5.RS

11.8K 399 0
                                    

Keesokan harinya,
    "Badanmu panas sekali sayang,"
Ucap bunda sambil mengganti kompres di dahi Zahra.
    "Engghh,bunda ini udah jam berapa bun?"
    "Ini masih subuh sayangg"
     "Bantu Zahra sholat ya bun,"
     "Iyaa sayang,kamu masih pusing? Badan kamu panas banget lho nak."
     "Zahra udah nggak papa kog bun,"
Ujar Zahra berbohong.
     "Nggk papa gimana, lha badanmu panas banget kayak gini,"
    "Beneran deh bun,Zahra nggak papa."
     "Udah,kamu sholat dulu biar nanti di periksa sama kak Rizal."
Ucap bunda sambil keluar kamar.
     "Nggk usah buuun,bundaaaaa.
Huh,mati akuuu...."
Beberapa saat kemudian,
     "Gimana keadaanmu nak? Bunda bilang badanmu tambah panas ya? Kita ke RS aja ya?"
Tanya sang ayah.
     "Zahra udah nggak papa kog yah. Beneran deh,suerr. Trus ngapain juga ke RS? Dirumah aja banyak dokter pakek ke RS segala."
Ucap Zahra sambil cemberut.
     "Hahaha,kamu itu Zahra ada-ada aja deh. Kan kalo di RS perawatannya lbih intensif & lebih lengkap."
     "No! Pokoknya Zahra nggk mauuuuuuuuu..."
    "Kita ke Rumah Sakit sekarang."
Ucap sang kakak,Rizal dengan dingin.
Yaa,keluarganya memang sangat overprotektive jika sudah menyangkut kesehatan,apalagi kesehatan Zahra, maklum satu-satunya anak perempuan di kekuarganya...
      "Apaan sih kak Rizal, kalo aku bilang nggk nau yaa enggk mau,pokoknya enggk mau titik!"
Kemudian Zahra digendong oleh sang kakak secara tiba-tiba.
     "Iiihhhhhhh kak Rizaaaaaaaalll... Zahra nggak mauuu...turuniinnn.... pokoknya Zahra nggk mau.... Kak Rezaaaaaa jahattt,hiks hiks"
Kini Zahra sudah mwnangis dan dari tadi terus memukul dada sang kakak namun yang dipukul tak bergeming sama sekali.
     "Bundaaaa....Ayaaahhhh... Zahra nggak mauuuuuuu"
     "Diam Zahra!" Ucap Reza
     "Zahra bakal diam tapi jangan bawa Zahra ke RS ya kak?" Ucap Zahra dengan tatapan puppy eyes andalannya.
      "Ya udah teriak aja, tpi kamu bakal tetap dirawat di RS titik!!"
      "Haaaaaaaaa... Kak Rizal Jahaaaaaattt...bundaaaaa tolingin Zahraaaaa...."
Sesampainya di depan RS Zahra masih saja merengek minta pulang.
Rizal langsung menurunkan Zahra di bankar RS. Kemudian datanglah dokter  Burhan.
     "Zahra kenapa Zal?"
     "Demam om,aku takut tifusnya kambuh,dia juga suusah banget dirawat kalo dirumah, makannya kami putuskan biar dirawat di RS, bantuin rawat Zahra ya om."
     "Pasti." Ucap dokter Burhan.
Rizal ikut masuk ke UGD untuk menenangkan sang adik.
     "Zahra diam atau saya bius kamu."
     "Lepasiiiin..lepas...in... loh om Burhan...." ucap Zahra sambil menelan ludahnya gusar.
     "Berbaring,biar om periksa."
     "Aku nggk mau om... kak Rizaaaal Jahaatt..awas aja bakalan aku bales."
Tanpa aba-aba dokter Burhan langsung mengeluarkan jarum suntik dari kantongnya dan bersiap untuk membius Zahra,
     "Ampuuum om,iya-iya Zahra diem,beneran seh suer,tapi jangan disuntik yaa...plisss om pliss..."
     "Berbaring." Ujarnya dgn dingin.
      Tiba-tiba saat diperiksa Zahra terbelalak saat dokter Burhan menyuruh suster mengambil darah untuk di Tes di lab.
      "No No No... nggk Zahra nggak mauuuuu.....bundaaaaaaaaa.........  om Burhan jahaaaaatttt ...."
     "Bundamu dirumah,nggk akan dengar."  Ujar dokter Rizal.
     "Zahra tenang dong, cuman sakit dikit kog," ujar Rizal menenangkan.
     "Dikit-dikit,dasar penipuuuu.... ihhhh lepasiin aku nggak mauuuu....bundaaaaaa...hiks hiks"
     "Sini biar saya saja," dokter Burhan mengambil alih untuk mengambil sempel darah Zahra.
      "Aaaaaaa....sakit bundaaaa.... hiks hiks..."
      "Jangan Cengeng. Gitu aja nangis, giliran ditonjok preman malah ngelawan!"
Ya,Zahra memang salah satu murid dokter Burhan saat di Pesantren dulu, dan Zahra memang pernah berlatih silat dgn beliau,namum itu sudah beberapa puluh tahun yang lalu, tepatnya saat Zahra sekolah mts.
     "Kalian jahat,hiks hiks, Zahra kan takut kalo disuntik kayak tadi, lihat aja bakalan Zahra laporin ke Ayah."
Namun,bukannya takut keduanya malah terkekeh sambil geleng-geleng kepala menghadapi sikap childish Zahra.
      "Kita pindahin ke ruang rawat aja ya om,UGD nyaa rame banget deh kayaknya,"
      "It's okay...nggk papa zal"
      "Loh loh loh ini mau dibawa ke mana?jangan bawa kemana-mana Zahra mau puulllllangg"
     "Dokter Burhan meminta untuk anda dipindahkan ke ruang rawat mbak,"
     "OMG.... nggk aku nggak mau,asal kaliam tau yaa aku ini Zahra Khumaira Al-Farisi anak dari pemilik RS ini,kalau kalian macam-macam akan aku pecat kalian."
    "Maaf,tapi kami hanya menjalankan tugas."
     Zahra masih terus berteriak di selanjang lorong RS,sebenarnya ia ingin mencoba kabur dan ini kesempatan emas untuk dia bisa pergi dari tempat terkutuk baginya ini,tapi saat ini badannya benar-bemar lemas, tenaganya sudah terkuras untuk berteriak-teriak sejak tadi terlebih lagi sejak kemarin dia hanya sedikit makan. Tapi ia membulatkan tekad untuk bisa kabur. Ya,kapan lagi ada kesempatan ini, kakak & dokter burhan yang notabennya sebagai gurunya tidak ada disini jadi ia bisa leluasa untuk bergerak dan
      "Jedug,jedug... "
Dua orang perawat putra yang mendorong bankar nya sudah jatuh karena dia tendang, hanya tinggal 1suster yang ada di sebelah kirinya. Jadi dia tidak perlu menyingkirkannya,dia hanya perlu turun lewat sisi kanan dan lari menjauh sekuat tenaga yang ada.
     "Mbak  jangan pergi...mbak mbak masih sakit...dokteerrrrrr ada pasien kabur..."
     Teriakan suster itu tidak digubrisnya. Dia masih terus berlari tapi kini tenaganya sudah hampir habis, kepalanya terus berdenyut sejak tadi. Dia akhirnya memutuskan untuk masuk ke salah satu ruangan tanpa melihat ruangan siapa itu.
Setelah menutup pintu dia merosot lemas di belakang pintu. Menutup mata untuk mengurangi nyeri di kepala dan perutnya. Tanpa disadari ada sepasang mata yang menatapnya sejak ia masuk keruangannya.

---------------------------------------
Kira-kira pakaian ruangan siapa yaa readers???

Zahra Khumaira Al-FarisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang