29. Kesleo

5.1K 221 16
                                    

Zahra pov.
Sore ini aku sedang di butik karena ada pemotretan, tapi andai kalian tau siapa model pasanganku,si dokter Rese yg uuhghhh...pokoknya kalo ketemu dia adaaa aja kejadian.
Mana sekarang kakiku masih sakit lagi,pasti besok aku disuruh dirumah lagi. Semogaa Om Burhan ga sampek tau masalah ini,bisa diberi hukuman lagi gue. Mana ini Kak Rizal udah mencak-mencak ga jelas lagi,kali ini aku udah kasih judul buat sosialisasinya: bahaya sepatu high heels. Hufftt....
Kak Rizal juga melakukan penyitaan koleksi high heels ku. Gimana ga kesel cobak? Belum lagi kakek khawatirnya bukan main,padahal ini cuman kesleo biasa,ya walaupun sakit bgt sih.

Flashback on.
"Loh lu lagi dokter rese. Dunia ini sempit banget sihhhhh...." ucap Zahra.
"Ekhm...ekhm..." Reyhan hanya membalas dengan deheman saja karena ia sedang menetralkan ritme jantungnya yg mendadak berdetak tak beraturan.
-padahal gue dokter jantung,lah ini jantung gue
malah kayak gini, kayaknya harus periksa juga deh- batin Reyhan.
"Ayok Mah,Tante Riris mana bajunya biar cepet kelar soalnya aku ada janji sama temen habis maghrib." Ujar Reyhan.
"ciyee yang udah ga sabar pengen cepat-cepat foto berdua sama Zahra." Sahut mamanya menggoda.
"Tantee apaan sih, lagipula inikan fotonya bukan cuman berdua tapi ada dua anak kecil  ini juga." Rengek Zahra.
"Yaudah nanti diambil foto kalian yg berdua juga aja yaa," kini ganti Riris yg menggoda.
"Bukan mahrom Bundaaaa,"
Haahahahaha...
Gelak tawa memenuhi ruangan tersebut.
"Tuh Rey, dia minta dihalalin." Ujar  Rena pada putranya.

Setelah beberapa menit Reyhan sudah siap dengan pakaiannya. Kemeja warna abu-abu dipadukan dengan jas yg senada pula menambah kesan maskulin pada dirinya.
Satu detik
Dua detik
Tiga detik
Zahra sempat terpukau padanya.
Tapi sesegera mungkin dia mengatakan pada dirinya kalau itu dosa dan beristighfar.
-Jaga mata Raa- batinnya.

Kemudian mereka segera menuju tempat pemotretan.
Sebuah taman belakang butik menjadi tempat pemotretan kali ini.

Pukul 18.00 pemotretan sudah berakhir. Sedikit molor memang, dikarenakan Reyhan  yg sangat kaku saat pemotretan.
Saat berjalan menuju ruang ganti Tiba-tiba...
Brukk...
"Awhh, kakiku sakit bangettt" ucap Zahra.
Sontak membuat Bundanya yg dibelakangnya terkejut.
"Ya Allah raa...hati-hati dong kalo jalan,mana yang sakit? " tanya bundanya.
"Hehe,gapapa kog bun." Jawab Zahra sambil meringis menahan sakit.
"Nak Reyhaaan" teriak Bundanya.
"iiihhhh bunda apaan sih kog manggil tuh orang,i am okay."
"No! Udah diem jangan bantah, bunda nggak mau kamu kenapa-napa."
Reyhan dan Mamanya datang lalu segera menanyakan keadaan Zahra.
"Kayaknya kakinya kesleo,harus diurut. Atau kita ke RS aja." Ucap Reyhan .
Duk...
Sebuah sepatu high heels mendarat di tubuh Reyhan.
"Ogah. Pokoknya gue ogah ketempat itu." Ucap Zahra.
"Zahra kog malah ditimpuk sandal sih nak Reyhannya,dia kan cuman niat nolongin. Ayo minta maaf."
"Udah gpp tan, jadi gimana?" Tanya Reyhan lagi.
"Ya udahlah Raa biar diurut Reyhan aja." Sahut mamanya Reyhan.
"Ga mau Tan,bukan mahrom." Teriak Zahra.
"Berati kamu mau saya dikahin kamu dulu gitu?" Sahut Reyhan.
"Apaan sih lu, dasar dokter Rese!!"
"Udah jangan ngeles lagi,saya tau kamu pasti takut sakit kan? It's okay Ra, nanti ga sembuh-sembuh sakitnya malah berkepanjangan."
"O...G...A...H..." tegas Zahra.
"Yaudah kalo gitu biar bunda kabarin orang Rumah aja ya? Tapi kayaknya mereka masih di RS buat persiapan pertemuan penting besok deh Ra, biar Bunda telfon Om Burhan aja kalo gitu."
"Yaudah Ris cepetan,biar Zahra cepet ditangani." Dukung Rena.
Jedaarrr...
-Bisa habis gue kalo sampek Om Burhan tau- batin Zahra.
"Tunggu Bun... jangan Om Burhan,i...iyaa iyaa Zahra mau diobati sama Reyhan."
"Lah tapi udah berdering,tanggung Ra."
"Yaudah cancel kan masih bisa bun." Aduh bundakuu,untung sayang.
"Yaudah,tpi kalo nanti telfon lagi bunda jujur aja yaa?"
"Cari alibi apaa gitu lah Bun....Nah bubda tanya aja ayah sam kakak udah pulang apa masih di RS, tapi jangan crita masalah ini yayaya?"
"Okey tapi kamu nurut sama nak Reyhan yaa."
"Hm" Zahra hanya menyahutinya dengan deheman

Benar saja baru dimatikan,om nya sudah telfon balik. Tpi Bundanya sudah mengatasinya.
Tiba-tiba suara Reyhan menyadarkannya.
"Ini akan sedikit sakit,kamu tahan yaa."
Baru saja disentuh pergelangan kakinya dia sudah teriak
"Huaaaaa....pelan-pelaan Hannn,hiks sakit tau."
"Sini tante  peluk biar sakitnya kurang."
Terus saja seperti itu sampai sekitar 5 menit barulah selesai. Tapi Zahra masih saja menangis.
"Sekarang coba berdiri,saya bantu." Ucap Reyhan.
"Hiks, Zahra berdirinya dibantu
Bunda sama tante Rena ajaaa."
Reyhan hanya menganggukkan kepalanya.
"Gimana? Udah nggak sesakit tadi kan?"
Zahra hanya mengangguk karena masih sesegukan habis menangis tadi.

Setelah itu mereka bersiap-siap makan malam bersama.
"Kita makan diresto mana nih?" Tanya mamanya Reyhan memecah keheningan di mobil.
"Tante,kalo diwarung makan depan itu gimana? Zahra pengen nasi goreng. Udah lama banget ga makan nasgor,yayaya..." rengek Zahra dengan tatapan puppy ayes andalannya.
"Zahraaa kamu kan masih dihukum sama Om Burhan untuk makan bubur,lebih baik kita cari ditempat lain aja yaaa..." jawab bundanya.
"Ayolahh Bunnnn...sekaliiii aja,lagipula Om Burhan gaada disini dan ga akan tau."
"Kalo emang blom boleh makan sembarangan ya jangan bandel ya sayang..." ucap tante Riris sambil mengelus kepala Zahra.
"Huhhhh," Zahra hanya menghela nafas pasrah.

Kemudian mobil berhenti.
"BUBUR AYAM SPESIAL Bang Didin."
-Dasar dokter Rese-  bantin Zahra.
"Yuk turun." Ujar Reyhan.
"Aku ga laper bun,ntar aja yaa Zahra makan nya."
"Zahraaa...jangan bandel. "
Akhirnya dengan langkah ogah-ogahan dan dibantu dengan bunda dan tante Riris Zahra memasuki kedai tersebut.
Flashback off.


----------------------
Next or no?

Zahra Khumaira Al-FarisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang