18. Pertunangan?

139 30 3
                                    

Karena terbiasa dapat membuat seseorang melupakan komitmen yang telah dibuatnya jauh-jauh hari

***

Author

Hari ini adalah hari Minggu dimana waktunya semua orang untuk bersantai di rumah. Namun, tidak untuk seorang Melanie. Gadis manis itu sedari tadi sibuk membaca buku sambil membahas soal-soal yang mungkin akan keluar di ulangan harian minggu depan. Catat! MINGGU DEPAN.

Yah begitulah Melanie. Ia selalu saja belajar dan belajar. Bukan tuntutan dari orang tuanya, melainkan ia emang sangat suka belajar. Saat sedang asyik membaca buku, tiba-tiba suara ketukan pintu menghentikan aktivitasnya.

"Dek, kamu ada di dalam? Cepat keluar ada yang mau ketemu sama kamu", ucap Anton sambil mengetuk keras pintu kamar Melanie.

Melanie langsung beranjak menuju pintu. Saat membuka pintu, ternyata kakaknya malah mengetuk dahinya.

"Aww biasa aja dong bang. Sakit tau", ujar Melanie kesal sambil mengelus-ngelus dahinya yang sakit.

"Hehehe maaf, abang ga sengaja atuh. Yaudah sana, kamu temui tuh orang", balas Anton seraya berjalan menuju kamarnya yang terletak di seberang kamar Melanie.

Melanie heran siapa yang datang mencarinya ke rumah. Seingatnya ia tidak pernah janjian dengan siapapun hari ini. Saat tiba di ruang tamu, alangkah terkejutnya Melanie ternyata itu adalah Gilang Andreas.

Gilang adalah sahabat lamanya saat di SMP dulu. Namun karena suatu sebab, Gilang pergi meninggalkan Melanie. Sampai sekarang Melanie tidak tau apa penyebabnya.

Gilang yang melihat Melanie datang, langsung berdiri dari sofa. Ia terlihat sangat senang bisa bertemu lagi dengan gadis manis itu.

"Hai", ucapnya seraya melambaikan tangan.

Melanie masih diam mematung. Ia sangat terkejut dengan kedatangan Gilang tersebut. Saat ini otaknya sulit berpikir dan mencerna sesuatu.

"Kenapa kamu menghilang?", itulah kalimat pertama yang terlontar dari mulutnya.

Gilang yang mendengar suara lembut Melanie pun langsung terpaku. Dari dulu sampai sekarang suara Melanie itulah yang menjadi daya tarik tersendiri baginya. Namun, sedetik kemudian Gilang tersadar. Ia langsung menarik tangan Melanie untuk duduk di sofa terlebih dahulu sebelum ia menjawab pertanyaannya.

"Jadi kenapa?", ucap Melanie yang penasaran dengan jawaban Gilang.

"Hahaha sabar dulu napa...iya gue bakalan jelasin ke lo. Jadi gini, dulu itu gue ga sempat bilang ke elo kalo gue pindah ke Jerman. Papa gue dipindah tugaskan kesana. Jadi mau ga mau gue harus ikut", jelas Gilang.

"Tapi setelah itu kamu kenapa ga hubungi aku? Kan bisa nelfon atau kirim pesan", ujar Melanie yang masih tidak terima dengan alasan yang diucapkan Gilang barusan.

Gilang tampak berpikir, bagaimana mungkin ia bisa mengatakan alasan yang pasti kepada Melanie. Ia tidak mau Melanie merasa tidak nyaman berada di dekatnya. Untuk itu kali ini ia akan berbohong lagi. Mungkin suatu saat ia bisa mengatakan semuanya.

"Gue minta maaf soal itu, Mel. Lo mau kan maafin gue?", pinta Gilang dengan nada memohonnya.

Melanie akhirnya menganggukkan kepala. Mungkin ia harus memaafkan Gilang karena Gilang adalah satu-satunya sahabat cowok yang ia punya.

Melanie & Milano (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang