3.Disita

29.3K 507 6
                                    

        Sesampainya di kamar, zahra duduk di sofa sambil memainkan handpone nya, dia mendapati vc dari sang kakak,ya vc itu juga disambungkan dengan kakaknya yang ada di Paris.
        "Hahaha,Lihat tu kak mukaknya si Zahra habis diintrogasi ayah...
Whahahahaha mukaknya merah kayak kepiting rebus."
Ucap Reza sambil menjulurkan lidahnya.
        "Kak Rezaaaaaaaaa... Awas aja ya lihat pembalasanku."
        "Bentar lagi pesawatnya bakalan take off,bilang ayah sama bunda ya nanti kalo udah sampai kakak kabari."
       "Oleh-olehnya buat zahra udah dapat kan kak?"
      "Iyaa,tenang aja zahra nanti kak Rizal bakanan kasih kamu suntikan mautnya kog, ayah bilang kamu lagi sakit kan gara-gara begadang semalam,rasain lu dekk..."
Reza menyahut pertanyaan Zahra yang sebenarnya ditujukan untuk Rizal.
      "Kak Rezaaaaaa...."
Rizal hanya geleng-geleng kepala menghadapi pertengkaran kedua adiknya.
Tak lama kemudian terdengar suara sang ayah mendekati zahra.
      "Tuh,ayah udah bawain jarum suntik sekarung buat kamu, whahahahaha..."
Tawa Reza kembali meledak, dan Zahra kembali mengerucutkan bibirnya. Sungguh lucu,
      "Reza,jangan gitu."
      "Kak Reza tuh yah,ngejekin aku terus dari tadi."
    "Yah,ini Rizal udah mau berangkat, doain perjalanannya lancar ya yah."
     "Iyaa,ayah pasti doain,udah matiin aja hpnya. Hati-hati ya zal,"
     "Iyaa yah,Assalamualaikum."
     "Waalaikumussalam."
Jawab mereka bertiga.
      "Za,kamu siap-siap ke bandara buat jemput Rizal."
       "Aku mau ikut yah," ucap Zahra.
       "Nggak boleh,kamu istirahat di rumah aja,badanmu itu demam zahra, kamu harus banyak istirahat. Udah sekarang biar ayah periksa."
       "Tapi yah zahra .... "
       "Zahra Khumaira Al-Farisi." Ya,kalau ayahnya sudah memanggil dengan nama lengkap sudah dipastikan ucapannya tidak boleh dibantah.
        "Rasain lu dek,suntik aja yah biar kapok tuh anak."
        "Kak Rezaaaaaa...."
        "Hpmu ayah sita,sini berikan sama ayah."
       "Pliss jangan hp yah,Laptop aja ya yah jangan hand phone"
       "Tidak ada penawaran zahra."
      Dengan terpaksa Zahra menyerahkan hpnya untuk dijadikan tawanan oleh ayahnya. Huh, moodnya menjadi semakin buruk saja hari ini.
      "Sekarang berbaring,biar ayah periksa."
      Kemudian sang ayah memeriksa keadaan Zahra mulai dari memeriksa  Nadi,Suhu,Tekanan Darah,dll.
      "37,5 dek,tekanan darahmu juga rendah banget cuman 80/70 MmHg."
      "Yah,pokoknya zahra nggak mau disuntik,titik!"
Ucap Zahra dengan mata berkaca-kaca. Ya,Zahra memang sangat takut bertemu dengan jarum suntik, padahal dia hidup diantara para dokter-dokter hebat seperti sang ayah dan kakak-kakaknya.
      "Setelah ini minum obat dan istirahat, kalau sampai besok demammu belum turun,terpaksa kamu harus tes darah,ayah takut tifusmu kambuh zahra."
       "Zahra pasti udah sembuh kog bahkan sebelum besok. Mmm tapi yah,obatnya sirup aja ya jangan tablet,"
      "Zahra,zahra kamu itu udah besar masih aja kayak anak kecil,"
Terdengar kekehan dari sang ayah.
     "Biarin." Ucap Zahra dengan kesal.
      Setelah meminum obat, Zahra mencoba memejamkan matanya kembali sambil berdo'a semoga demamnya cepat turun.
      "Gimana nasibku nanti kalau sampai  besok demamku belum turun juga." Ucap Zahra dalam hati.
Tak lama kemudian zahra sudah tertidur pulas.

----------------------------------------
Kira-kira gimana nih nasibnya Zahra selanjutnya?

Zahra Khumaira Al-FarisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang