17. Berteman

124 30 4
                                    

Berada di dekatmu ternyata lebih nyaman dari yang aku bayangkan sebelumnya

***

Author

Saat ini Milan dan Melanie sedang berada di sebuah taman kota. Milan mengajak Melanie kesini untuk menenangkan pikirannya. Ia tahu betul bahwa Melanie merasa sakit hati karena dibentak-bentak oleh Agatha tadi.

Melanie yang sedari tadi duduk diam, mulai melirikkan pandangannya ke arah samping. Ia tidak menyangka bahwa Milan selalu datang disaat ia berada dalam masalah. Otak Melanie berpikir kenapa Milan seperti itu.

Ah dia ingat, bukankah Milan pernah menanyakan pendapatnya tentang perasaan. Mungkin kali ini Milan benar-benar berhasil mencairkan hatinya yang beku secara perlahan. Tetapi Melanie masih belum yakin akan perasaannya sendiri. Ia terlalu takut untuk jatuh cinta lagi.

"Ekhem," Milan berdehem untuk menghilangkan kecanggungan.

"Kenapa kamu peduli sama aku?" tanya Melanie mengawali percakapan seraya menatap mata Milan.

Seketika itu Milan langsung membalas tatapan Melanie tersebut. Dari awal bertemu sampai saat ini, Milan selalu mengagumi bola mata indah milik Melanie. Tiba-tiba jantungnya berdegup kencang. Namun, Milan berhasil menyembunyikan kegugupannya itu.

"Lo masih belum ngerti juga ternyata," ucap Milan tersenyum miring.

Melanie hanya mengerutkan dahinya tanda ia memang tidak mengerti maksud perkataan Milan.

"Gue peduli karena gue suka sama lo," tutur Milan.

Akhirnya kalimat itupun berhasil keluar dari mulutnya. Milan merasa lega karena bisa menyampaikan langsung kepada Melanie.

Melanie membulatkan matanya. Lagi dan lagi Milan mengatakan sesuatu yang membuat jantungnya berdebar. Melanie hanya diam menatap Milan.

"Gue cuma mau ngasih tau lo aja. Kemarin gue emang pernah nanya pendapat lo, tapi kali ini gue harus bilang hal tersebut secara langsung," jelas Milan.

"Emm...aku ga tau sama perasaan aku sendiri, Lan. Emang adakalanya kamu bikin aku nyaman, tetapi aku belum bisa mengatakan kalo aku suka sama kamu," balas Melanie sambil menundukkan kepalanya.

"Lo ga usah maksain itu. Cukup dengan lo tau tentang perasaan gue, udah bikin gue lega. Dan gue yakin suatu saat nanti hati lo juga akan terbuka sendirinya menerima gue," ucap Milan seraya mengangkat dagu Melanie agar menghadapnya.

"Maaf," ujar Melanie pelan.

"Husst...jangan bilang maaf karena lo ga salah," tolak Milan.

Melanie hanya menganggukkan kepalanya. Perlahan sebuah senyuman terbit di wajah manisnya. Milan yang melihat hal tersebut juga ikut tersenyum.

"Jujur, kadang gue merasa lo punya banyak masalah. Tapi gue ga mau nanya hal itu sekarang, karena gue tau lo pasti ga mau cerita. Tapi saat lo butuh teman curhat, lo bisa datang ke gue,"  sambung Milan.

"Makasih...ternyata kamu bisa buat aku nyaman. Ga seperti yang aku bayangin sebelumnya," balas Melanie masih dengan senyumannya.

"Jadi mulai sekarang kita bisa berteman?" tanya Milan sambil mengerlingkan matanya.

"Iya," balas Melanie dengan malu-malu.

"Aku berharap kamu ga seperti dia, Lan,"  batin Melanie.

***

Di tempat lain...

"Put, lo masih suka sama Kak Milan?" tanya Tiara menatap Putri.

Melanie & Milano (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang