A story by Ananda36
Romantis, humor, drama, school dll
Don't Like Don't Read
Jangan menilai sesuatu dari sampulnya
.
.
.
Nadayla Azizah Megantara, gadis sederhana dengan sejuta kemisteriannya. Tubuhnya mungil dengan kulit putih. Sangat mudah bergaul, tapi satu yang tak bisa ia gauli, yaitu seseorang yang entah akan atau tidak akan menjadi kekasihnya.
Selama ia hidup 16 tahun ini, belum pernah menjalin hubungan dengan siapapun, hanya sebatas PDKT (Pernah Dekat Namun Terlupakan) miris kan?.
Gadis ini tinggal dengan kakaknya, alasan yang simple karena ingin merasakan bagaimana hidup jauh dengan orang tua. Walaupun tetap dengan kakaknya ia juga selalu belajar lebih mandiri. Mandi sendiri maksudnya, just kidding. Ok Next.
Semuanya terasa membingungkan, batinnya. Gadis itu terus berjalan sambil memikirkan mimpinya kemarin siang. Di dalam mimpi itu ia mempunyai seorang kekasih, tetapi wajah lelaki itu tidak jelas. Hanya mata dan hidungnya saja yang terlihat, itu pun samar-samar. Oke sama saja itu tidak jelas Nada.
Nada terus melenggang dengan kesal sambil membawa kantong plastik yang berisikan mie dan telur. Ia heran dengan kakaknya Rini. Motor di rumah sampai dua, tapi masih saja menyuruhnya ke warung berjalan kaki. Tidak jauh sih jaraknya, tapi malunya itu loh, dilirik-lirik lelaki tampan yang lewat. Mau ditaruh dimana wajah imutnya itu?.
"Nada lo gak perlu mikirin mimpi itu. Itu cuma mimpi, oke mimpi" gerutu gadis itu, kesal pada dirinya yang terlalu memikirkan mimpinya.
Ia menghentikan langkah tepat di depan pintu rumah. Mengernyit heran ketika melihat tiga orang tamu yang asyik berbicara dengan kedua kakaknya. Nada berpikir itu mungkin saudara kakak iparnya Jundry yang datang berkunjung. Ia menunduk sambil berjalan ke dalam, tak lupa memberikan senyum kepada tiga orang tersebut. Setelahnya, diletakan belanjaannya di atas meja makan, dan langsung masuk ke kamar.
Sedikit heran ketika mengingat diantara tiga tamu tadi ada seorang lelaki tampan yang sepertinya seumuran dengannya. Gadis itu kemudian mendengus tak peduli, toh bukan urusannya. Lalu mengambil ponsel dan membuka aplikasi wattpad, kemudian mulai membaca cerita favoritnya.
"Nada..." teriakan terdengar dari luar, itu kakaknya Rini.
Nada memanyunkan bibirnya kesal. Pasti kakaknya akan menyuruhnya lagi ke warung. Tak puas-puas kah ia membuat adiknya menderita.
Gadis itu pun berjalan keluar, "ya ka Rini?" Rini menatapnya sambil memberi kode untuk mendekatinya. Nada mendekat dengan bingung. Rini lalu menyuruhnya untuk duduk, gadis itu tak membantah, ia duduk sambil menunduk. Selama ada tamu yang datang, ia tak pernah bergabung kecuali itu temannya. Karena ia lebih memilih berkurung dalam kamar dengan ponsel kesayangannya.
"Begini Nada" Nada mengangkat kepalanya ketika mendengar suara bapak-bapak yang baru saja menyebut namanya, "kami datang kemari untuk menjodohkan kamu dengan putra kami"
Wajah gadis itu seketika berubah kaget, ia sedikit melongo persis seperti ikan cupang dikartun kesayangan keponakannya, Kiren yaitu U&I. Ia lalu memasang senyum paksanya yang terlihat sangat tidak cocok di wajah imutnya. Gadis itu kemudian menoleh pada Rini, berupaya meminta penjelasan dan bantuan. Rini hanya menanggapinya dengan anggkatan bahu.
Nada kembali menatap bapak tersebut, "om a-anu, aku gak kenal sama anak om, begitu juga dengan keluarga om. Jadi ke-kenapa tiba-tiba sekali"
Gadis itu mengancungkan jari telunjuknya ke atas, seperti menemukan ide "oh atau om salah alamat, soalnya disini banyak anak perempuan seumuran aku. Di-di sana ada si kembar Dela Deli, mungkin mereka. Ya ya om salah alamat"
Semua orang yang ada di ruangan tersebut melongo, ketika mendengar ucapan antusias gadis itu. Kelihatan sekali bahwa dia berencana lari dari kenyataan dan malah menjual nama anak tetangga.
"Gak nak" membuka suara lagi, tapi bukan bapak tadi melainkan seorang wanita paruh baya disampingnya yang Nada yakini kalau itu istri dari bapak tadi, "kami gak salah, lagi pula yang mengantar kami kesini adalah anak kami" Nada menggulirkan tatapannya, menatap wajah lelaki tersebut. Asing sekali, batinnya.
"Oh atau mungkin anak tante yang salah alamat, aku disini orang baru" lelaki tampan dengan guntingan rambut ala roman picisan the series itu menggeleng, ia menatap Nada, "gak ma, aku gak salah, ini benar tempat tinggalnya. Dan dia benar orangnya" ucapnya sambil menunjuk Nada.
Nada menunjuk dirinya sendiri, lalu menggeleng, "gue gak kenal sama lo" gadis itu mulai kesal, terlihat dari perempatan yang sudah timbul dijidatnya yang sedikit tertutup oleh poni tipisnya.
"Baiklah gak perlu bertengkar" itu kakak iparnya Jundry yang berucap.
Nada kembali menunduk sopan, ia mulai melafaskan doa dalam hati, semoga ini hanyalah cerita belaka. Ia tak ingin menikah di umur yang masih 16 tahun, itu terlalu muda sekali. Dirinya bahkan belum lulus, belum mempunyai pekerjaan, belum membahagiakan orang tuanya dan belum belum belum semuanya. Ya allah katakan padanya bahwa ini hanyalah mimpi.
Gadis itu terlalu sibuk dengan dunianya, sampai melupakan bahwa keluarga itu sudah banyak berbicara dengan kedua kakaknya.
"Jadi Nada bagaimana?"
.
.
.
Bersambung,,,
cerita ini sebenarnya aku udah masukin di blog fb pribadi, tapi kayaknya gak afdhol gitu kalau gak masukin di wattpad. jadi masukin aja deh, ditambah lagi aku baru buat akun...
yang mau nyinggah di akunku yang satu silahkan yah
jangan lupa ningalin jejak yah gaes..
KAMU SEDANG MEMBACA
Real Dream (END)
FanfictionSemua terasa membingungkan, ia memimpikan sesuatu yang aneh. Padahal seumur hidup ia belum pernah merasakan hal tersebut. Apakah ini pertanda?. Atau apa, kenapa sangat mengganjal dipikirannya. "Jadi bagaimana?" Mimpinya menjadi nyata, tapi ini seper...