"Putri anda tidak apa-apa hanya saja akibat dari luka sayatan itu. Putri anda membutuhkan banyak darah untungnya disini masih ada stok darah yang sama dengan golongan darah putri anda. Sekarang kita tinggal menunggu putri anda sadar" jelas dokter tersebut.
"Terimakasih dok" ucap semua orang yang ada disitu.
"Nanti putri anda akan dibawa ke ruang inap karna ia harus dirawat disini dulu untuk beberapa hari kedepan. Baiklah kalau begitu saya permisi dulu" pamitnya.
"Sekali lagi terima kasih dok" ucap Aditama. Dan dokter tersebut pun pergi meninggalkan Keluarga Kinta dengan senyuman manisnya. Memang Dokter tersebut masih muda. Umurnya sekitar 20an.
Setelah Kinta dipindahkan ke ruang inapnya. Vina dan Aditama pulang untuk mengambil pakaian untuk Kinta selama Kinta dirawat di Rumah Sakit. Andre sedari tadi duduk di kursi sebelah brankar Kinta sambil menggenggam erat tangan Kinta. Kelvin tengah keluar untuk membeli minum di Kantin Rumah Sakit ini. Andre, ia merasa sangat gagal menjaga Kinta. Tak henti-hentinya ia selalu menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian yang menimpa Kinta.
"Kin bangun dong jangan tidur terus" ucap Andre mencoba membangunkan Kinta. Sesekali ia mencium punggung tangan Kinta.
Andre menelungkupkan kepalanya pada brankar sambil menangis. Mungkin kalian menganggap bahwa Andre itu cengeng tapi percayalah pada saat orang yang kita sayangi, orang yang kita cintai terbaring lemah seperti ini, mungkin kalian juga akan merasakan apa yang Andre rasakan. Terkadang orang yang dingin, cuek, dan pendiam bisa saja menangis untuk orang yang spesial di kehidupannya.
Saat Andre masih menangis, ia merasa seperti ada yang bergerak di kepalanya. Andre pun mengangkat kepalanya dan melihat siapa yang mengusiknya. Dan ternyata itu adalah Kinta. Iya Kinta, Kinta sudah sadar dan Andre pun merasa sangat bahagia.
"Mau apa? Mana yang sakit? Aku panggilin dokter yaa" ucap Andre beruntun sambil beranjak dari duduknya dan berniat akan memanggil dokter untuk mengecek keadaan Kinta. Tapi sebuah tangan mencekal pergelangan tangan Andre yang Andre yakini itu adalah tangan Kinta karena disini hanya ada dirinya dan Kinta saja.
"Ada apa? Apa ada yang sakit?" tanya Andre khawatir.
Kinta hanya menjawab dengan gerakan mulutnya tanpa suara. Kinta seolah bilang bahwa dirinya ingin minum. Andre yang mulai paham pun segera mengambil gelas yang ada di meja samping Kinta terbaring.
"Ini hati-hati ya" peringat Andre sambil membantu Kinta minum.
Kini mereka berdua hanya saling diam, Kinta yang merasa sedikit perih di tangannya dan Andre yang merasa sakit dihatinya harusmelihat orang tersayangnya tersakiti seperti ini apalagi Kinta seperti ini karena dirinya.
"Aku udah nelpon Mamah sama Papah kalo kamu udah sadar" ucap Andre membuka pembicaraan.
"Iya kak, hmm...maafin aku kak" cicit Kinta sambil menunduk karena posisi Kinta saat ini adalah bersandar pada dinding dibelakangnya.
"Maaf? Maaf untuk apa?" heran Andre.
"Maaf udah ngerepotin kakak"
"Sttt...kamu ngga pernah ngerepotin kakak, malah harusnya kakak yang minta maaf. Karena kakak kamu jadi kayak gini"
"Ini bukan salah kakak ini tuh salah aku yang dengan mudahnya mau ke rofftop untuk menemui dia dan sekarang inilah yang terjadi"
"Udah jangan salahin diri kamu sendiri. Mendingan sekarang kamu tidur, istirahat, biar cepet sembuh" ucap Andre sambil menggenggam tangan Kinta.
"Ngga mau. Capek, tidur mulu" keluh Kinta. Hal ini sontak membuat Andre tertawa mendengar jawaban yang keluar dari mulut Kinta.
"Kamu ada-ada aja. Mana ada tidur itu capek" kekeh Andre.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Couple [END]
Teen FictionKetika dua orang yang memiliki sifat yang dingin, cuek dan nggk peduli dengan sekitarnya harus terjebak dalam sebuah perasaan yang mampu merubah sikap mereka.