23. Bukan siapa-siapa

119 19 4
                                    

Jika cinta adalah kado terindah dari Tuhan, maka kamulah salah satu kado tersebut

***

Author

Setelah mengobati luka Melanie, Gilang masih bersedia duduk di kursi sebelah tempat tidur UKS. Sedari tadi Gilang terus saja menatap Melanie yang tertidur pulas.

"Mel, jangan terluka lagi. Gue ga suka", gumam Gilang sambil mengelus pucuk kepala Melanie.

Gilang memikirkan bagaimana dulunya ia tega meninggalkan Melanie saat sahabatnya itu membutuhkan sandaran. Walaupun Melanie masih memiliki sahabatnya yang lain, tetapi tetap saja dirinyalah yang lebih mengenal Melanie.

Bagaimana tidak, Gilang adalah satu-satunya anak lelaki yang selalu usil kepada Melanie sejak mereka kecil. Dulunya mereka bertetangga, hingga pada akhirnya Gilang kecilpun selalu mengikuti kemana Melanie pergi.

Mengingat hal itu, Gilang terkekeh. Ia masih teringat saat dimana dengan cerobohnya ia melepaskan genggaman tangannya dari tangan Melanie. Hingga Melanie jatuh terjungkal ke tanah.

FLASHBACK ON

Di suatu sore, seorang gadis kecil yang sangat menggemaskan menari-nari di sebuah taman. Ia sangat menyukai hal tersebut. Setiap hari ia selalu menyempatkan diri untuk bermain di taman dan menari di sana.

Hingga pada sore itu, seorang anak laki-laki yang berwajah tengil mengintip di semak-semak. Anak laki-laki yang bergigi ompong itu seketika tersenyum senang. Dengan langkah pelan, ia mendekati gadis manis itu.

"Mel...mel...mel...", ucapnya riang sambil melompat-lompat.

Gadis yang asyik menari tersebut menghentikan aktivitasnya. Sebuah senyum manis terukir di wajahnya.

"Gilaaaaaang...sini main sama Ela", ajak gadis tersebut.

"Gilang kan manggil kamu dengan sebutan Mel, bukan Ela", balas anak laki-laki itu dengan wajah cemberutnya.

"Tapi mama sama papa selalu manggil dengan sebutan Ela", ujar Melanie kecil.

Mereka terdiam sesaat kerena sibuk memikirkan sesuatu. Tampak kerutan di dahi Gilang, namun beberapa saat kemudian, Gilang menunjukkan gigi ompongnya kepada Melanie.

"Yaudah gini aja, Gilang bakal manggil Ela sampai gigi Gilang tumbuh lagi, gimana?", tawarnya sambil menjentikkan jari kecilnya ke atas.

Melanie yang semula diam, akhirnya menolehkan kepala ke arah Gilang. Melanie tampak mempertimbangkan tawaran teman kecilnya itu. Kemudian Melanie pun menganggukkan kepalanya tanda setuju.

"Yaudah boleh deh", seru Melanie riang.

Gilang yang mendengar hal itu langsung naik ke atas ayunan yang diikatkan di sebuah pohon besar. Kemudian dengan konyolnya, ia menggoyangkan badannya.

"Ela...Ela...Ela", ujarnya berkali-kali masih dalam posisi yang sama.

Melanie yang melihat itupun langsung tertawa.

"Hahaha hati-hati nanti kamu jatuh", ucap Melanie memperingatkan Gilang.

"Ga jatuh kok, Ela mau naik juga? Sini Gilang bantuin", ajak Gilang.

Melanie & Milano (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang