Engghh...
Zahra terbangun saat merasakan dahinya disentuh oleh seseorang.
"Masih panas." Gumamnya.
"Kak Rizaaall..." ujar Zahra dengan senang. Ntah kemana rasa sakit yang sendari tadi dirasakannya.
"Uhh...kangen banget sama kakak, mana titipannya Zahra dari Paris? Kakak nggak lupa kan? Udah dibelikan? Nggak ketinggalan di pesawat kan kak?Nggak pecah kan kak?kak Rezaa jawab dong."
"Gimana kakak mau jawab kalo kamu bicara nggak berhenti-berhenti kayak gitu."
"Hehehe.. iyaa iyaa,trus gimana?"
"Nih," ucap Rizal sambil menyerahkan totebag ke Zahra.
"Woww...it's so amaizing. Thanks"
Ucap Zahra dengan mata berbinar.
Rizal menganggukkan kepala sambil mengacak jilbab zahra.
"Sekarang kamu makan,"
"Zahra nggak lapar kak," ucap zahra sambil terus mengotak-atik oleh-oleh dari sang kakak.
"Kalo gitu sini balikin oleh-olehnya! Kakak kasih ke orang lain aja."
"Nggk bisa dong,ini udah jadi milik Zahra,nanti kalo kakak ambil lagi bisa-bisa timbilan mata kakak."
"Oh yaaa?? Kalo gitu gimana dengan ini? Makan atau kakak suntik kamu sekarang?"
Seketika Zahra melototkan matanya,dan bersiap untuk kabur. Namun pergelangan tangannya berhasil dicekal oleh sang kakak.
"Selangkah saja kamu turun dari ranjang,kakak pastiin jarum ini sudah menancap di lenganmu zahra."
"Am...Ampun kak,iyaa iyaa Zahra makan,beneran deh gak boong, tapi pliss ya jangan disuntik zahranya, huss huss jauh sana kamu jarum."
Ucap Zahra dengan mata berkaca-kaca.
"Habiskan," ucap Rizal sambil menyuapkannya pada Zahra.
"Dikit aja ya kak,Pahiiitt"
"Nggak ada tawar-menawar, udah ayok buka mulutnya"
Baru suapan yang kelima Zahra sudah merasakan mual diperutnya.
Ya,karena lauknya tidak ada sambal atau apapun mulutnya terasa lebih pahit.
"Kak udah ya kak,perut Zahra mual,pengen muntah kalo makanannya hambar kayak gini."
"Trus gimana? Kamu mau makan pakai sambal? Iyaa??"
Zahra menganggukkan kepalanya dengan semangat 45.
"Asal setelah ini kamu jadi tawanan Om Burhan di RS mau?"
"Big no!" Ucap Zahra saambil memalingkan wajah dari sang kakak.
Ia jadi teringat beberapa waktu lalu saat kakaknya Reza sakit DB dan dirawat di RS oleh dokter Burhan.Flashback on.
"Bun,pulang bun, Reza dirawat ayah aja di rumah,Reza nggk mau disini bun,berasa jadi tawanannya om Burhan tauk,Om Burhan sereem banget bun kalo udah marah, beberan deh bun,masa bunda tega sih sama Reza,ayolah bunn..." rengeknya pada sang bunda.
"Om Reza pasti lakuin itu buat kebaikan kamu sayang,"
Ujar bundanya dengan lembut.
"Masa kmrin karena Reza nggak habisin bubur Reza diikat di kasur bun,trus disuapin sampai habis tuh bubur. Pokoknya Om Burhan itu sadis banget. Ra,bawa kakak kabur dari sini dong,ntar kakak kasih apapun yang kamu minta"
"What?beneran?apapun yang aku minta bakalan kakak turutin?"
Reza mengangguk dengan semangat.
"Rezaaa...."
"Tapi biasanya kan kakak yg gagalin rencana kaburku,masa aku bantuin kakak,isshh ogah ah"
"Ayok dong raaa bantuin kakak kabur, kakak udah bosen disini, kakak pengen pulang."
"Siapa yang ngizinin kamu pulang hm?" Reflek seluruh penghuni kamar itu menoleh ke arah pintu dan benar saja dokter Burhan sudah ada disana bersama seorang perawat.
Dan Reza langsung merutuki kebodohannya yang bicara tanpa melihat jam visit dokter gakaknya itu.
"Ehehe...om Burhan"
Burhan Nuruddin, seorang dokter yang baru saja pindah ke RS adik iparnya ini memang tegas dan sangat jarang tersenyum. Dia adalah kakak dari Riris cahyati bundanya Reza.
"Kalau kamu berani macam-macam apalagi sampai kabur, lihat saja apa tang bisa saya lakukan ke kamu."
Flashback off.
Kejadian itu terputar oleh memori Zahra dan jelas ia tak mau berurusan dengan omnya yang galak itu...Zahra pun akhirnya menerima suapan berikutnya dari sang kakak.
"Setelah ini kamu sholat ya trus nanti biar kakak cek keadaaan kamu,"
"I...iya kak,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Zahra Khumaira Al-Farisi
De TodoZahra Khumaira Al-Farisi, seorang gadis yang sangat amat benci dengan hal-hal berbau medis, mulai dari jarum suntik,obat, dan rumah sakit. Namun,ntahlah takdir mengharuskannya berdekatan dengan hal-hal tersebut. "Sejauh apapun kau menghindar,ak...