suara namun iris matanya tetap fokus pada benda pipih itu, siwon yang melihat itu hanya mendengus kesal
"Jungkook belajar kan yeobo?"tanya yoona memicingkan mata

"Iya, tapi kau membentak anakku yoona!"siwon kesal akan tingkah istrinya yang masih fokus pada benda yang dipegangnya, menatap mata suaminya pun tidak.

"Jungkook juga anakku omong-omong"

"Eomma, sudahlah. Mengalah sedikit pada kookie, bisa sakit jika dia terlalu memforsir tubuhnya"atensi pasangan suami istri yang tengah berdebat itu teralihkan karena putra sulungnya dan keduanya pulang.

"Jika saja aku punya pulau pribadi, kulempar kalian semua kesana"gumam kyungso berbaring dibawah sifa yang diduduki kakak sulungnya. "Telingaku berdengung, mendengar kalian semua berargumen tentang adikku"gumamnya lagi

"Aish, durhaka kau pada orangtuamu!!"kesal yoona akan ucapan yang tak difilter anaknya

"Biar saja, eomma bahkan tak perduli bagaimana perasaan adikku. Kuki juga punya batas kesabaran dan bisa saja adikku lelah dan memilih menyerah"tatapan kyungso berubah tajam membuat yoona langsung menegang dan sedetik kemudian berjalan menjauh dari ruang tamu, tak mempedulikan raut keluarganya yang berubah. "Aku ini bicara apa"gumam kyungso.

Beberapa chap lagi end ya,,

😍.. ...

Maapkeun yaaa, nji menulis ini sekedar kegabutan,

Mampir Revino_friefours dia penboy btw,

Nan Gwaenchana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang